Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 142. Bayangan

Share

Bab 142. Bayangan

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-12-26 18:14:13
"Arhand?" Agna berdiri dengan wajah kaget, melihat sepupu suaminya itu berdiri di sana dengan santai, seperti tidak ada yang salah. Wajah tampannya bahkan menyunggingkan senyum.

"Selamat pagi, Agna. Cantik sekali seperti biasa," ucap Arhand sambil melangkah mendekat.

"Kamu ngapain di sini? Ini kantorku! Pergi sekarang juga sebelum aku panggil keamanan!" seru Agna, suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan akan malam itu yang mungkin akan diketahui orang kantornya. Walau di lingkungannya hal seperti itu juga bukan hal yang tabu dilakukan rekan-rekan kerjanya.

Arhand tersenyum sinis. "Tenang, aku cuma mau ajak kamu ngoborol. Habisnya saat kamu aku telpon tidak kamu tanggapi. Padahal aku ingin sekai bisa bicara denganmu, Agna. Aku kangen. Apalagi setelah... kejadian malam itu."

Wajah Agna memerah, baik karena malu maupun marah. "Kamu menjebak aku! Itu bukan sesuatu yang pantas dibanggakan dan dibicarakan, Arhand!"

"Panggil apa saja, jebakan, rencana, atau bahkan takdir," bala
HaniHadi_LTF

Wah, kayaknya Damar dan Mira salin suka. Tapi masak iya, Bu Marni yang keras itu mau putri satu-satunya diminati sama duda?

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endjang Setiawan
Ceritanya bagus banget...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 143. Ketakutan

    "Hutan ini terlalu sunyi," ujar Reynaldi sambil mengintip dari balik pepohonan lebat. Suaranya pelan, hampir seperti bisikan. "Kamu yakin kita di jalur yang benar?"Alzam mengangguk, meski napasnya memburu setelah berlari sejauh itu. Telinganya terus waspada, mendengar derap langkah samar di belakang mereka. "Mereka pasti tahu kita di sini. Kita harus bergerak cepat."Rey mengangguk dan melanjutkan langkahnya, menelusuri jalan setapak yang nyaris tak terlihat. Di kejauhan, suara burung hantu sesekali memecah keheningan, membuat suasana semakin mencekam."Kamu lihat apa tadi di tenda itu?" tanya Rey, berhenti sejenak untuk memastikan tak ada yang mengintai.Alzam menyeka keringat di dahinya. "Dua sandera. Mereka diikat di pojok tenda. Ada empat penjaga, dua bersenjata lengkap. Kita harus mencari cara masuk tanpa menarik perhatian.""Dan kalau mereka tahu kita di sini?" Rey menatap tajam, jelas khawatir.Alzam tersenyum tipis, meski matanya penuh ketegangan. "Maka kita improvisasi."Lan

    Last Updated : 2024-12-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 144. Gelisah

    Langkah pria itu terdengar mantap di beranda. Hentakan sepatu hitamnya menciptakan irama tegas di teras rumah itu. Tak lama, terdengar bel dibunyikan. Mbok Saren, yang tengah menyiapkan makan malam, segera menghentikan gerakannya ketika pria itu kembali membunyikan bel. Mbok Sarem melangkah dengan pelan namun penuh kepastian di tengah keheranannya, menebak siapa yang betamu sore-sore begini."Permisi," suara bassnya terdengar saat Mbok Saren membuka pintu, memperlihatkan pria itu berdiri tegap, wajahnya mengulas senyum."Ada apa, Mas?" tanya Mbok Sarem, suaranya sedikit cemas. Walau lelaki dengan celana jeans dan kaos itu tersenyum ramah, namun wajahnya yang melongok ke dalam rumah, seolah mencari sesuatu, membuat Mbok Sarem sedikit waspada."Apakah Lani ada di rumah?" tanya pria itu singkat.Mbok Saren mengerutkan dahi, matanya mengamati wajah pria itu yang tampak rileks. Rumah Lani memang hampir tak pernah menerima tamu. Jika urusan pabrik selalu di pabrik. Jika urusan lain, selalu

    Last Updated : 2024-12-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 145. Terlena

    Langkah Lani terasa berat saat keluar dari kamarnya. Namun, senyuman kecil ia paksa hadir di bibirnya. Ketika sampai di ruang tamu, ia mendapati Damar dan Mira sudah duduk berhadap-hadapan. Mira tampak menunduk, menghindari tatapan, sementara Damar hanya tersenyum tipis, mengangguk pada Lani."Wah, kalian sudah janjian, ya?" sapa Lani, mencoba mencairkan suasana.Damar tersenyum tipis, tetapi Mira semakin canggung. "Dia yang ngajak janjian, Lani," ujar Mira, akhirnya bersuara. "Sejak waktu itu, dia hampir setiap saat menelepon. Aku pikir, ya sudahlah, mungkin ini saatnya kita ketemu."Lani menatap keduanya bergantian, senyumnya kini lebih lebar. "Dia kalau lagi jatuh cinta, memang suka begitu, agresif."Mira kaget, wajahnya memerah, sementara Damar tergelak kecil. "Lho, kamu kok tahu, Lani?" tanya Mira, berusaha terdengar santai, tetapi matanya penuh kewaspadaan."Aku dulu jualan gorengan di pertokoan tempat dia jual suvenir, jadi tahu saja," jawab Lani sambil menahan tawa kecil.Ucap

    Last Updated : 2024-12-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 146. Senyum yang memudar

    .Pagi hari, Agna hadir dalam pertemuan bulanan Persit (Persatuan Istri Tentara) yang diadakan di aula markas besar batalyon tempat Alzam bertugas. Ruangan itu dipenuhi oleh puluhan ibu-ibu, semuanya mengenakan seragam hijau khas Persit. Aroma teh melati dan kue tradisional memenuhi ruangan, sementara suara obrolan hangat terdengar di seluruh ruangan.Di sudut ruangan, sebuah meja besar disiapkan, penuh dengan penganan lokal—risoles, lemper, kue lapis, hingga pastel. Beberapa ibu sibuk mengatur posisi makanan sambil bercanda. "Ayo, Bu Agna, coba ini! Pastelnya masih hangat," sapa seorang ibu sambil menyodorkan piring kecil.Agna tersenyum Ia menoleh saat seorang wanita muda, yang tampak berusia sekitar 25 tahun, mendekatinya. Wanita itu mengenakan hijab abu-abu yang elegan, matanya cerah tetapi menyiratkan sedikit kecemasan."Maaf, Bu Agna, saya Ria. Suami saya baru bergabung dengan kru Kapten Alzam dalam misi kali ini.""Oh, begitu? Bagaimana kabar mereka? Aku dengar misi kali ini s

    Last Updated : 2024-12-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 147. Tanpa pengakuan

    Lani yang baru saja datang dari pabrik, sedang memarkir sepeda maticnya saat terlihat mobil militer datang dan menurunkan Alzam. Berdiri di teras dia menyunggingkan senyum saat pria yang dicintainya itu tersenyum padanya. Namun senyum dan kerinduan Lani itu menjadi kelu saat dilihatnya Agna menyongsong Alzam dan memeluknya. Seketika hatinya hancur, terlebih saat melihat beberapa orang mendekat dan bertanya soal Alzam, dan Agna dengan semangat melayani orang- orang desa yang lewat itu.Kini Lani hanya mematung di balik tirai jendela. Matanya memerah, mengingat Alzam yang baru turun dari mobil militer tadi. Tubuhnya masih tampak gagah meski wajahnya memancarkan kelelahan dan muka yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Tapi bukan itu yang kini membuatnya tercekat dan hatinya hancur.Agna.Mengingat betapa wanita itu langsung berlari menghampiri Alzam, memeluknya erat di depan semua orang. Tawa ceria terdengar dari beberapa penduduk sini yang lewat, yang ikut menyambut kedatangan Alzam. "Wah, Bu

    Last Updated : 2024-12-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   148. Kekhawatiran yang terwujud

    Alzam hanya diam menelan ludah. Apa yang duluh pernah mereka khawatirkan kini terjadi. Apa yang bisa dia lakukan? Apa yang bisa dia berikan pada anak itu? Secara hukum mereka tidak punya surat nikah.Lani masih tidur di sudut ranjang, membelakangi Alzam. Punggungnya gemetar menahan tangis, meskipun ia mati-matian menjaga agar suara isaknya tidak terdengar. Alzam yang masih duduk mematung di tepi tempat tidur, hanya menunduk. Tatapannya tajam, penuh rasa bersalah. Terlebih jika dia mengingat betapa cerobohnya dia saat mengajak Agna menikah. Ia tahu betul wanita di hadapannya sedang terluka, tetapi kata-katanya seperti terhenti di tenggorokan. "Lani..." Suaranya bergetar pelan. "Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku padamu, pada anak kita?"Alzam mendekat, merebahkan dirinya di ranjang. Tangannya terulur, namun ia menahan diri ketika Lani menepis gerakannya dengan dingin."Aku nggak ingin membahasa apa-apa lagi, Mas. Pergilah.""Pergi ke mana? Sudah seminggu aku menahan

    Last Updated : 2024-12-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 149. Bumil, masih ada yang mau?

    Alzam berdiri di sudut ruang tamu dengan pandangan nanar. Foto di ponsel Agna masih tergambar jelas di kepalanya—Lani berdiri bersama seorang pria yang tampak rapi, terlebih dia Damar. Senyum mereka begitu akrab. Dadanya sesak, gemuruh marah beradu dengan gelombang cemburu yang tak tertahankan. Ia merasa tersayat, seperti ada pisau yang menusuknya dari dalam."Damar..." gumam Alzam pelan, nyaris seperti desisan. Namun nama itu membuat emosinya memuncak. Apa yang pria itu lakukan di rumah Lani? pikirnya. Kapan hari dia sudah mengingatkan untuk menjahui Lani. Kenapa kali ini masih balik lagi?" Siapa yang akan mau sama wanita bunting, Mas? " Lani pernah mengatakan semua itu saat dia cemburu pada Rey. Namun bagi Alzam, jika seseorang yang jatuh cinta, akan sama dengan dirinya, yang tak pernah memandang siapa dia. Terlebih bagi Alzam, pesona Lani yang kuning lansat bersinar dengan pipi kemerahan alami itu selalu membuat orang meliriknya. Seperti saat mereka singgah di rumah makan saat pe

    Last Updated : 2024-12-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 150. Memaksa

    Pandangan Alzam menyapu isi rumah Lani yang tampak sepi, hanya ada Mbok Sarem yang duduk di bangku kayu di dapur, sibuk dengan racikan bumbu di tangannya. Lani selalu menyuruhnya menyiapkan bumbu untuk persiapan empat hari saat Alzam di rumahnya."Mbok," panggil Alzam sambil melangkah mendekat. Wajahnya tetap tegang, pikirannya penuh dengan bayangan tadi saat bersama Agna."Oh, Mas Alzam. Ghak kerja, Mas?""Libur hari ini, Mbok. Setelah pulang dari misi. Sepertinya Mbok sudah lupa."Mbok Sarem terkekeh.Alzam melirik pintu kamar yang sedikit terbuka. Ada sesuatu yang dia tahan. Keinginan yang di ubun-ubun. "Dia nggak pulang makan siang, Mbok?""Ndak, paling, Mas. Pagi tadi juga makannya cuma sedikit. Sepertinya lagi nggak enak badan," jawab Mbok Sarem, nada suaranya penuh kekhawatiran.Alzam hanya bergumam pelan sambil melirik jam di tangannya. Sudah pukul satu siang, tapi Lani belum terlihat. Padahal biasanya kalau pulang jam duabelas. Dia menarik napas panjang, lalu mengaktifkan pon

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   173. Bayangan

    "Sebentar, sayang," pemit Alzam. "Jangan ke mana-mana, ya. Dan tetap wasapada."Lani kebingungan dengan pesan dari suaminya yang kemudian pergi , seolah mencari seseorang di antara kerumunan."Siapa dia, kenapa dari tadi dia menguntit kami?" pertanyaan itu memenuhi dada Alzam yang masih tengok sana, tengok sini. Dia yakin betul lelaki itu dari tadi mengikuti mereka."Ada apa, Mas?" tiba-tiba Parjo menyapa."Enggak, Cak, cuma cari seseorang. Sepertinya dari tadi aku merasa ada yang membuntuti aku dan Lani.""Mas Alzam sama MBak Lani ke sini?" tanya Paijo."Iya, Cak.""Lalu di mana dia, Mas?""Tadi aku tinggal di sana karena aku cari orang yang sepertinya sengaja buntuti aku.""Cepatlah ke sana saja, Mas. Takutnya terjadi apa-apa sama Mbak Lani."Alzam mendadak khawatir. Dia pun segera ke tempat di mana Lani tadi ditinggalkan."Terimakasih, Cak." Alzam segera berlari kecil, katekutan seolah menguasainya. Hinggah akhirnya dia mendapati Lani yang menelisikkan pandangan mencari sosok Alza

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   172. Bersamamu

    Alzam keluar dari rumah Lani dari arah depan, hal yang tak pernah dia lakukan selama ini. Dihirupnya udara sebanyak mungkin, seolah dia baru saja terbebas dari beban yang berat.Langit mulai meremang. Alzam yang berdiri di teras, menatap jauh ke arah jalan desa yang mulai ramai. Angin sepoi membawa aroma khas dedaunan basah. Ia menoleh dari kaca jendela yang bisa melihat ke arah Lani yang sedang membereskan sisa makanan di ruang tamu bersama Mbok Sarem. Sebuah senyuman kecil disunggingkan Alzam di bibirnya. Rasanya dia tak pernah bosan menatap orang yang paling dia cintai itu. Rambut Lani yang lebat, masih menutup sebagian wajahnya. Da begitu cantik, guman Alzam lagi dengan menatap Lani tak jemuh.Tiba-tiba dia ingat keinginannya selama ini. Dia lalu masuk, menghampiri Lani.“Lani,” panggil Alzam lembut, suaranya seperti menahan sebuah permintaan besar.Lani menoleh. “Ada apa?” tanyanya dengan senyum kecil.“Temani aku jalan-jalan sore ini. Aku ingin kita menikmati waktu berdua, seper

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 171. Mengubur Impian

    "Kamu mau ke mana, Dhuk? " tanya Wagimin yang telah mendapati Mira datang dan terlihat rapi."Saya mau pulang Paklik. Tapi, entahlah. Rasanya... ada yang mengganjal."Wagimin mengernyit, melipat tangan di depan dada. "Apa yang mengganjal? Ceritakan. Jangan dipendam saja."Mira menunduk. "Bukan apa-apa, Paklik. Hanya perasaan aneh."Towirah, istrinya Wagimin, yang duduk di sudut ruang, ikut menimpali. "Perasaan aneh? Ah, biasanya itu tanda ada sesuatu yang besar. Apa jangan-jangan soal hati?"Mira tertegun. Ia melirik ke arah Towirah dan Wagimin yang kini menatapnya dengan penuh selidik. "Paklik, Buklik... sebenarnya aku ingin bercerita. Tapi takutnya malah jadi rumit.""Coba ceritakan dulu, Dhuk," bujuk Wagimin. "Kami di sini buat mendengarkan."Setelah ragu sejenak, Mira akhirnya menghela napas panjang. "Aku jatuh cinta, Paklik, Bulek. Tapi... aku takut."Towirah menyandarkan tubuh ke kursi, alisnya terangkat. "Takut kenapa? Jatuh cinta itu kan wajar.""Bukan cinta biasa, Bulek. Lela

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 170. Tak terduga

    Lani berdiri mematung di tengah gudang. Senyumnya mengembang, namun matanya berkaca-kaca. Di hadapannya, Alzam berdiri tegak, dikelilingi oleh pekerja gudang dan petani jeruk yang sebagian besar adalah pelanggan setia yang menyetorkan hasil panennya ke gudang milik Alzam. Suasana ruangan terasa penuh, tapi dalam pandangan Lani, hanya ada Alzam. Demikian juga dengan yang dirasakan Alzam.Lani dan Alzam saling menatap, seolah waktu berhenti. Alzam, dengan langkah tegas, mendekati Lani. Tanpa ragu, ia meraih bahunya dan memeluknya erat. Sebuah ciuman lembut ia daratkan di kening Lani.Desas-desus segera memenuhi ruangan. Bisikan kecil di antara kerumunan terdengar seperti suara lebah yang berdengung."Benar, kan? Selama ini mereka ada hubungan," ujar seorang ibu paruh baya di sudut. "Aku sudah melihatnya sejak mereka bersama di sini.Mereka sudah salin mencintai.""Mbak Agna yang menuntut Mas Alzam menikahinya karena dia memang tunangannya. Apa salah?" Sahut ibu-ibu yang lain. Mereka bahka

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 159. Gudang jeruk

    Ruangan besar di pabrik terasa sibuk dengan hiruk-pikuk aktivitas. Tumpukan karung berisi kulit jeruk tertata rapi, siap untuk dikirim. Lani berdiri di depan, mengenakan blouse sederhana yang lebih longgar untuk menutupi kehamilannya agar tak menjadi fitnah di kalangan masyarakat sana yang kini kadang terdengar ada dasas desus tentang dirinya dan Alzam. Sekuat apapun mereka menutupi, ternyata orang malah curiga ada sesuatu diantara mereka, terlebih saat orang tau Lani tinggal di sebelah rumah Alzam. Ada yang sinis, ada yang berbisik kenapa? Apalagi saat melihat orangtua Lani yang terasa akrab dengan orangtua Alzam. Bahkan seorang anak kecil yang kemarin mereka telah tau kalau itu anak Lani."Ternyata Mbak Lani tak sebaik yang kita kira, ya? Anak itu siapa bapaknya juga masih ghak jelas," guman salah seorang diantara mereka kapan hari. Untunglah Lani tak mendengar semua itu walau dia juga kadang risih dengan tatapan orang yang kebetulan bersimpangan dengannya."Untung dia pemilik pabri

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 168. Mencari peluang

    Agna duduk di kursi kayu di sudut ruang makan, menatap secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Pagi itu terasa hampa. Langit mulai cerah, tapi suasana hatinya penuh awan gelap. Jam dinding berdentang, pukul sembilan lewat lima belas. Ia baru saja hendak menyendokkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya ketika ponselnya bergetar."Ini pasti dia," gumamnya, setengah berharap, setengah cemas. Pagi ini saat dia bangun, Alzam sudah pergi. Menurut yang dia dengar dari ibunya, Alzam pamit karena ada yang harus dikerjakan."Halo, Mas," ucap Agna tanpa melihat siapa yang menelpon."Pagi, Bu Agna. Saya Tono. Maaf mengganggu, tapi saya punya informasi penting soal Pak Alzam, sesuai permintaan Anda."Agna terdiam sejenak. "Ya, lanjutkan.""Beliau diskors selama seminggu, Bu. Ada masalah... urusan pribadi, poligami, ketahuan komandannya."Agna meremas gagang ponsel lebih erat. "Diskors karena poligami?" ulangnya lirih. Hatinya seperti ditusuk jarum tajam."Benar, Bu. Sepertinya masalah ini juga men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 167. Karena Cinta

    Lani duduk di ruang tengah, matanya menatap kosong ke arah jendela. Tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin, namun ia bahkan tak menyadarinya. Di sebelahnya, Towirah mencoba memulai percakapan."Lani, jangan begini terus. Kamu harus kuat, Nak," ucap Towirah dengan suara lembut.Wagimin mendekat, membawa sebuah baki berisi pisang goreng hangat. "Ayo makan dulu. Pikiran berat nggak akan hilang kalau perut kosong," katanya sambil tersenyum tipis.Namun, Lani tetap diam. Hanya sekelumit air mata yang tergantung di sudut matanya. Mbok Sarem, yang duduk di sebelahnya, memandang Lani dengan prihatin."Apa Mas Alzam nggak pamit baik-baik sama kamu, Lani?" tanya Mbok Sarem pelan, mencoba menguatkan Lani.Lani menoleh, suaranya serak ketika menjawab. "Dia pamit, Mbok. Tapi rasanya seperti dia pergi untuk selamanya.""Dia pamit, Lani. Dan aku rasa dia juga berat saat pergi sampai dia kembali lagi kan? Jadi jangan berfikir negatif duluh. Dia orang yang bertanggungjawab. Tidak akan mungki

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 166. Membuang impian

    Alzam muncul dari belakang Lani. Ia melirik ke arah ibunya, lalu mengangguk. "Ayo, Mi.""Kamu ghak ngomong sama Lani duluh?""Ngomong apa, Mi?""Mereka sebenarnya menjemput Agna bersamamu. Kakak Agna datang dan ingin berkumpul dengan kalian.""Maksudnya ke rumah orangtua Agna?""Iya, begitulah.""Bagaimana ya, Mi, ini kan masih waktunya Alzam bersama dengan Lani. Kalau ke sana,..""Mas, ghak apa-apa. Pergilah," ucap Lani dengan menahan sesak di hatinya.Salma memandangi putranya dan Lani bergantian dengan perasaan campur aduk. Dalam hatinya, ia mengulang-ulang doa yang sama: "Tuhan, lindungi mereka dari segala kesulitan."Saat Alzam melangkah keluar rumah, Salma menoleh sekali lagi ke arah Lani dan Senja yang berdiri di ambang pintu. Bayangan mereka tersenyum, membuat Salma tak mampu menahan air mata yang menggenang. Ia berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa, namun hatinya terus berdoa. Do'a yang tidak sama dengan yang diucapkan Lani yang segera beranjak ke kamarnya dengan menyuruh Se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 165. Menjemput

    "Nyonya! Kejutan kok mampir ke sini," ucap pembantu Agna saat melihat dua orang di depan pintu. Kedua orang itu pun tersenyum sambil melangkah masuk.Salma dan Thoriq yang sedang minum teh sambil nonton TV di ruang tengah,segera bangkit dan menyalami mereka berdua. Lalu mempersilahkan duduk.Baskara, ayah Agna, menyisipkan percakapan dengan nada lebih ringan. "Bagaimana kabar semua di sini? Lama tidak mampir.""Baik, Pak Baskara," jawab Thoriq datar, meski ada sedikit ketegangan di nadanya. "Tapi saya heran, tumben sore begini datang? Ada keperluan khusus?"Sandra terkekeh kecil. "Bukan keperluan, Pak. Cuma mau ajak Agna sebentar. Kakaknya sudah lama ingin ketemu. Dia baru datang kemarin bersama istrinya, makanya kami ke sini sekalian mampir jemput Agna. Mereka ingin berkumpul lagi seperti duluh saat masih di rumah bersama.""Hanya itu?" Salma akhirnya membuka suara, memandang Sandra dengan sorot mata yang penuh tanya.Sandra mengangguk sambil tersenyum. "Hanya itu. Oh, dan sekalian i

DMCA.com Protection Status