Semua Bab ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Bab 91 - Bab 100

173 Bab

Bab 91. Kerinduan ini.

Suasana riuh rendah terdengar di sebuah kafe yang ramai dikunjungi mahasiswa. Meja-meja penuh dengan gelas kopi setengah kosong dan laptop menyala. Alzam duduk di salah satu sudut kafe, matanya terus mengawasi seseorang yang duduk bersama temannya di meja seberang.Lani, dengan hijab krem dengan terusan berbunga kecil senada, terlihat tertawa kecil mendengar cerita Dita, sahabatnya. Dia mengenakan cardigan yang santai, namun tetap terlihat manis. Alzam memalingkan pandangan sesaat, lalu menghela napas panjang. Tangannya mengeluarkan ponsel dan menekan nomor Lani.Di meja seberang, Lani mengangkat ponselnya dengan raut wajah bingung mencari keberadaan Alzam."Assalamualikum bidadariku!"Lani tak dapat menyembunyikan pias di pipinya yang putih dan mendadak jadi bersemu. Dita yang memperhatikannya hanya berdehem. Lalu emnunjukkan telunjuknya ke sebrang, hinggah Lani tau kalau Alzam memang di sana."Sudah tiga hari ini aku bersamanya," suara Alzam terdengar lirih namun penuh emosi di sebe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

bab 92. Waktu yang berharga.

"Aku nggak ngerti kamu, Kep," Dandi membuka pembicaraan dengan suara berat, memecah kesunyian yang terasa menekan di antara mereka bertiga setelah kepergian Lani. "Kamu tahu apa yang kamu pertaruhkan di sini?"Alzam mendengus pelan. "Dandi, aku nggak peduli lagi. Semua ini nggak ada artinya kalau aku kehilangan Lani. Tiga hari ini tak bersamanya saja, hatiku seperti ini. Rasanya aku tak sanggup."Hanum, yang berdiri di samping Dandi, memandang Alzam dengan cemas. "Kep, kita nggak bilang ini karena nggak ngerti perasaanmu. Tapi kamu harus mikir matang. Karirmu, masa depanmu...""Hanum, masa depanku itu dia," potong Alzam tajam. "Lani dan bayi kami adalah segalanya. Kalau aku harus kehilangan semuanya untuk mereka, aku rela."Dandi menghela napas panjang. Dia tahu percuma berdebat dengan Alzam yang keras kepala. "Kep, aku ngerti ini sulit. Tapi, kalau kamu mau dia baik-baik saja, kamu harus sabar. Kamu nggak bisa gegabah.""Tiga hari aku habiskan waktu sama Agna, tapi kepalaku cuma penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

bab 93. Rindu tak bertepi

Deru mesin mobil terdengar halus, namun atmosfer di dalamnya penuh ketegangan yang tidak kasatmata. Agna duduk di sebelah Alzam dengan raut wajah yang sulit ditebak. Make up-nya tebal menggambarkan kesempurnaan yang selalu ia tuntut dari dirinya sendiri, tapi matanya menyiratkan kekecewaan. Alzam mengemudi dengan tatapan lurus ke depan, kedua tangannya mantap di atas setir."Enak ya, pagi-pagi sudah di rumah itu," sindir Agna tanpa menoleh.Alzam tidak menjawab. Rahangnya mengeras, tetapi ia tetap fokus pada jalanan yang mulai ramai.""Bahkan sepertinya kamu tak sabar menunggu Subuh." " lanjut Agna dengan nada yang lebih tajam."Kok diam? Atau jangan-jangan terlalu capek, ya setelah bermesraan?"Alzam menghela napas panjang, mencoba menahan amarah yang membuncah. "Kamu sudah tahu jawabannya, Agna. Jangan buat ini menjadi rumit." Alzam memang mengerti dari tadi dia datang lewat rumahnya, tatapan mata Agna selalu tertuju pada rambutnya yang masih basah.Agna tertawa kecil, dingin. "Rumit?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bab 94. Tamu.

Alzam berdiri di balik pintu, tangan kanannya menggenggam erat pegangan pintu. Ia tidak langsung membukanya lebar, hanya menyisakan celah kecil untuk melihat siapa yang datang. Aneh jika tiba-tiba saja ada orang datang bertamu ke sini yang diketahui orang-orang sini ini tempat tinggalnya Lani setelah Alzam menikah. Ternyata Dandi, sahabat satu markasnya, dan seorang perempuan muda yang Alzam kenali sebagai Hanum."Assalamualikum. Aku tahu kau di sini, Zam," suara berat Dandi terdengar dari luar.Alzam menarik napas dalam-dalam sambil menjawab salam. Dia memutar kenop pintu dengan perlahan namun tidak keluar sepenuhnya. "Masuk," ucapnya pelan, sambil melirik Lani di dapur. Ia memberi isyarat kepada Dandi untuk cepat masuk agar tidak ada orang lain yang melihat. Dan langsung membawa mereka melewati ruang tamu yang terkesan sederhana.Dandi dan Hanum melangkah masuk ke dalam rumah kecil itu. Hanum menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu yang samar. Pemandangan yang disuguhkan membuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 95. Menjaga.

“Biar aku yang buka pintu,” ujar Lani dengan cepat, berdiri dari kursinya sebelum orang lain sempat bergerak. “Kalau kamu yang buka, Mas, nanti bisa-bisa semua orang tahu kamu di sini. Untung yang tadi Dandi sama Hanum," cetus Lani.Alzam mengangguk pelan, membiarkan Lani berjalan menuju pintu. Ia memandangi punggung istrinya yang semakin menjauh. "Ya, beginilah, Dan. Aku harus sembunyikan semua ini agar orang tak anggap aku selingkuh dengan Lani," ucap Alzam terkekeh."Sabar,.." Dandi menepuk punggung sahabatnya dengan mengintip siapa yang datang.Tangan Lani meraih gagang pintu, membukanya perlahan, dan tampaklah sosok Pak Sajad di depan pintu dengan senyum kecil yang ramah.“Oh, Pak Sajad. Silakan masuk,” ujar Lani, mencoba bersikap biasa saja. Ia melirik sekilas ke ruang keluarga, memastikan Alzam dan Dandi tetap di tempat mereka.Pak Sajad tersenyum sopan dan melangkah masuk. “Maaf, Mbak Lani. Saya pikir tadi Mbak belum pulang. Ada yang perlu saya bicarakan soal stok jeruk yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 96. Bayangan itu.

Lani berjalan pelan menuju kamar. Tangannya yang masih menggenggam rekap pengiriman jeruk terasa dingin, seperti mencerminkan perasaan hatinya. Ia tahu pembicaraan tadi tidak selesai, dan Alzam pasti masih merasa bersalah dengan mendahuluinya masuk kamar dengan gusar setelah mengucapkan kata maaf saat masih ada Dandi dan Hanum di rumah mereka."Seandainya aku tidak mengajak Agan menikah saat itu, kita tidak akan mengalami semua ini, Lani. Maafkan aku," terngiang di telinga Lani saat Alzam mengucapkannya setelah mereka membahas rumah sakit mana yang dipakai untuk memeriksakan kehamilan Lani."Mas,..""Aku sudah membuat semuanya menjadi begitu rumit.""Sudahlah, Zam. Semuanya sudah terjadi. Sekarang kita harus mencari cara yang tepat. Itu saja. Sampai entah bagaimana nanti Tuhan memberikan jalan pada kalian," hibur Dandi waktu itu.Di kamar, Alzam sedang duduk di tepi ranjang, menunduk sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ketika pintu terbuka, ia menoleh cepat. Pandangannya la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Bab 97. Kenapa menjauh?

Agna menyandarkan tubuhnya dengan kasar di jok mobil. Wajahnya tampak kesal, bibirnya sedikit mengerucut, dan tangan kanannya sibuk memutar cincin di jari manisnya. "Jangan berharap aku akan mengatakan lagi pada orang lain kalau ada yang mencarimu, Mas," katanya dingin, menatap lurus ke jalanan yang penuh kendaraan pagi itu. "Kemarin kalau bukan karena Dandi, aku nggak akan bilang kalau kamu di sana. Bisa-bisa karier kamu mungkin sudah berantakan sekarang.""Kamu kan bisa panggil aku dari belakang seperti saat aku ke situ." Dengan enteng Alzam mengatakannya."Biar, biar sekalian orang tau kalau kamu di sana." Agna gregetan sampai wajahnya menegang.Alzam yang sedang menggenggam setir menghela napas panjang. Ia tak langsung merespons, hanya mengalihkan pandangan sejenak ke arah Agna. "Silakan saja," jawabnya pendek, tenang, namun penuh makna. "Mungkin tu bias kebetulan untuk aku."Agna mendengus. Ia tahu Alzam tak benar-benar menginginkan kariernya hancur. Tapi ia juga tahu bahwa ucapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Bab 98. Aku hnaya,..

Lani membuka mulutnya, namun mengatupkannya kembali dengan turun dari pangkuan Alzam saat pintu belakang diketuk."Siapa?""Saya, Lani." Terdengar suara Mbok Sarem dari balik pintu."Mbok Sarem, masuk saja. Gak dikunci, nggak usah repot-repot ketuk pintu," seru Lani, tersenyum hangat dari dalam rumah.Mbok Sarem tertawa kecil, menyeka keringat di dahinya. "Lani, aku ini tahu diri. Siapa tahu kamu lagi sibuk sama Mas Alzam," katanya sambil melangkah masuk.Lani sedikit memerah mendengar candaan itu. "Ah, Bu, jangan asal ngomong. Mas Alzam baru selesai mandi, sekarang lagi mau makan."Sambil menaruh tasnya di lantai dapur, Mbok Sarem tertawa lagi. "Begitu toh. Ya sudah, aku ke sini cuma mau makan saja. Enak sudah ada yang masak, jadi Mbok ghak usah masak lagi. Rumah Mas Alzam juga sudah bersih, tinggal ke sini.""Tuh, kan Mbok Sarem jadi enak, karena kamu sudah masak Lani," kekeh Alzam."Ya, ghak apa toh Mas. Aku masak kan karena ada kamu di sini. Coba kalau kamu lagi di sana, aku mal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 99. Tersekat.

"Apalagi, Mas?"Dengan ragu Alzam menatap Lani, "Pas Dandi tadi telepon. Dia minta kamu juga datang besok pagi. Aku pikir kita bisa pergi bareng. Bagaimana?" ucapnya."Aku kamu ajak ke sana bersama Agna?""Apa kamu keberatan?" tanya Alzam walau dia tau Lani merasa tak nyaman dengan Agna. Namun melihat posisi Lani di desa itu sekarang, Lani ghak mungkin ghak datang. Lani terdiam sejenak, menatap lekat wajah Alzam yang masih menunggu jawabannya. Hatinya berkecamuk. Dandi mengundangnya ke acara pertunangannya, dan Alzam mengajak bareng dengannya dan Agna. Bagaimana mungkin? Dengan ada Agna di sana, istri sah Alzam, yang selama ini tanpa sadar membuat Lani merasa tersisih."Mas, menurutmu aku harus datang ke acara Dandi?" suara Lani terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Ia memandang Alzam dengan tatapan ragu."Kenapa nggak? Mereka itu teman dekat kita, kan? Terlebih dengan seluruh orang penting desa ini yang tentunya ke sana," jawab Alzam, mencoba terdengar santai. Tapi, ada ketegang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 100. Cermburu.

"Mbak Daulani, pemilik perusahaan yang mengangkat potensi desa ini?" Suara itu datang dari seorang pria berbadan tegap, dengan busana batik yang membuatnya tampak berwibawa.Lani menoleh . "Bagaimana Anda mengenal saya?" tanya Lani, mencoba terdengar santai."Kenalkan, saya Reynaldi, satu markas dengan Kapten Alzam, suami Mbak Agna, saat masih di Surabaya." Lelaki itu mengulurkan tangannya. Namun Lani mengatupkan kedua tangannya di dada dengan tersenyum. Seulas senyum disunggingkan lelaki berwajah manis itu. Kekagumannya mulai tercipta dengan melihat apa yang ditampakkan Lani. Bahkan dia tak henti menatap wajah cantik Lani, seolah terbuai.Sejenak Lani merasa tak enak dengan kata-kata suami Mbak Agna, terlebih saat Agna malah menandaskannya dengan,.."Iya, suami saya duluh memang teman satu markas dengan Anda Kapten Reynaldi. Apa kabar?" tanya Agna dengan mengulurkan tangannya. Sewaktu tunangannya dengan Alzam duluh, Reynaldi yang duluh dekat dengan Alzam, datang.Reynaldi menyambutny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status