Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Chapter 111 - Chapter 120

265 Chapters

Bab 111. Sekali saja

Alzam yang tidur kembali setelah menyelesaikan sholat Subuh, terbangun dengan terkejut kala sang surya sudah membuatnya terang di jendela kamarnya. Dengan tergesa dia kemudian mandi dan memakai seragamnya ayng telah diambil tadi malam dari kamar utama.Karena tergesa, baju loreng seragam angkatan darat itu pun masih tak terkancing hinggah menampakkan otot tubuhnya yang sempurna.Agna yang menunggunya di ruang tamu, terdiam sejenak. Ia menatap tubuh Alzam. Otot-ototnya yang terpahat sempurna membuat pikirannya berkelana. Ia membayangkan surga dunia yang bisa ia nikmati jika Alzam menjadi miliknya sepenuhnya. "Mas," panggilnya lirih. "Aku cuma butuh kamu satu kali saja... berpikir untuk aku.. Lihatlah aku," Dia mendekat. Demikian juga dengan Alzam yang makin terbius oleh ttubuh ramping Agna."Aku sudah berpikir, Agna," jawab Alzam dengan senyum dan tatapan lembutnya. Tatapannya seolah tak sabar dan penuh harap."Mas,..""Agna,.. ayo cepat berangkat," ucap Alzam sambil mengancingkan se
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 112. Siapa aku?

Lani menatap layar komputernya dengan sedikit malas. Tumpukan laporan yang harus diselesaikan seperti tak ada habisnya. Ia menarik napas panjang sambil sesekali melirik jam dinding. Hanya tinggal beberapa jam sebelum ia bisa pulang. Namun, ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Dipikirnya Alzam kembali yang tiap siang mengirim pesan hanya bertanya apa dia sudah makan? Ternyata nama lain yang membuat bibirnya otomatis tersenyum: Reynaldi.Tanpa ragu, ia menjawab panggilan itu. "Halo, Kapten Rey. Tumben telepon? Ada apa?" sapanya ringan."Halo, Lani," jawab Reynaldi dengan nada ceria. "Apa nggak boleh cuma mau tanya kabar? Kamu kelihatan sibuk banget akhir-akhir ini."Lani terkekeh. "Biasa, Mas. Kerjaan menumpuk. Kalau nggak ada yang diselesaikan, gimana dunia ini bisa tetap berputar?"Rey tertawa pelan di seberang. "Berarti kamu tulang punggung peradaban, ya? Wajar kalau nggak ada waktu buat ngobrol. Maaf, jika kali ini aku mengganggu.""Enggak. Sama sekali ghak ganggu, kok. Aku sud
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 113. Ayah?

"Aku tahu lebih banyak dari yang kau kira, Bu," ujar Senja lirih dari balik pintu, ternyata ia belum benar-benar pergi. Langkah kakinya yang perlahan masuk membuat Towirah dan Wagimin serempak menoleh. Senja berdiri dengan wajah tanpa ekspresi, seragam sekolah yang sudah rapi tampak menambah kontras keberanian di matanya."Senja, maksudmu apa?" suara Towirah bergetar, sementara Wagimin mengusap peluh di kening yang tiba-tiba muncul."Aku dengar kalian bicara tadi. Kenapa aku selalu merasa ada yang disembunyikan dari aku? Kenapa kalian takut dengan Mbakyu Lani?"Towirah melangkah mendekat, mencoba meraih tangan Senja. "Nak, kamu terlalu kecil untuk urusan seperti ini.""Terlalu kecil? Bukankah aku ini yang jadi bagian dari apa pun yang kalian sembunyikan?" Senja mundur selangkah, menatap tajam ibunya. "Aku sudah delapan tahun. Bukannya waktu itu cukup lama untuk mengetahui kebenaran?"Wagimin memotong. "Senja, nggak semua yang kamu lihat atau dengar itu benar. Kadang kita cuma salah pa
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 114. Tamu tak diundang

Lani menoleh kaget. Sosok Reynaldi berdiri di sana, mengenakan jaket kulit hitam dengan seragam loreng, sosok tinggi besar itu tampak kharismatik di kulitnya yang sawo matang bersih, dengan auranya tetap tegas dan berwibawa. Kehadirannya langsung mengundang perhatian seisi kantin."Mas..." gumam Lani pelan, hampir tak percaya.Dita dan Budi yang melihat situasi itu segera menangkap sinyal. "Eh, kita ke perpustakaan dulu, ya. Biar kalian ngobrol," ujar Budi sambil menarik Dita pergi namun Lani segera mencegah mereka."Kenapa pergi? Di sini saja kenapa?" Sejenak Lani menatap tempat duduk Alzam. Namun dilihatnya tak ada. Apa dia telah pergi? guman Lani."Kita ada sedikit keperluan, Lani," ucap Budi tanpa sengaja menarik tangan Dita. Seketika Dita geragapan. "Maaf, maaf," ucap Budi dengan melepas tangannya. Dia pun tersenyum malu.Kini hanya ada Lani dan Reynaldi di meja itu. Lani menunduk, berusaha menyembunyikan keterkejutannya."Sekarang kamu malah nampak cantik dengan wajah polos tanp
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 115. Dia bersamanya?

Keesokan paginya, Lani sibuk di dapur bersama Mbok Sarem. Mereka sedang menyiapkan penyetan ikan nila yang menjadi menu sarapan Lani hari itu."Lan, sambal trasi buatanmu ini makin enak aja," puji Mbok Sarem sambil menyeruput kopi hitamnya.Lani tersenyum tipis. "Biasa aja, Mbok. Kan aku belajar dari Mbok juga.""Ah, kamu ini. Kalau mas Alzam ke sini, pasti dia langsung habisin sambal ini," ujar Mbok Sarem sambil tertawa kecil.Namun, tawa Mbok Sarem tidak dibalas. Lani hanya diam, mengaduk sambal di cobeknya dengan pikiran melayang."Eh, kenapa kamu diam aja, Lan? Ada apa?" Mbok Sarem bertanya, suaranya terdengar cemas."Nggak apa-apa, Mbok. Cuma... aneh aja. Biasanya, sebelum subuh, Mas Alzam udah ada di sini," jawab Lani sambil tersenyum.Mbok Sarem mengerutkan dahi. "Wah, jangan-jangan dia sibuk sama istri sahnya, si Agna itu?"Lani menahan napas, wajahnya memerah. "Mbok, jangan bicara sembarangan.""Eh, ya ampun, aku cuma bercanda, Lan. Jangan baper," kata Mbok Sarem sambil meng
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 116. Meragukan

Pagi itu, Alzam datang ke rumah Lani dengan wajah segar. Rambutnya masih basah, meneteskan sisa air yang belum sempat ia keringkan. Dia hanya memakai sarung dan kaos oblong."Sayang, kenapa nggak masak hari ini? Aku suka penyetan buatanmu," katanya santai, seolah tidak ada yang perlu dijelaskan dari kejadian-kejadian sebelumnya.Lani yang sedang duduk di kursi ruang tamu hanya melirik sekilas, lalu memalingkan wajah. Dalam hatinya, rasa jengkel membuncah. Rambutnya basah begitu, jelas dia habis menghabiskan malam dengan Agna. Sekarang, malah tanya makanan padaku, piki Lani getir."Mbok Sarem mana?" tanya Alzam."Mbok lagi di dapur," jawab Lani singkat tanpa melihat ke arah Alzam.Seolah tak peduli dengan nada dingin Lani, Alzam melangkah ke dapur. Mbok Sarem, yang sedang menyiapkan teh, langsung menyapanya."Barusan ke sini, Mas?" tanya Mbok Sarem."Iya, Mbok," jawab Alzam enteng. "Kenapa Lani nggak masak penyetan favoritku?""Ah, itu sudah kemarin, Mas. Sekarang lagi malas. Biasa, c
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 117. Rahasia

Lani menatap Alzam yang masih tertidur lelap di ranjang. Apa yang telah mereka lakukan pagi ini teramat indah hinggah seulas senyum menghiasi wajah Lani yang kemudian mendaratkan sebuah ciuman di kening Alzam. Walau ada sesuatu dalam dirinya yang masih terasa mengganjal. Tugas apa sebenarnya yang akan menunggu Alzam sampai dia seolah tegang. Perlahan, ia bangun dari dada Alzam, mengambil gamis yang tadi dilepas Alzam dari tubuhnya, dan mencoba melangkah ke kamar mandi. Walau pagi ini dia sudah mandi dua kali, dia lakukan agar nanti bisa sholat Dhuhah sebelum ke pabrik. Baru juga dia mau keluar, ke mushola kecilnya, sudah terdengar suara Alzam."Lani," suara Alzam yang berat memanggilnya, membuat langkahnya terhenti di depan pintu.Ia menoleh. Alzam sudah duduk di tepi ranjang, rambutnya kusut, tapi senyumnya tetap menggoda. "Tetaplah di sini hari ini. Aku ingin seharian hanya berdua denganmu," pintanya, mengulurkan tangan."Kamu kok malah ngajak aku tidur, Mas, memangnya kamu ghak ker
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 118. Dia itu Rey

Lani menatap wajah Alzam yang tampak keras, seolah terbentuk oleh amarah yang menahan. Ia mencoba menghela napas panjang sebelum berkata, "Mas, aku nggak nyembunyikan apa-apa."Tatapan Alzam tajam, seperti menusuk langsung ke batinnya. "Jadi kamu nggak pernah janjian sama Rey? Dia cuma tiba-tiba ngajak makan? Lani, jangan main-main sama aku. Aku bukan orang yang dapat dikelabuhi dengan kata-kata itu.""Aku nggak janjian. Memang Rey ngajak makan, tapi aku langsung bilang nggak bisa. Aku hanya bilang aku sibuk. Itu saja."Alzam mendengus, berdiri dari sofa. Gerakannya tegas, hampir kasar, membuat Lani mundur setengah langkah. "Aku nggak suka cara dia mendekatimu.""Aku sudah bilang aku sibuk." Lani yang kesal kemudian masuk ke kamarnya. Alzam membuntutinya seolah tak terima. Namun Lani masih tak menghiaraukannya. Dengan merapikan baju di almari.Alzam memandang Lani. Ia mendekat, menggenggam pergelangan tangan istrinya perlahan. "Lani, aku serius. Apa benar kamu nggak janjian sama Rey?"
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 119. Sakt hati

"Kapan ini berakhir?" bisik Agna pada diri sendiri. Tangannya gemetar ketika ia meraih telepon genggam di nakas. Ia hampir menelepon mamanya. Namun dia batalkan dengan mengambil kunci mobilnya, dan beranjak pergi.Dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi ini lagi. Selama menikah dengan Alzam, pria itu tak pernah benar-benar ada untuknya. Tidak ada kehangatan, tidak ada malam-malam penuh cinta, bahkan sentuhan pun terasa seperti sesuatu yang tabu di antara mereka. Semua yang ia miliki hanyalah status "istri sah." Tapi apa gunanya?Langit mendung ketika Agna sampai di rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan hanya bayang bayang Lani dan Alzam yang membuatnya mengurai airmata. Maminya, Bu Sandra membuka pintu dengan wajah terkejut."Agna? Kamu kok nggak bilang mau ke sini?" tanyanya, menatap putrinya yang tampak lelah. "Kamu sendiri saja? Mana Alzam?" tanyanya sambil mencari nama yang dimaksud.Agna hanya menggeleng pelan sambil melangkah masuk. Tubuhnya terasa rapuh, seperti angin bi
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 120. Pertemuan tak terduga

Alzam meletakkan tasnya di sofa, tubuhnya terasa berat setelah malam yang panjang di markas. Ia mengusap lehernya yang pegal, lalu matanya menangkap sosok Lani yang duduk di sudut ruangan dengan wajah muram. Sesuatu tampaknya mengganggu pikirannya."Lani?" Alzam mendekat, pandangannya penuh tanya. Ia duduk di sebelahnya, menyentuh bahu istrinya dengan lembut. "Ada apa, Sayang? Kok mukamu kusut begitu?" "Mas!""Ada apa?" "Apa kamu sudah menghubungi Agna?" tanyanya tiba-tiba.Pertanyaan itu membuat Alzam tertegun sejenak. Keningnya berkerut, mencoba memahami ke mana arah pembicaraan ini. "Kenapa kamu tanya begitu?" balasnya dengan nada yang sedikit lebih keras dari yang ia maksudkan.Lani memutar tubuhnya menghadap Alzam. "Aku cuma kasihan sama dia dengan kejadian kemarin, Mas. Dia istrimu juga, kan? Bagaimana perasaannya saat melihat kita sedang bermesraan?"Alzam mendengus pelan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang," katanya, sambil menoleh lagi ke arah Lani, "dia tidak puny
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status