Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / 148. Kekhawatiran yang terwujud

Share

148. Kekhawatiran yang terwujud

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 04:32:52

Alzam hanya diam menelan ludah. Apa yang duluh pernah mereka khawatirkan kini terjadi. Apa yang bisa dia lakukan? Apa yang bisa dia berikan pada anak itu? Secara hukum mereka tidak punya surat nikah.

Lani masih tidur di sudut ranjang, membelakangi Alzam. Punggungnya gemetar menahan tangis, meskipun ia mati-matian menjaga agar suara isaknya tidak terdengar. Alzam yang masih duduk mematung di tepi tempat tidur, hanya menunduk. Tatapannya tajam, penuh rasa bersalah. Terlebih jika dia mengingat betapa cerobohnya dia saat mengajak Agna menikah. Ia tahu betul wanita di hadapannya sedang terluka, tetapi kata-katanya seperti terhenti di tenggorokan.

"Lani..." Suaranya bergetar pelan. "Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku padamu, pada anak kita?"

Alzam mendekat, merebahkan dirinya di ranjang. Tangannya terulur, namun ia menahan diri ketika Lani menepis gerakannya dengan dingin.

"Aku nggak ingin membahasa apa-apa lagi, Mas. Pergilah."

"Pergi ke mana? Sudah seminggu aku menahan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
sijalang mau memfitnah orang, semoga agna hamil tanpa disentuh alzam sekalipun biar mampus keduanya, dan alzam, kalo kamu gak cepat mengambil sikap, siap" aja ditinggal sama lani dan kamu bakal hancur sehancur" nya, istri siri pergi istri sah digarap sepupumu sampai bunting, tinggal kamu penyesalan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 149. Bumil, masih ada yang mau?

    Alzam berdiri di sudut ruang tamu dengan pandangan nanar. Foto di ponsel Agna masih tergambar jelas di kepalanya—Lani berdiri bersama seorang pria yang tampak rapi, terlebih dia Damar. Senyum mereka begitu akrab. Dadanya sesak, gemuruh marah beradu dengan gelombang cemburu yang tak tertahankan. Ia merasa tersayat, seperti ada pisau yang menusuknya dari dalam."Damar..." gumam Alzam pelan, nyaris seperti desisan. Namun nama itu membuat emosinya memuncak. Apa yang pria itu lakukan di rumah Lani? pikirnya. Kapan hari dia sudah mengingatkan untuk menjahui Lani. Kenapa kali ini masih balik lagi?" Siapa yang akan mau sama wanita bunting, Mas? " Lani pernah mengatakan semua itu saat dia cemburu pada Rey. Namun bagi Alzam, jika seseorang yang jatuh cinta, akan sama dengan dirinya, yang tak pernah memandang siapa dia. Terlebih bagi Alzam, pesona Lani yang kuning lansat bersinar dengan pipi kemerahan alami itu selalu membuat orang meliriknya. Seperti saat mereka singgah di rumah makan saat pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 150. Memaksa

    Pandangan Alzam menyapu isi rumah Lani yang tampak sepi, hanya ada Mbok Sarem yang duduk di bangku kayu di dapur, sibuk dengan racikan bumbu di tangannya. Lani selalu menyuruhnya menyiapkan bumbu untuk persiapan empat hari saat Alzam di rumahnya."Mbok," panggil Alzam sambil melangkah mendekat. Wajahnya tetap tegang, pikirannya penuh dengan bayangan tadi saat bersama Agna."Oh, Mas Alzam. Ghak kerja, Mas?""Libur hari ini, Mbok. Setelah pulang dari misi. Sepertinya Mbok sudah lupa."Mbok Sarem terkekeh.Alzam melirik pintu kamar yang sedikit terbuka. Ada sesuatu yang dia tahan. Keinginan yang di ubun-ubun. "Dia nggak pulang makan siang, Mbok?""Ndak, paling, Mas. Pagi tadi juga makannya cuma sedikit. Sepertinya lagi nggak enak badan," jawab Mbok Sarem, nada suaranya penuh kekhawatiran.Alzam hanya bergumam pelan sambil melirik jam di tangannya. Sudah pukul satu siang, tapi Lani belum terlihat. Padahal biasanya kalau pulang jam duabelas. Dia menarik napas panjang, lalu mengaktifkan pon

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 151. Nyatanya

    Lani keluar dari kamar menuju ruang makan dengan langkah perlahan. Senyum kecil menghiasi wajahnya, membuat Mbok Sarem yang masih duduk di bangku panjang teras mencandainya."Wah, wajahnya cerah sekali, Dhuk. Apa sudah sembuh dari nggak enak badan tadi pagi?" Mbok melirik sambil tersenyum simpul. "atau karena yang baru masuk tadi yang bikin enak hati?" candanya.Lani hanya diam menunduk, tanpa menjawab. Dengan senyum malu yang membuat pipinya makin kemerahan. Duduk di kursi meja makan, ia menatap nasi, lauk, dan sayur yang sudah disajikan di atas meja dengan tudung saji. Mendadak, perutnya terasa lapar. Dia menyendokkan makanan ke piring dan mulai makan dalam diam, mencoba menenangkan hatinya yang masih diliputi emosi dan rasa bersalah saat dia merasa tak baik pada suaminya itu, setelah melihat apa yang ada di kain tadi.Kenapa aku merasa... Mas Alzam baru melakukan hubungan itu denganku? pikirnya sambil menatap kosong piring di depannya. Sesaat dia tertegun, mengingat sesuatu.Apa A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 152. Kejutan

    Alzam, walau benar tak tertarik untuk menyelidiki ucapan lelaki itu, tapi dia masih mengingat suaranya yang familiar. Bagaimanapun juga dia memiliki rasa khawatir pada Agna hinggah saat dia bangun Subuh, dia menengok ke kamarnya. Sejenak aneh saat melihat Agna masih lengkap dengan pakaiannya tertidur, bukan memakai pakaian tidur seperti biasanya.Ini hari Rabo. Sejengkel-jengkelnya Alzam pada Lani, dia tak dapat mengingkari hatinya kalau dia hanya memikirkan bisa bersama wanita itu. Hinggah dengan tak sabar segera ke rumah Lani."Makan, Mas. Sudah aku siapkan Nila sama sambalnya," ajak Lani. Namun Alzam masih diam dan hanya duduk diam di meja makan, padahal dia menikmati makanan kesukaannya itu. Saat pergi kerja, pun, dia pergi begitu saja. Lani hanya tersenyum melihatnya, bahkan mengintipnya d balik korden saat Alzam pergi kerja bersama Agna yang terlihat cemberut.Suasana kaku pun terjadi diantara mereka. Bahkan saat tidur mereka salin memunggungi. Terlebih saat sore Alzam sudah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 153. Mana Agna?

    Alzam masih tertegun, langkahnya terhenti di depan lelaki tinggi tegap berkulit sawo matang itu. "Kamu? Kenapa kamu di sini?" tanyanya, suara bergetar menahan perasaan tak menentu.Pria itu tersenyum santai, menepuk bahu Alzam. "Kejutan, ya? Aku di sini untuk periksa lanjutan. ""Lho, kenapa tidak di Rumah Sakit Angkatan Darat saja?" tanya Alzam."Sepupuku yang dokter di sini memintaku pindah ke rumah sakit ini saja. Karena aku ghak mau bolak-balik ke rumah sakit Angkatan Darat, ya aku nurut dia. lagian aku da nyaman sama dia dasripada ditangani dokter lain."Alzam tersenyum kecil, canggung. "Oh... aku baru tahu. Maaf jika semua ini harus terjadi padamu. Gara-gara kamu menyelamatkan aku, kamu yang kayak gini.""Sudah, jangan dibahas lagi," ujarnya terkekeh. "O, ya,.. jadi apa titisanmu itu? Jagan apa bidadari?""Jagoan.""Wah, cocok banget bisa nerusin impian kamu di dunia militer. Aku salut sama kamu, anak pertama lelaki, pasti seneng bisa kita ajak ngopi.""Ah, kamu bisa saja, kayak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 154. Baju longgar

    Pertanyaan Rey tidak ada yang menjawab, selain pandangan mereka yang salin berbicara. Bagaimanapun juga, sampai ke rumah sakit sejauh ini, adalah untuk menutupi pernikahan Alzam dengan Lani agar tak tercium markas. Mereka tidak tau, sangsi apa yang akan didapat Alzam yang seharusnya naik pangkat setelah menjalani missi berbahaya itu jiak tau kalau Alzam memiliki wanita lain selain Agna yang diketahui leh markas sebagai istri sahnya Alzam.Dunia dalam sekejab selah berhenti berputar. Hnaya tatapan Rey yang tak berhenti memandang Lani. Dan tanga Alzam yagn mengepal karena cemburu. Namun, suara Dandi memecah keheningan. "Eh, gimana kalau kita makan dulu? Hanum belum makan, kan?" katanya, melirik Hanum yang tampak canggung.Hanum mengangguk kecil. "Iya, tadi aku cuma minum teh. Perut mulai keroncongan nih."Dandi menepuk bahu Alzam. "Yuk, ke kantin. Rey, kamu ikut juga. Kita nostalgia, cerita-cerita masa dulu sambil makan."Alzam tersentak dari pikirannya. "Iya, oke. Lani, ayo."Lani ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 155. Kecewa

    Rey menatap Lani dengan sorot mata yang sulit ditebak, antara kekecewaan, amarah, dan rasa tidak percaya yang terpatri jelas di wajahnya. Suasana kantin yang tadinya ramai menjadi sunyi seperti menyisakan mereka berlima saja di sana."Kamu...," suara Rey bergetar, ia menunjuk dokumen yang digenggam Lani, "benar kamu yang tadi dari dokter kandungan, bukan Agna yang sekarang masih di sana?"Lani tidak menjawab. Ia hanya menatap Alzam, seolah meminta dukungan. Alzam mengangguk pelan, lalu menundukkan kepala tanpa berkata sepatah kata pun. Hatinya remuk redam. Antara ingin merengkuh Lani dan mengatakan bahwa dia adalah istrinya ataukah karier yang akan hancur karena tak menjamin, Rey akan tinggal diam dengan tak mengatakan apapun tentang mereka ke markas."Lani!" Rey hampir berteriak. "Jawab aku! Apa ini benar?""Rey, apa tidak cukup anggukanku?""Aku tidak butuh jawabanmu, Zam. Aku hanya mau bicara dengan Lani.""Jawaban apa lagi yang mau kamu dengar?"Akhirnya, dengan napas berat, Lani m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   156. Tinggalkan dia, aku menerimamu!

    "Itu artinya dia hamil, tapi kamu tinggal menikahi orang lain! Tega sekali kamu, Zam!" Gigi Reynaldi sampai gemertak."Kejadian tidak seperti itu, Rey!""Lalu seperti apa?" "Ini memang satu kesalahanku pada Lani. Aku tak mempercayainya karena kasus tertentu."Rey bangkit dari kursinya, gerakannya kaku dan tegas, seolah mengguncang ruangan. Sorot matanya menyala, seperti bara yang siap membakar. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya, napasnya berat."Apa kamu tahu berapa dalam luka yang kamu buat?" Suaranya menggetarkan udara di sekitarnya, memaksa setiap telinga yang mendengar untuk mendengarkan. "Kalau tahu bakal begini, aku lebih baik membiarkanmu ditembak waktu itu. Aku bahkan terluka, hampir kehilangan ibu jariku karena kamu!"Tatapannya beralih cepat, menancap ke wajah Alzam seperti anak panah. "Dan sekarang kamu berdiri di sini, seolah semua ini cuma masalah kecil. Kamu telah menikah dengan Lani, Zam. Lalu, menikahi Agna. Kamu tahu artinya, kan? Instansi nggak akan terima o

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 268. Reaksi Alzam

    Alzam tak bisa menahan diri. Jemarinya segera menekan nomor Lani. Begitu tersambung, tanpa basa-basi, ia langsung bicara."Agna ngajukan cerai."Tak ada respons di seberang."Lani?"Masih sunyi."Kamu nggak mau bilang sesuatu?"Suara napas terdengar sebelum Lani akhirnya menjawab pelan. "Aku ngerasa jahat."Alzam mengernyit. "Kenapa ngomong gitu?""Seolah ini bukan salahku. Aku yang merebut kamu darinya.""Lani, sudah berapa kali aku bilang, kamu yang tidak salah. Kamu tak tau aku bertunangan. Sedangkan aku sendiri memang dari awal tak mencintai Agna.""Aku seharusnya bahagia, kan? Agna menyerah, pergi dari hidup kita, membiarkan kita tetap bersama. Tapi kenapa aku malah ngerasa bersalah?"Alzam mengusap wajah. "Dengar, ini bukan salah kita. Dia yang lebih dulu bikin hidup kita berantakan."Lani tak langsung menjawab."Sudahlah, jangan mikirin hal nggak perlu."Lani diam sebentar sebelum berkata, "Tanya apa yang dia mau, Mas. Kamu harus memberinya sesuatu.""Apa? Kamu bisa-bisanya me

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 267. Keputusan

    Markas militer terasa lengang siang itu. Matahari bersinar terik, tapi udara di dalam ruangan terasa lebih dingin dibandingkan biasanya. Langkah Agna terhenti di depan pintu ruang komando. Sekilas, dia menarik napas, memastikan dirinya tetap tegar sebelum mengetuk pintu dan masuk.Di balik meja kayu yang kokoh, Letkol Bara menatapnya dengan ekspresi datar. "Selamat pagi, Pak!""Pagi, Agna," ucap Pak Bara dengan dahi berkerut mengulurkan tangan menyambut jabat tangan Agna."Ada masalah sampai kamu datang kemari?""Saya mau mengajukan gugatan cerai pada Kapten Alzam Pak.""Kamu serius?" Bara bertanya, suaranya tenang, tapi tajam.Agna duduk tegak, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. "Insyaallah yakin, Pak," jawabnya.Bara menghela napas, menatapnya dalam-dalam. "Aku nggak menyangka kamu akan mengambil keputusan secepat ini.""Aku sudah mempertimbangkannya," Agna menegaskan, suaranya tanpa ragu. "Di pernikahan itu saya benar-benar sadar, bahwa saya tidak sekuat yang

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 266. Fiting baju

    Butik itu tampak lengang saat Yasmin melangkah masuk bersama Arhand dan Manda. Aroma lembut lavender memenuhi ruangan berpendingin udara, sementara berbagai gaun pengantin tergantung rapi dalam lemari kaca berlampu redup.Seorang wanita paruh baya dengan setelan rapi menghampiri mereka dengan senyum profesional. "Selamat datang, Bu Manda. Tuan Arhand." Matanya kemudian beralih ke Yasmin. "Dan ini calon pengantinnya? Waw... sungguh cantik."Manda mengangguk kecil. "Kami ingin memastikan gaun ini sempurna untuk hari besarnya. Makanya jauh-jauh hari kami ke sini."Pemilik WO itu menepuk tangannya dua kali. Seorang pegawai segera datang, membungkuk sopan. "Silakan pilih gaunnya, Nona Yasmin. Kami sudah menyiapkan beberapa pilihan sesuai permintaan sebelumnya."Yasmin mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya terasa gelisah. Ia mengikuti pegawai butik menuju rak panjang yang dipenuhi gaun putih dengan berbagai desain. Tangannya menyusuri kain-kain lembut itu, sementara matanya men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 265. Hancur

    "Biadab kamu, Arhand!" Umpatan dan cacikn berhamburan dengan barang yang terlempar dari segala penjuru. Tangisan pun tak dapat dibendung lagiAgna melempar vas ke dinding. Suara pecahan terdengar tajam, menghantam keheningan rumah itu. Tangannya gemetar, napas memburu.Bi Ani berlari masuk, wajahnya panik. "Nona, apa yang terjadi?"Agna tak menjawab. Kepalanya penuh dengan ingatannya sebulan yang lalu, saat lelaki itu datang lewat jendela dan memaksakan kehendaknya pada Agna di saat Agna tak sadarkan diri oleh bekamannya yang dicampuri sesuatu. Agna mencengkeram baju di dada, seperti ingin merobek kenyataan yang baru saja ia terima.Tespek itu masih tergeletak di meja. Dua garis merah terang setelah Dandi keluar membelinya ke apotik dan ingin memastikan dugaannya benar, kalau Agna sedang mengandung."Tidak. Ini tidak mungkin!" raungnya memenuhi ruangan, tak lama setela h Rey dan Dandi pamit keluar sebentar, katanya kangen dengan sungai tempat mereka mancing dahulu.Agna segera menga

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 264. Gemetar

    "Rey, bisakah kamu menolongku?" Terdengar suara Agna gemetar.Rey yang tengah duduk di beranda rumahnya mengernyit. Ia baru saja menikmati kopi panas ketika ponselnya bergetar. Suara Agna terdengar bergetar, seperti menahan sesuatu."Ada apa?" tanyanya."Nanti kamu juga tahu," jawab Agna cepat. "Cepatlah kemari. Aku takut."Suara di latar belakang terdengar riuh. Rey bisa mendengar dentuman keras, suara orang-orang berteriak, bahkan bunyi seperti sesuatu dipukul berkali-kali.Ia langsung bangkit."Aku ke sana sekarang."Tanpa menunggu jawaban, ia memasukkan ponsel ke saku dan melangkah ke garasi.Sementara itu, di depan rumah Agna, puluhan orang berdiri di halaman rumah Alzam yang ditempatinya. Wajah-wajah mereka penuh amarah. Beberapa bahkan mengetuk pintu dengan keras."Keluar!""Jelaskan uang kami!"Dari dalam, Agna melangkah ke pintu dengan rahang mengeras. Ia menarik napas dalam sebelum membukanya sedikit."Mau apa kalian datang dengan marah-marah begini?""Urusan gaji, Bu!"Seor

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 263. Curi pandang

    "Ya Allah, Le, aku kira siapa tadi yang tiba-tiba nongol di dekatku," ucap Marni sambil menyambut uluran tangan Rey.Lelaki itu terkekeh, duduk di sebelah Marni. Dilihat selintas mereka cocok jadi Ibu dan anak, sama-sama besarnya. Hanya Marni besarnya tak terbentuk seperti Rey. Banyak lemaknya.Atik menoleh, dahinya mengernyit. "Siapa dia, Mbak?"Marni terkekeh, menepuk pundak Rey. "Calon mantu yang belum pasti."Rey hanya tersenyum miring. "Insya Allah bisa terlaksana, Bu."Tapi, matanya tetap menatap lurus ke satu arah—ke Mira yang tengah duduk dengan Damar.Damar sadar betul tatapan Rey yang sejak tadi tak lepas dari Mira. Karena itu, tangannya sengaja menggenggam tangan Mira lebih erat. Bahkan, dengan gerakan yang seolah tanpa maksud, ia mengambil sepotong kue kecil dari piring, lalu menyuapkannya langsung ke mulut Mira.Mira tersenyum. Tapi senyumnya hambar. Tatapannya tak sepenuhnya pada Damar. Matanya melirik ke arah lain, sesekali menangkap ekspresi Rey yang kini menatapnya d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 262. Qobiltu,..

    Suasana hening. Semua mata tertuju ke arah Alzam yang duduk di depan penghulu. Wajahnya tenang, tapi jemari yang saling menggenggam erat di pangkuan menunjukkan ketegangan yang tertahan.Pak Kyai Abduh menatapnya lekat, lalu mengulang pertanyaan sakral itu dengan suara tegas dan berwibawa."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Alzam menarik napas dalam, lalu menjawab dengan lantang, suara bulat dan mantap."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Hening sejenak.Lalu, gemuruh suara takbir dan ucapan syukur menggema."Sah!""Alhamdulillah!"Beberapa orang bahkan menepuk paha atau bahu mereka sendiri saking gembiranya. Senyum merekah di wajah Wagimin dan Towirah yang berdiri di samping penghulu. Keduanya tak henti-hentinya mengucap syukur, seolah beban yang selama ini mereka tanggung luruh begitu saja.Salma yang sejak tadi menahan haru, akhirnya tak bisa lagi membendung air matanya. Ia merangkul Towirah erat, bahunya bergetar."Selamat, Mbak... Akh

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 261

    Alzam berdiri di depan pintu, menatap sosok yang memantul di permukaan kaca. Dada berdegup tak menentu. Hari ini, akhirnya semua akan sah.Lani menoleh, lalu berdiri, mengenakan gaun putih yang jatuh lembut hingga menyapu lantai. Cahaya pagi masuk melalui jendela, menyorot wajahnya yang berseri. Alzam menahan napas."Saya permisi duluh." Seorang perias berserta asistennya merasa malu melihat tatapan mesra mereka dan segera pamit keluar dari kamar itu."Kamu cantik sekali," bisiknya, hampir tanpa sadar.Lani tersenyum kecil, menunduk malu. Jemarinya meremas kain gaun yang dipakai. "Terima kasih."Alzam melangkah mendekat, mengulurkan tangan, lalu menggenggam jemari istrinya dengan erat. "Maaf, aku nggak bisa memenuhi impian kita dulu. Nggak ada pedang pora, nggak ada gemuruh rekan-rekan pasukan yang mengangkat pedang menghormati pernikahan kita."Lani menggeleng pelan. "Yang penting kita sampai di titik ini, Mas. Aku sudah bersyukur. Bapak juga kenapa dia memanggil tukang rias sama pela

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 260. Syarat

    "Assalamualaikum!" Semua yang ada di gudang serentak menjawab salam. Gudang pengepulan jeruk tampak lebih lengang dari biasanya. Biasanya, sejak pagi, suara petani berteriak-teriak membawa hasil panen mereka dan menimbangnya. Gudang akan semerbak, bercampur aroma jeruk segar yang memenuhi udara. Hari ini, hanya beberapa orang yang sibuk memilah buah. Tidak ada tumpukan jeruk yang melimpah seperti dulu.Pak Sajad berdiri di dekat timbangan, wajahnya muram. Tia dan Laras duduk di meja administrasi, catatan keuangan berserakan di depan mereka. Beberapa petani berkumpul di sudut, membicarakan sesuatu dengan nada kesal.Alzam melangkah masuk. Matanya menyapu keadaan sekitar. "Bagaimana perkembangannya, Pak?"Pak Sajad menoleh, menarik napas berat. "Nggak baik, Mas. Petani mulai beralih ke tempat lain. Harga yang kita tawarkan terlalu rendah buat mereka."Tia menambahkan, "Padahal harga jeruk memang turun di pasar, tapi mereka lebih pilih jual ke pengepul lain yang berani kasih spekulasi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status