Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / bab 92. Waktu yang berharga.

Share

bab 92. Waktu yang berharga.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-12-02 17:47:32

"Aku nggak ngerti kamu, Kep," Dandi membuka pembicaraan dengan suara berat, memecah kesunyian yang terasa menekan di antara mereka bertiga setelah kepergian Lani. "Kamu tahu apa yang kamu pertaruhkan di sini?"

Alzam mendengus pelan. "Dandi, aku nggak peduli lagi. Semua ini nggak ada artinya kalau aku kehilangan Lani. Tiga hari ini tak bersamanya saja, hatiku seperti ini. Rasanya aku tak sanggup."

Hanum, yang berdiri di samping Dandi, memandang Alzam dengan cemas. "Kep, kita nggak bilang ini karena nggak ngerti perasaanmu. Tapi kamu harus mikir matang. Karirmu, masa depanmu..."

"Hanum, masa depanku itu dia," potong Alzam tajam. "Lani dan bayi kami adalah segalanya. Kalau aku harus kehilangan semuanya untuk mereka, aku rela."

Dandi menghela napas panjang. Dia tahu percuma berdebat dengan Alzam yang keras kepala. "Kep, aku ngerti ini sulit. Tapi, kalau kamu mau dia baik-baik saja, kamu harus sabar. Kamu nggak bisa gegabah."

"Tiga hari aku habiskan waktu sama Agna, tapi kepalaku cuma penu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 93. Rindu tak bertepi

    Deru mesin mobil terdengar halus, namun atmosfer di dalamnya penuh ketegangan yang tidak kasatmata. Agna duduk di sebelah Alzam dengan raut wajah yang sulit ditebak. Make up-nya tebal menggambarkan kesempurnaan yang selalu ia tuntut dari dirinya sendiri, tapi matanya menyiratkan kekecewaan. Alzam mengemudi dengan tatapan lurus ke depan, kedua tangannya mantap di atas setir."Enak ya, pagi-pagi sudah di rumah itu," sindir Agna tanpa menoleh.Alzam tidak menjawab. Rahangnya mengeras, tetapi ia tetap fokus pada jalanan yang mulai ramai.""Bahkan sepertinya kamu tak sabar menunggu Subuh." " lanjut Agna dengan nada yang lebih tajam."Kok diam? Atau jangan-jangan terlalu capek, ya setelah bermesraan?"Alzam menghela napas panjang, mencoba menahan amarah yang membuncah. "Kamu sudah tahu jawabannya, Agna. Jangan buat ini menjadi rumit." Alzam memang mengerti dari tadi dia datang lewat rumahnya, tatapan mata Agna selalu tertuju pada rambutnya yang masih basah.Agna tertawa kecil, dingin. "Rumit?

    Last Updated : 2024-12-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 94. Tamu.

    Alzam berdiri di balik pintu, tangan kanannya menggenggam erat pegangan pintu. Ia tidak langsung membukanya lebar, hanya menyisakan celah kecil untuk melihat siapa yang datang. Aneh jika tiba-tiba saja ada orang datang bertamu ke sini yang diketahui orang-orang sini ini tempat tinggalnya Lani setelah Alzam menikah. Ternyata Dandi, sahabat satu markasnya, dan seorang perempuan muda yang Alzam kenali sebagai Hanum."Assalamualikum. Aku tahu kau di sini, Zam," suara berat Dandi terdengar dari luar.Alzam menarik napas dalam-dalam sambil menjawab salam. Dia memutar kenop pintu dengan perlahan namun tidak keluar sepenuhnya. "Masuk," ucapnya pelan, sambil melirik Lani di dapur. Ia memberi isyarat kepada Dandi untuk cepat masuk agar tidak ada orang lain yang melihat. Dan langsung membawa mereka melewati ruang tamu yang terkesan sederhana.Dandi dan Hanum melangkah masuk ke dalam rumah kecil itu. Hanum menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu yang samar. Pemandangan yang disuguhkan membuat

    Last Updated : 2024-12-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 01. Aku Membencimu.

    Di luar begitu gelap. Tak ada bintang yang terlihat. Dengan mengendap Lani berjalan melewati belakang rumah , menyusuri belukar hinggah jatuh berkali-kali. Pedih dan perih tak lagi dia rasakan."Ya, Allah, beri aku kekuatan untuk keluar dari semua ini," untaian do'a terus dipanjatkan Lani. Kakinya sudah banyak mengeluarkan darah saat dia menyusuri semak-semak."Aww!" Lani meringis saat duri menancap di kakinya. Segera dia lepaskan duri itu dan dia kembali berlari dengan tertatih."Ini ke mana ujungnya, ya Allah?" Lani merasa tidak kuat lagi, terlebih dengan kerongkongannya yang terasa kering. Dia lalu menggapai air di aliran air yang kini terhampar di depannya. Meminumnya untuk mengeluarkan dahaga yang menyerangnya."Hey, wanita sialan, mau lari ke mana kamu?"Lani sontak menoleh dengan teriakan dari kejauhan. Dua lelaki itu kini bahkan mengejarnya."Ya, Allah, tolong aku! Tolong aku! Izinkan aku keluar dari kejaran mereka." Dengan bingung Lani segera menceburkan diri ke aliran air ya

    Last Updated : 2024-10-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 02. Penawaran.

    "Jika nanti kamu sembuh, aku bisa menjatuhkan talak untukmu. Dan kamu bisa pergi seperti kemauanmu." Alzam masih menerangkan maksudnya. Dia mendengar dari cerita Mbok Sarem kapan hari kalau Lani rajin minum obat dan rajin makan walau mulutnya pahit, dengan mengatakan kalau dia ingin segera sembuh dan pergi.Lani menggeleng kuat."Kita hanya menikah sirih, disaksikan pak kyai.""Aku sudah pernah menyetujui pernikahan siri yang berujung dengan kesengsaraanku seperti ini, kenapa aku harus terjun kembali?"tanya Lani dengan menatap pria yang kini ada di hadapannya. "apalagi denganmu, orang yang mengingatkanku pada orang yang paling aku benci di dunia."" Ini hanya untuk membuat kita menjadi muhrim, sementara sampai kamu kuat kembali dan aku bisa melepasmu." Perkataan Alzam agak meninggi melihat sikap Lani."Tidak, aku tidak ingin lagi terlibat dalam masalah," tekat Lani dengan terus menggigil. Giginya kembali gemertak."Entah apa masalahmu kepadaku sampai kamu seolah membenciku. Nama saja

    Last Updated : 2024-10-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 03. Perasaan Ini.

    "Lupakan! Ayo, kita ke ruang rapat sekarang. Katanya mau ada operasi khusus."Dandi hanya diam sambil berjalan mengikuti Alzam. Dia sedikit heran dengan arah pembicaran Alzam. Terlebih saat Alzam begitu terlihat menghawatirkan Lani."Maaf, ini agak sakit." Dandi mengambil sampel darah.Lani hanya memandang jarum itu menghisap darahnya. Padahal Alzam malah memalingkan pandangannya seolah tak tega."Aku sudah kebal dengan rasa sakit sejak aku lari dari orang-orang biadab itu, dan tidak lagi merasakan duri yang menancap di kakiku.""Bagaimana kejadiannya hinggah kamu mengalami hal seperti itu?" "Aku hendak pulang ke desa, ada dua orang mencegatku, dan membekamku. Sepertinya mereka suruan seseorang melihat segala macam yang mereka ungkapkan dan laporkan.""Kamu tau orangnya, kenapa dia sampai berniat buruk padamu?"Lani menggeleng."Kamu punya musuh?""Apa mungkin dia tega melakukan itu," gumannya."Dia siapa?""Ini memang salahku, aku menyetujui menikah siri dengan suami orang hanya k

    Last Updated : 2024-10-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 04. Pernikahan.

    "Silahkan masuk Pak Kyai!" Alzam mempersilahkan tamunya."Saya izin masuk sebentar.""Lani, maaf jika aku tak memberitahumu. Kita harus menikah siri sampai kamu merasa kuat dan pergi dari rumah ini seperti keinginanmu. Seperti yang aku katakan, aku tak ingin berbuat dosa dengan tak muhrim untukmu tapi selalu melakukan kontak fisik denganmu.""Kamu melakukan hal ini tanpa persetujuanku?" Lani sampai membulat matanya."Aku hanya ingin menjaga kita agar tak menjadi dosa."Lani menggeleng."Tolonglah, hanya nikah siri. Setelah semuanya ghak ada masalah, aku akan menjatuhkan talak untukmu. Dan kamu bisa pergi jika itu kemauanmu.""Tidak, Mas!""Jangan keras-keras, Pak Kyai sudah di sini.""Apa? Kamu ya, bisa-bisanya kamu,.."Alzam menbekam mulut Lani. "Nurut saja. Apa kamu tidak percaya padaku?""Tapi jangan menuntut yang tidak-tidak kamu.""Contohnya?""Kamu bukan lagi anak kecil yang harus dijelaskan secara rinci.""Kalau kamu yang mulai duluan?" canda Alzam dengan menyimpan senyumnya mel

    Last Updated : 2024-10-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 05. Canggung.

    "Mau ke kamar mandi?" tanya Alzam.Lani sejenak memandang Alzam. Rasa aneh dan canggung menjadi terasa di hatinya. Demikian juga dengan yang dialami Alzam. Padahal sebelumnya itu justru tak mereka rasakan."Aku mau sholat saja duluh dengan tayamum. Aku takut tiap pegang air selalu kedinginan.""Baiklah, kalau begitu aku akan ke kamar mandi duluh. Aku mau wudhu, nanti sholatnya aku imami, ya."Lani mengangguk. Lalu tayamum.Alzam kemudian ke kamar mandi dan sebentar saja sudah kembali. Mereka pun segera berjamah. Ada yang sejuk dirasakan Lani saat mendengar ayat suci dilantunkan Alzam dengan fasihnya saat dia menjadi imam. Diam-diam Lani merasa jika benar dia dinikahi Alzam memang karena pria itu tak ingin melakukan dosa dengan terus bersamanya tanpa ada kata muhrim."Kenapa memandangiku?" "Enggak, ghak apa-apa," sahut Lani bingung."Jangan terus memandangi aku, nanti kamu jatuh cinta sama aku.""Aku takkan berani jatuh cinta padamu. Aku tau aku siapa. Hidupku telah hilang dibawa lela

    Last Updated : 2024-10-29
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 06. Curiga.

    "Sepertinya dia hanya trauma. Syukurlah dia tidak mengalami seperti dugaanku," ucap Dandi."Memangnya apa dugaanmu?""Aku kira orang-orang itu sudah sampai memperkosanya dan menularkan penyakit tertentu.""Syukurlah tidak, setidaknya aku bisa lega," ucap Alzam dengan tersenyum. "Hari ini puyengnya sepertinya mulai hilang. Hanya rasa dinginnya yang sepertinya belum pulih.""Tenaganya terkuras waktu melarikan diri itu. Terlebih dia harus melawan arus sungai yang lagi deras-derasnya.""Setidaknya dia bisa diajak bicara dan mulai mempercayai aku. Tidak seperti saat awal-awal duluh yang seperti membenciku.""Kamu tidak bertanya kenapa dia seolah membencimu dengan mengatakan mata dan tatapanmu itu mengingat dia pada seseorang yang teramat dia benci ?""Aku takut itu bisa mengusik masa lalunya yang sesungguhnya ingin dia buang.""Bener juga kamu, Kep."" Aku tak bisa membayangkan kehidupan apa yang telah dialaminya. Saat masih SMA telah mengalami pelecehan dan bahkan harus melahirkan anak da

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 94. Tamu.

    Alzam berdiri di balik pintu, tangan kanannya menggenggam erat pegangan pintu. Ia tidak langsung membukanya lebar, hanya menyisakan celah kecil untuk melihat siapa yang datang. Aneh jika tiba-tiba saja ada orang datang bertamu ke sini yang diketahui orang-orang sini ini tempat tinggalnya Lani setelah Alzam menikah. Ternyata Dandi, sahabat satu markasnya, dan seorang perempuan muda yang Alzam kenali sebagai Hanum."Assalamualikum. Aku tahu kau di sini, Zam," suara berat Dandi terdengar dari luar.Alzam menarik napas dalam-dalam sambil menjawab salam. Dia memutar kenop pintu dengan perlahan namun tidak keluar sepenuhnya. "Masuk," ucapnya pelan, sambil melirik Lani di dapur. Ia memberi isyarat kepada Dandi untuk cepat masuk agar tidak ada orang lain yang melihat. Dan langsung membawa mereka melewati ruang tamu yang terkesan sederhana.Dandi dan Hanum melangkah masuk ke dalam rumah kecil itu. Hanum menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu yang samar. Pemandangan yang disuguhkan membuat

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 93. Rindu tak bertepi

    Deru mesin mobil terdengar halus, namun atmosfer di dalamnya penuh ketegangan yang tidak kasatmata. Agna duduk di sebelah Alzam dengan raut wajah yang sulit ditebak. Make up-nya tebal menggambarkan kesempurnaan yang selalu ia tuntut dari dirinya sendiri, tapi matanya menyiratkan kekecewaan. Alzam mengemudi dengan tatapan lurus ke depan, kedua tangannya mantap di atas setir."Enak ya, pagi-pagi sudah di rumah itu," sindir Agna tanpa menoleh.Alzam tidak menjawab. Rahangnya mengeras, tetapi ia tetap fokus pada jalanan yang mulai ramai.""Bahkan sepertinya kamu tak sabar menunggu Subuh." " lanjut Agna dengan nada yang lebih tajam."Kok diam? Atau jangan-jangan terlalu capek, ya setelah bermesraan?"Alzam menghela napas panjang, mencoba menahan amarah yang membuncah. "Kamu sudah tahu jawabannya, Agna. Jangan buat ini menjadi rumit." Alzam memang mengerti dari tadi dia datang lewat rumahnya, tatapan mata Agna selalu tertuju pada rambutnya yang masih basah.Agna tertawa kecil, dingin. "Rumit?

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   bab 92. Waktu yang berharga.

    "Aku nggak ngerti kamu, Kep," Dandi membuka pembicaraan dengan suara berat, memecah kesunyian yang terasa menekan di antara mereka bertiga setelah kepergian Lani. "Kamu tahu apa yang kamu pertaruhkan di sini?"Alzam mendengus pelan. "Dandi, aku nggak peduli lagi. Semua ini nggak ada artinya kalau aku kehilangan Lani. Tiga hari ini tak bersamanya saja, hatiku seperti ini. Rasanya aku tak sanggup."Hanum, yang berdiri di samping Dandi, memandang Alzam dengan cemas. "Kep, kita nggak bilang ini karena nggak ngerti perasaanmu. Tapi kamu harus mikir matang. Karirmu, masa depanmu...""Hanum, masa depanku itu dia," potong Alzam tajam. "Lani dan bayi kami adalah segalanya. Kalau aku harus kehilangan semuanya untuk mereka, aku rela."Dandi menghela napas panjang. Dia tahu percuma berdebat dengan Alzam yang keras kepala. "Kep, aku ngerti ini sulit. Tapi, kalau kamu mau dia baik-baik saja, kamu harus sabar. Kamu nggak bisa gegabah.""Tiga hari aku habiskan waktu sama Agna, tapi kepalaku cuma penu

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 91. Kerinduan ini.

    Suasana riuh rendah terdengar di sebuah kafe yang ramai dikunjungi mahasiswa. Meja-meja penuh dengan gelas kopi setengah kosong dan laptop menyala. Alzam duduk di salah satu sudut kafe, matanya terus mengawasi seseorang yang duduk bersama temannya di meja seberang.Lani, dengan hijab krem dengan terusan berbunga kecil senada, terlihat tertawa kecil mendengar cerita Dita, sahabatnya. Dia mengenakan cardigan yang santai, namun tetap terlihat manis. Alzam memalingkan pandangan sesaat, lalu menghela napas panjang. Tangannya mengeluarkan ponsel dan menekan nomor Lani.Di meja seberang, Lani mengangkat ponselnya dengan raut wajah bingung mencari keberadaan Alzam."Assalamualikum bidadariku!"Lani tak dapat menyembunyikan pias di pipinya yang putih dan mendadak jadi bersemu. Dita yang memperhatikannya hanya berdehem. Lalu emnunjukkan telunjuknya ke sebrang, hinggah Lani tau kalau Alzam memang di sana."Sudah tiga hari ini aku bersamanya," suara Alzam terdengar lirih namun penuh emosi di sebe

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 90. Masa depan.

    Pagi itu, langit masih biru jernih saat Alzam keluar dari rumah bersama Agna. Langkahnya terasa berat, namun wajahnya tetap dipaksakan tenang. Di sebelahnya, Agna mengenakan gaun formal dengan potongan rapi, dan senyum kecil menghiasi wajahnya. Sikapnya begitu berbeda; terlihat penuh perhatian, bahkan tangannya sempat menyentuh lengan Alzam saat mereka menuju mobil."Nanti kita mampir sarapan duluh, ya Mas?" Alzam hanya mengangguk singkat, tidak ada kata yang terucap. Ia membuka pintu mobil untuk Agna, lalu melirik ke sebelah untuk memastikan melihat Lani walau dia tau dia tak dapat melihatnya. Maafkan aku, Lani. Aku justru bersamanya pergi, sedangkana kamu hari ini juga waktunya kuliah.Sementara Lani yang mau keluar, menahan langkahnya saat melihat semua itu. Dia tidak ingin melihat tatapan tajam Agna yang penuh benci padanya. Wajah Lani terlihat pucat, dan tatapannya begitu hampa, seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti. Dia merasakan sesuatu menghantam dadanya, tapi ia hanya bis

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 89. Berharap keajaiban.

    Alzam mengulurkan tangan, menggenggam tangan Lani yang dingin. Mata mereka saling bertaut, seolah berbicara dalam diam. Lani menatap Alzam, menemukan sesuatu yang tidak pernah dia pahami sepenuhnya-penyesalan, ketakutan, dan pengharapan yang tak bisa terucap. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, namun dia menahannya agar tidak jatuh."Ayo pergi, Nak." Kembali Wagimin menandaskan perkataanya. Alzam makin menggenggam tangan Lani erat. Bahkan merengkuhnya. Hanya tatapan mata mereka yang bicara dalam batyang buram.Melihat itu, Agna yang berdiri di dekat pintu tak lagi bisa menahan diri. Dengan langkah tergesa, ia masuk ke dalam rumah dan membanting pintu keras-keras. Suara gemeretak itu menggema, membuat suasana di luar semakin mencekam. Semua mata kini tertuju pada Alzam dan Lani, yang masih berdiri dalam kebisuan yang menyakitkan."Pak Wagimin," Thoriq memecah keheningan dengan suara beratnya, "Mari kita bicarakan ini di rumah Lani. Lagipula sudah siang, keburu ada orang lewa

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 88. Bukan tempatmu.

    Pagi itu, ketukan keras menggema di pintu rumah Alzam. Agna yang merasa malam pertamanya telah dirampas, berjalan dengan wajah penuh amarah menuju pintu. Ia menarik gagangnya dengan kasar, mendapati seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu dengan wajah gelap. Sementara Mbok Sarem yang tadi hendak ke dalam rumah alzam, mengurungkan niatnya ke sana dan berjalan ke rumah yang ditempati Lani kembali, lalu menggedor kamar Lani. Dia tau, semalam Alzam di sana karena dia mendapati Alzam yang bangun sebelum Subuh sudah melaksanakan tahajud di mushola kecil mereka.“Siapa Anda?” tanya Agna tajam. Menelisik pria berkulit gelap ituPria itu adalah Wagimin, ayah Lani. Tanpa basa-basi, ia melontarkan pertanyaan tajam, “Mana Alzam? Panggil dia keluar!”Agna mengerutkan kening, merasa diremehkan di rumahnya sendiri. “Siapa Anda, berani-beraninya berteriak di sini? Alzam suami saya. Dan saya tidak suka ada orang asing memanggilnya dengan tak sopan seperti ini," ucapnya dengan tatap menyelidik.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 87. Malam pertamamu yang membuatku sesak.

    Tapi ketika Alzam masuk kamar, Agna langsung sadar ada yang tidak beres. Wajah suaminya terlihat jauh, seperti tidak benar-benar berada di sana. Ia tidak memandanginya seperti seorang pengantin baru yang tak sabar menyentuh pasangannya."Mas," panggil Agna, mencoba menarik perhatiannya. "Aku sudah menunggu. Ayo, duduk di sini."Alzam menoleh sekilas, lalu mengangguk lemah. Ia berjalan mendekat, duduk di pinggir tempat tidur, namun tak menyentuh Agna sama sekali. Dia malah terkesan ingin pergi dari kamar itu."Agna,.." Alzam ingin mengungkapkan sesuatu, namun dia tak bisa mengutarakannya. Bahkan dia merasa risih saat Agna melepas jubahnya dan hanya memakai baju minim dengan dada yang terexpos."Kamu kenapa, sih?" tanya Agna, suaranya mulai kesal. "Aku sudah berdandan untukmu, tapi kamu malah begini. Apa aku kurang menarik untukmu?""Bukan itu," jawab Alzam singkat, tanpa menoleh. Ia menunduk, tangannya saling meremas, seolah sedang menahan sesuatu."Lalu apa? Apa ada yang kamu sembunyi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 86. Menunggu malam pertama.

    Alzam tak bisa menahan diri. Begitu mendengar kabar dari umminya, ia langsung memeluk Lani erat-erat, seperti ingin memastikan keberadaan wanita itu dan bayi yang ada di dalam kandungannya. Tangannya yang besar dan kokoh menggenggam wajah Lani, menatapnya penuh rasa haru. Menangkup wajah cantik di depannya dengan menciuminya."Lani... aku tak tahu harus berkata apa," ucap Alzam dengan suara bergetar. Terakhir, Ia mencium kening Lani dengan lembut, mengabaikan tatapan abi dan umminya yang masih berada di ruangan itu. "Terimakasih!"Lani tersenyum samar, matanya sedikit basah. "Mas, ..." Dia memang tidak mengira Alzam akan sebahagia itu. "Aku akan menjaga kalian, Lani. Kamu dan bayi kita ini." Alzam menunduk, perlahan mencium perut Lani yang masih rata."Alzam," tegur Thoriq dengan bersitatap dengan Salma yang juga menyunggingkan senyumnya, mengingatkan putranya bahwa mereka tidak sedang sendirian."Oh, maaf, Bi," ujar Alzam buru-buru, mundur sedikit dengan wajah yang sedikit memerah.

DMCA.com Protection Status