Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / bab 93. Rindu tak bertepi

Share

bab 93. Rindu tak bertepi

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-12-03 18:31:15
Deru mesin mobil terdengar halus, namun atmosfer di dalamnya penuh ketegangan yang tidak kasatmata. Agna duduk di sebelah Alzam dengan raut wajah yang sulit ditebak. Make up-nya tebal menggambarkan kesempurnaan yang selalu ia tuntut dari dirinya sendiri, tapi matanya menyiratkan kekecewaan. Alzam mengemudi dengan tatapan lurus ke depan, kedua tangannya mantap di atas setir.

"Enak ya, pagi-pagi sudah di rumah itu," sindir Agna tanpa menoleh.

Alzam tidak menjawab. Rahangnya mengeras, tetapi ia tetap fokus pada jalanan yang mulai ramai.

""Bahkan sepertinya kamu tak sabar menunggu Subuh." " lanjut Agna dengan nada yang lebih tajam."Kok diam? Atau jangan-jangan terlalu capek, ya setelah bermesraan?"

Alzam menghela napas panjang, mencoba menahan amarah yang membuncah. "Kamu sudah tahu jawabannya, Agna. Jangan buat ini menjadi rumit." Alzam memang mengerti dari tadi dia datang lewat rumahnya, tatapan mata Agna selalu tertuju pada rambutnya yang masih basah.

Agna tertawa kecil, dingin. "Rumit?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 94. Tamu.

    Alzam berdiri di balik pintu, tangan kanannya menggenggam erat pegangan pintu. Ia tidak langsung membukanya lebar, hanya menyisakan celah kecil untuk melihat siapa yang datang. Aneh jika tiba-tiba saja ada orang datang bertamu ke sini yang diketahui orang-orang sini ini tempat tinggalnya Lani setelah Alzam menikah. Ternyata Dandi, sahabat satu markasnya, dan seorang perempuan muda yang Alzam kenali sebagai Hanum."Assalamualikum. Aku tahu kau di sini, Zam," suara berat Dandi terdengar dari luar.Alzam menarik napas dalam-dalam sambil menjawab salam. Dia memutar kenop pintu dengan perlahan namun tidak keluar sepenuhnya. "Masuk," ucapnya pelan, sambil melirik Lani di dapur. Ia memberi isyarat kepada Dandi untuk cepat masuk agar tidak ada orang lain yang melihat. Dan langsung membawa mereka melewati ruang tamu yang terkesan sederhana.Dandi dan Hanum melangkah masuk ke dalam rumah kecil itu. Hanum menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu yang samar. Pemandangan yang disuguhkan membuat

    Last Updated : 2024-12-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 95. Menjaga.

    “Biar aku yang buka pintu,” ujar Lani dengan cepat, berdiri dari kursinya sebelum orang lain sempat bergerak. “Kalau kamu yang buka, Mas, nanti bisa-bisa semua orang tahu kamu di sini. Untung yang tadi Dandi sama Hanum," cetus Lani.Alzam mengangguk pelan, membiarkan Lani berjalan menuju pintu. Ia memandangi punggung istrinya yang semakin menjauh. "Ya, beginilah, Dan. Aku harus sembunyikan semua ini agar orang tak anggap aku selingkuh dengan Lani," ucap Alzam terkekeh."Sabar,.." Dandi menepuk punggung sahabatnya dengan mengintip siapa yang datang.Tangan Lani meraih gagang pintu, membukanya perlahan, dan tampaklah sosok Pak Sajad di depan pintu dengan senyum kecil yang ramah.“Oh, Pak Sajad. Silakan masuk,” ujar Lani, mencoba bersikap biasa saja. Ia melirik sekilas ke ruang keluarga, memastikan Alzam dan Dandi tetap di tempat mereka.Pak Sajad tersenyum sopan dan melangkah masuk. “Maaf, Mbak Lani. Saya pikir tadi Mbak belum pulang. Ada yang perlu saya bicarakan soal stok jeruk yang

    Last Updated : 2024-12-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 96. Bayangan itu.

    Lani berjalan pelan menuju kamar. Tangannya yang masih menggenggam rekap pengiriman jeruk terasa dingin, seperti mencerminkan perasaan hatinya. Ia tahu pembicaraan tadi tidak selesai, dan Alzam pasti masih merasa bersalah dengan mendahuluinya masuk kamar dengan gusar setelah mengucapkan kata maaf saat masih ada Dandi dan Hanum di rumah mereka."Seandainya aku tidak mengajak Agan menikah saat itu, kita tidak akan mengalami semua ini, Lani. Maafkan aku," terngiang di telinga Lani saat Alzam mengucapkannya setelah mereka membahas rumah sakit mana yang dipakai untuk memeriksakan kehamilan Lani."Mas,..""Aku sudah membuat semuanya menjadi begitu rumit.""Sudahlah, Zam. Semuanya sudah terjadi. Sekarang kita harus mencari cara yang tepat. Itu saja. Sampai entah bagaimana nanti Tuhan memberikan jalan pada kalian," hibur Dandi waktu itu.Di kamar, Alzam sedang duduk di tepi ranjang, menunduk sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ketika pintu terbuka, ia menoleh cepat. Pandangannya la

    Last Updated : 2024-12-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 97. Kenapa menjauh?

    Agna menyandarkan tubuhnya dengan kasar di jok mobil. Wajahnya tampak kesal, bibirnya sedikit mengerucut, dan tangan kanannya sibuk memutar cincin di jari manisnya. "Jangan berharap aku akan mengatakan lagi pada orang lain kalau ada yang mencarimu, Mas," katanya dingin, menatap lurus ke jalanan yang penuh kendaraan pagi itu. "Kemarin kalau bukan karena Dandi, aku nggak akan bilang kalau kamu di sana. Bisa-bisa karier kamu mungkin sudah berantakan sekarang.""Kamu kan bisa panggil aku dari belakang seperti saat aku ke situ." Dengan enteng Alzam mengatakannya."Biar, biar sekalian orang tau kalau kamu di sana." Agna gregetan sampai wajahnya menegang.Alzam yang sedang menggenggam setir menghela napas panjang. Ia tak langsung merespons, hanya mengalihkan pandangan sejenak ke arah Agna. "Silakan saja," jawabnya pendek, tenang, namun penuh makna. "Mungkin tu bias kebetulan untuk aku."Agna mendengus. Ia tahu Alzam tak benar-benar menginginkan kariernya hancur. Tapi ia juga tahu bahwa ucapa

    Last Updated : 2024-12-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 98. Aku hnaya,..

    Lani membuka mulutnya, namun mengatupkannya kembali dengan turun dari pangkuan Alzam saat pintu belakang diketuk."Siapa?""Saya, Lani." Terdengar suara Mbok Sarem dari balik pintu."Mbok Sarem, masuk saja. Gak dikunci, nggak usah repot-repot ketuk pintu," seru Lani, tersenyum hangat dari dalam rumah.Mbok Sarem tertawa kecil, menyeka keringat di dahinya. "Lani, aku ini tahu diri. Siapa tahu kamu lagi sibuk sama Mas Alzam," katanya sambil melangkah masuk.Lani sedikit memerah mendengar candaan itu. "Ah, Bu, jangan asal ngomong. Mas Alzam baru selesai mandi, sekarang lagi mau makan."Sambil menaruh tasnya di lantai dapur, Mbok Sarem tertawa lagi. "Begitu toh. Ya sudah, aku ke sini cuma mau makan saja. Enak sudah ada yang masak, jadi Mbok ghak usah masak lagi. Rumah Mas Alzam juga sudah bersih, tinggal ke sini.""Tuh, kan Mbok Sarem jadi enak, karena kamu sudah masak Lani," kekeh Alzam."Ya, ghak apa toh Mas. Aku masak kan karena ada kamu di sini. Coba kalau kamu lagi di sana, aku mal

    Last Updated : 2024-12-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 99. Tersekat.

    "Apalagi, Mas?"Dengan ragu Alzam menatap Lani, "Pas Dandi tadi telepon. Dia minta kamu juga datang besok pagi. Aku pikir kita bisa pergi bareng. Bagaimana?" ucapnya."Aku kamu ajak ke sana bersama Agna?""Apa kamu keberatan?" tanya Alzam walau dia tau Lani merasa tak nyaman dengan Agna. Namun melihat posisi Lani di desa itu sekarang, Lani ghak mungkin ghak datang. Lani terdiam sejenak, menatap lekat wajah Alzam yang masih menunggu jawabannya. Hatinya berkecamuk. Dandi mengundangnya ke acara pertunangannya, dan Alzam mengajak bareng dengannya dan Agna. Bagaimana mungkin? Dengan ada Agna di sana, istri sah Alzam, yang selama ini tanpa sadar membuat Lani merasa tersisih."Mas, menurutmu aku harus datang ke acara Dandi?" suara Lani terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Ia memandang Alzam dengan tatapan ragu."Kenapa nggak? Mereka itu teman dekat kita, kan? Terlebih dengan seluruh orang penting desa ini yang tentunya ke sana," jawab Alzam, mencoba terdengar santai. Tapi, ada ketegang

    Last Updated : 2024-12-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 100. Cermburu.

    "Mbak Daulani, pemilik perusahaan yang mengangkat potensi desa ini?" Suara itu datang dari seorang pria berbadan tegap, dengan busana batik yang membuatnya tampak berwibawa.Lani menoleh . "Bagaimana Anda mengenal saya?" tanya Lani, mencoba terdengar santai."Kenalkan, saya Reynaldi, satu markas dengan Kapten Alzam, suami Mbak Agna, saat masih di Surabaya." Lelaki itu mengulurkan tangannya. Namun Lani mengatupkan kedua tangannya di dada dengan tersenyum. Seulas senyum disunggingkan lelaki berwajah manis itu. Kekagumannya mulai tercipta dengan melihat apa yang ditampakkan Lani. Bahkan dia tak henti menatap wajah cantik Lani, seolah terbuai.Sejenak Lani merasa tak enak dengan kata-kata suami Mbak Agna, terlebih saat Agna malah menandaskannya dengan,.."Iya, suami saya duluh memang teman satu markas dengan Anda Kapten Reynaldi. Apa kabar?" tanya Agna dengan mengulurkan tangannya. Sewaktu tunangannya dengan Alzam duluh, Reynaldi yang duluh dekat dengan Alzam, datang.Reynaldi menyambutny

    Last Updated : 2024-12-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 101. Lebih cemburu.

    Lani hanya menunduk. Kapten Reynaldi memperhatikan perubahan ekspresi Lani."Kamu nggak nyaman di sini, ya?" bisik Reynaldi.Lani mengangguk pelan. "Aku rasa aku harus pulang.""Ayo, aku antar," kata Reynaldi tegas.Tanpa banyak bicara lagi, Lani berdiri dan mengikuti Reynaldi keluar ruangan. Mereka berjalan menuju mobil pria itu yang diparkir di luar."Terima kasih, Kapten," ucap Lani pelan saat mereka sudah di dalam mobil."Sama-sama. Tapi, kalau aku boleh jujur, aku heran kenapa Agna seolah membencimu. Kamu tak pantas diperlakukan seperti itu, Lani."Lani menatap Reynaldi, terkejut dengan pernyataannya. Namun, sebelum sempat menjawab, Reynaldi menambahkan, "Aku nggak tahu banyak tentang masalahmu, tapi aku cuma mau bilang satu hal. Kalau kamu butuh teman bicara, aku ada."Lani tersenyum tipis, meski hatinya masih penuh keraguan. "Terima kasih, Mas." Lani memang tak dapat lagi membendung kekesalan hatinya saat melihat Alzam kemudian digandeng Agna dengan mesranya pergi dari hadapan

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 300. Lebih ringan

    Rey menatap Mira yang masih menunduk, pipinya bersemu merah. Jarinya hampir saja menyelipkan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Mira ketika sebuah suara menggelegar dari belakang."Rey!"Tangan Rey terhenti di udara. Kepalanya menoleh cepat. Mira juga tersentak.Tukiran berdiri di ambang pintu dengan alis berkerut. Matanya tajam, mengawasi mereka berdua.Rey cepat-cepat menarik tangannya. Mira mundur selangkah. Jantungnya masih berdetak cepat, bukan karena Rey, tetapi karena ketahuan."Kalian belum buka puasa, kan?" Tukiran melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih lembut. "Ini tadi ibumu beli nasi. Makanlah."Rey menghela napas lega, lalu tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Perutnya memang sudah keroncongan. Tadi dia hanya sempat makan kurma dan minum air putih yang diberikan suster sebelum donor darah.Mira melirik ke arah Tukiran, mencoba menetralkan wajahnya. "Yang lain sudah makan?""Kayaknya baru makan setelah tahu Lani sadar," jawab Marni, yang tiba-tiba ikut berdiri di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 299. Penebus dosa

    Arhand berdiri di depan ruang perawatan. Agna yang masih tampak lemah, menggenggam tangannya erat."Kamu yakin kuat?" bisik Arhand.Agna mengangguk. "Anggap saja ini penebusan dosaku untuk Lani dan Alzam.Arhand menarik napas panjang. "Kalau begitu, jalan pelan, ya. Atau aku minta kursi roda?""Nggak usah. Sekalian biar aku sehat. Beberapa hari di sini dan hanya tiduran, aku bosan.""Agna, kamu baru saja lepas infus. Istirahat dulu," bujuk Sandra.Agna menggeleng. "Aku ingin melihatnya, Mi. Sekalian aku mau minta maaf.Arhand menggandeng Agna pelan. Keduanya berjalan menuju ruang perawatan. Langkah Agna masih tertatih, tapi dia bersikeras.***Lani akhirnya membuka mata perlahan. Cahaya lampu membuat pandangannya masih kabur. Suara alat medis berdenging samar.Seseorang menggenggam tangannya. Hangat. "Sayang,...." Alzam hampir meneteskan air mata saat melihat Lani mengerjab. Betapapun sakit hatinya karena Lani mencari Rey di saat sadar, dia berusaha meredam perasaannya.Lani berus

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Sem

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Tapi,..

    Mira menggenggam ponselnya erat. Jemarinya gemetar, menelusuri daftar kontak dengan panik. Otaknya mencoba mengingat siapa yang harus dihubungi.Nomor Lani? Tidak mungkin. Siapa yang pegang ponsel Lani sekarang?Alzam? Tidak enak rasanya.Mira menggigit bibir, frustrasi. Sampai akhirnya ia teringat sesuatu.Dita.Tadi Dita yang ngantar ke rumah sakit bersama Budi. Mereka pasti tahu sesuatu.Tanpa pikir panjang, ia mencari nomor Budi. Nomor itu sering ia hubungi untuk urusan kulit jeruk yang dijadikan sovenir oleh Budi, jadi tak sulit menemukannya. Setelah beberapa detik, telepon tersambung.Budi mengangkat, suaranya serak. "Mira?""Apa yang terjadi? Lani gimana? Bayinya sudah lahir? Budi, cepat bilang!"Hening beberapa saat.Mira semakin gelisah. "Budi, jawab!""Lani masih berjuang." Suara di seberang terdengar lemah.Mira menahan napas. "Kenapa?"Tarikan napas berat terdengar sebelum Budi menjawab. "Pendarahan. Banyak."Jantung Mira serasa berhenti. "Apa... dia baik-baik saja?""Dokte

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 296. Kebencian

    Mira menggenggam tangannya erat. Hatinya semakin gelisah, perasaan itu tak mau hilang sejak mereka meninggalkan rumah.Marni duduk di sebelahnya, wajahnya murung. Biasanya, perempuan itu tidak pernah kehabisan kata-kata jika sudah membahas Lani, tapi kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya. Keponakan suaminya hanya Lani. Dia yang duluh selalu membenci Lani merasa takut jika terjadi sesuatu pada Lani."Aku takut," gumam Marni tiba-tiba.Mira menoleh, menatap Marni yang mengusap wajah dengan tangan gemetar."Takut kehilangan Lani," lanjutnya dengan suara lirih.Mira merasakan hal yang sama. Perasaan yang menyesakkan dada.Di sebela mereka, Tukiran juga tidak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berjalan, menengok sibuknya lalu lintas yang melewati jalan besar di depannya, mondar-mandir gelisah."Tolong lebih cepat, Pak," kata Rey pada tukang tambal ban yang sedang bekerja.Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan kecepatan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 295. Berlutut

    Rey baru saja keluar dari markas ketika ponselnya bergetar di saku. "Aduh, Rey, kamu ngapain aja sih, dari pabrik sampai aku di rumah ini, kamu nggak ngangkat telpon aku. Kamu udah nggak mau lagi aku telpon ya?" gerutu Mira panjang lebar."Bukan begitu, Mira. Ada rapat penting, jadinya handphone aku matikan. Ini aja lupa tadi nggak aku ces jadinya baterainya tinggal sedikit.""Memangnya ada apa sih, tumben kamu duluh yang nelpon? Kangen cowok ganteng ini ya?""GR kamu! Itu Rey, Lani masuk rumah sakit."Jantung Rey berdegup cepat. Tadinya yang ngomongnya slow, kini jadi keras. "Apa?""Ketubannya pecah duluan. Sekarang masih menunggu operasi. Mungkin juga sudah berlangsung operasinya."Rey tidak langsung bertanya, suara Mira terdengar panik."Kamu di mana sekarang?""Aku sudah pulang. Orang tuaku ikut, mereka mau ke rumah sakit juga."Rey menarik napas dalam. "Aku masih di markas ini, tapi aku langsung ke sana. Tunggu aku."Mira mengiyakan. Rey segera masuk ke mobil, menyalakan mesin,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Darah langka

    Lani berbaring di ruang operasi dengan mata setengah terpejam. Cahaya putih di atasnya menyilaukan. Monitor di sampingnya berbunyi cepat, seolah mengikuti irama jantungnya yang melemah."Tekanan darahnya turun!" seru seorang perawat.Dokter bedah yang sedang bekerja menoleh cepat. "Kehilangan darah lebih banyak dari perkiraan.""Segera hubungi bank darah!" perintah dokter anestesi.Perawat yang memegang ponsel terlihat pucat setelah berbicara dengan pihak PMI. "Dok, stok AB negatif kosong!"Dokter bedah terdiam sesaat, lalu menoleh ke timnya. "Panggil keluarganya! Kita butuh donor segera!"Alzam yang sedari radi dengan tak tenang menunggu di depan pintu ruang operasi, segera menatap seorang dokteryang keluar dengan wajah serius."Dokter, bagaimana istri saya, Dok?""Anda suami pasien?"Alzam mengangguk cepat. "Iya! Gimana istri saya, Dok?" Pertanyaan yang sama diulang Alzam."Kondisinya kritis. Dia mengalami perdarahan hebat dan butuh tambahan darah. Tapi... stok AB negatif kosong di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status