Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 118. Dia itu Rey

Share

Bab 118. Dia itu Rey

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-12-16 04:34:24

Lani menatap wajah Alzam yang tampak keras, seolah terbentuk oleh amarah yang menahan. Ia mencoba menghela napas panjang sebelum berkata, "Mas, aku nggak nyembunyikan apa-apa."

Tatapan Alzam tajam, seperti menusuk langsung ke batinnya. "Jadi kamu nggak pernah janjian sama Rey? Dia cuma tiba-tiba ngajak makan? Lani, jangan main-main sama aku. Aku bukan orang yang dapat dikelabuhi dengan kata-kata itu."

"Aku nggak janjian. Memang Rey ngajak makan, tapi aku langsung bilang nggak bisa. Aku hanya bilang aku sibuk. Itu saja."

Alzam mendengus, berdiri dari sofa. Gerakannya tegas, hampir kasar, membuat Lani mundur setengah langkah. "Aku nggak suka cara dia mendekatimu."

"Aku sudah bilang aku sibuk." Lani yang kesal kemudian masuk ke kamarnya. Alzam membuntutinya seolah tak terima. Namun Lani masih tak menghiaraukannya. Dengan merapikan baju di almari.

Alzam memandang Lani. Ia mendekat, menggenggam pergelangan tangan istrinya perlahan. "Lani, aku serius. Apa benar kamu nggak janjian sama Rey?"
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 119. Sakt hati

    "Kapan ini berakhir?" bisik Agna pada diri sendiri. Tangannya gemetar ketika ia meraih telepon genggam di nakas. Ia hampir menelepon mamanya. Namun dia batalkan dengan mengambil kunci mobilnya, dan beranjak pergi.Dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi ini lagi. Selama menikah dengan Alzam, pria itu tak pernah benar-benar ada untuknya. Tidak ada kehangatan, tidak ada malam-malam penuh cinta, bahkan sentuhan pun terasa seperti sesuatu yang tabu di antara mereka. Semua yang ia miliki hanyalah status "istri sah." Tapi apa gunanya?Langit mendung ketika Agna sampai di rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan hanya bayang bayang Lani dan Alzam yang membuatnya mengurai airmata. Maminya, Bu Sandra membuka pintu dengan wajah terkejut."Agna? Kamu kok nggak bilang mau ke sini?" tanyanya, menatap putrinya yang tampak lelah. "Kamu sendiri saja? Mana Alzam?" tanyanya sambil mencari nama yang dimaksud.Agna hanya menggeleng pelan sambil melangkah masuk. Tubuhnya terasa rapuh, seperti angin bi

    Last Updated : 2024-12-16
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 120. Pertemuan tak terduga

    Alzam meletakkan tasnya di sofa, tubuhnya terasa berat setelah malam yang panjang di markas. Ia mengusap lehernya yang pegal, lalu matanya menangkap sosok Lani yang duduk di sudut ruangan dengan wajah muram. Sesuatu tampaknya mengganggu pikirannya."Lani?" Alzam mendekat, pandangannya penuh tanya. Ia duduk di sebelahnya, menyentuh bahu istrinya dengan lembut. "Ada apa, Sayang? Kok mukamu kusut begitu?" "Mas!""Ada apa?" "Apa kamu sudah menghubungi Agna?" tanyanya tiba-tiba.Pertanyaan itu membuat Alzam tertegun sejenak. Keningnya berkerut, mencoba memahami ke mana arah pembicaraan ini. "Kenapa kamu tanya begitu?" balasnya dengan nada yang sedikit lebih keras dari yang ia maksudkan.Lani memutar tubuhnya menghadap Alzam. "Aku cuma kasihan sama dia dengan kejadian kemarin, Mas. Dia istrimu juga, kan? Bagaimana perasaannya saat melihat kita sedang bermesraan?"Alzam mendengus pelan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang," katanya, sambil menoleh lagi ke arah Lani, "dia tidak puny

    Last Updated : 2024-12-17
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 121. Pria misterius

    Towirah segera mengambil ponsel dan menelepon Lani. Belum juga memencet tombol, Lani sudah menelpon dia. Suara Lani terdengar tenang, tetapi penuh kekhawatiran begitu mendengar cerita Towirah."Bu, besok kan Sabtu. Saya libur, saya bisa ke sana.""Kalau kamu datang, Ibu senang sekali. Tapi... apa Alzam tidak keberatan? Bagaimanapun dengan keadaan sekarang kalian tidak bisa leluasa pergi berdua. Apa kamu ghak apa-apa kalau bersepeda sendiri ke sini? Desa ini cukup jauh, Dhuk, sedangkan kamu hamil." Suara Towirah terdengar ragu.Lani terdiam sejenak sebelum menjawab. "Nanti saya minta izin, Bu. Kalau Mas Alzam mengizinkan, saya pasti datang."Namun, obrolan itu belum selesai ketika Alzam muncul di ruang tamu, mendengar sebagian percakapan mereka. Dengan nada datar, ia bertanya, "Ada apa, Sayang?" Ciuman di pipi Lani pun segera didaratkan Alzam.Lani menutup telepon dengan cepat, mencoba tersenyum meski sedikit gugup. Dia masih diam."Kok diam aku tanya ada apa? Masih marah?" Alzam sege

    Last Updated : 2024-12-17
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 122. Marah

    Lani tidak pernah membayangkan pertemuannya dengan Senja pagi ini akan menjadi momen yang begitu berat. Setibanya di rumah, suara isak tangis Senja terdengar lirih dari dalam kamar. Dengan langkah pelan, Lani mengetuk pintu kamar anak itu."Senja?" panggil Lani lembut, suaranya mencoba menenangkan.Tidak ada jawaban. Dengan hati-hati, Lani membuka pintu. Di dalam, ia melihat Senja duduk di sudut kamar, memeluk lututnya erat. Rambutnya berantakan, wajahnya sembab, sementara pandangan matanya kosong menatap foto yang tergenggam erat di tangannya. Hati Lani teriris melihat semua itu. Haruskah kukatakan yang sebenarnya pada Senja, bahwa aku ibunya agar dia tak merasa sendiri?"Mbak..." Suara Senja serak, seolah seluruh energinya telah terkuras habis. Ketika melihat Lani, ia langsung bangkit dan merangkul wanita itu erat. Tangisnya pecah dalam pelukan Lani.Lani membalas pelukan itu dengan erat, menepuk-nepuk punggung Senja dengan lembut. "Sudah, Mbak ada di sini. Kamu nggak sendiri, Saya

    Last Updated : 2024-12-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 123. Ayah,..

    Dia mendorong tangan Lani dengan kasar. "Apa maksudnya ini?! Kamu bohong, kan?! Aku nggak percaya! Kamu hanya Mbak Lani, bukan ibuku!" jeritnya histeris. Senja lalu mundur beberapa langkah, menggelengkan kepala dengan air mata mengalir deras. Dengan air mata masih membanjiri wajahnya, Senja berlari keluar kamar, meninggalkan mereka semua dalam keheningan yang penuh luka.Di luar rumah, Senja berlari tanpa tujuan. Angin menerpa wajahnya, tetapi ia tidak peduli. Hatinya penuh dengan rasa marah, kecewa, dan kehilangan yang semakin membesar. Pandangannya buram oleh air mata, tetapi langkah kakinya tidak berhenti.Tiba-tiba, suara deru mobil terdengar mendekat. Dari arah jalan, seseorang menghentikan mobilnya di dekat Senja. Pria itu mengenakan mantel dengan topi yang menutupkepalanya.Senja berhenti, menatap pria itu dengan curiga. "Siapa kamu? Mau apa?" tanyanya, suaranya bergetar.Pria itu terdiam. Dia hanya berdiri di sana, memandang Senja dengan tatapan heran. Tangan pria itu perlaha

    Last Updated : 2024-12-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 124. Luka

    Di rumah Wagimin, suasana menjadi tegang. Wagimin baru saja kembali dari rumah Pak RT. Ia masuk dengan langkah berat, wajahnya kusut. Towirah yang tengah menyusun piring makan menatap suaminya dengan penuh tanda tanya."Pak, bagaimana tadi?" tanya Towirah, suaranya pelan.Wagimin menghela napas panjang. "Aku cuma bilang Alzam itu tamu, bosnya Lani."Towirah mengangguk, meski jelas ada ketakutan di matanya. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, suara pintu diketuk. Wagimin membuka pintu dan menemukan Marni, adik Towirah, berdiri dengan membawa kantung plastik besar berisi oleh-oleh. Senyumnya lebar seperti biasanya."Marni, masuklah."Marni melangkah masuk dengan langkah ringan, tapi senyum di wajahnya hilang begitu melihat Alzam yang tengah duduk berdekatan dengan Lani di ruang tamu. Tangan Alzam menggenggam tangan Lani, mencoba menenangkannya yang masih menangis terisak."Lani..." Towirah buru-buru mendekat, berusaha menjelaskan. "Marni, ini bukan seperti yang kamu pikirkan.

    Last Updated : 2024-12-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   125. Terungkapnya sebuah luka

    Lani menatap budenya. Sebagai penduduk sini dia memang tau kalau hal sekecil appaun yang ada, bisa menjadi gosip besar. Karena itulah dia membawa aib yang dialaminya pergi dan setelah itu selamanya tak banyak tinggal di desa itu. Bahkan sampai sekarang, kerinduan untuk anaknya juga untuk kedua orang tuanya dia tahan untuk tidak mengunjungi mereka, takut dia berinteraksi dengan orang sana, dan rahasianya terkuak.Namun Tuhan Maha Berkehendak. Tidak ada sebuah rahasia yang bisa ditutup rapat. "Orang sini pasti makin bergosip, bagaimana seorang miskin bisa namanya terpampang di papan nama seolah dialah pemilik pabrik itu kalau bukan ada affair dengan bosnya.""Dia memang pemilik pabrik itu, Bude." Alzam menyela. "Tapi itu dari kerja kerasnya mengolah usaha saya. Lalu ide perusahaan itu, dengan modal UMKM.""Bagaimana modal itu bisa mencukupi kalau bukan ikut campur tanganmu.""Saya memang juga menanamkan modal, tapi hanya melengkapi.""Saya memang bodoh, tapi orang sini sudah bergosi

    Last Updated : 2024-12-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 126. Pertemuan membawa rencana

    Arhand duduk di salah satu sudut kafe dengan tatapan kosong. Cangkir kopi di depannya mulai dingin, sementara tangannya sibuk menggulir handphone-nya, menatap satu-satunya foto Agna yang masih dia simpan. Ternyata ini yang membuat aku tak membuang seluruh fotomu. Ternyata kita masih dipertemukan lagi, Agna, bathinnya. Namun berkali kali dia melirik ke jalanan, orang yang ditinggu tak tampak. Rokok yang dihisap Arhand sudah hampir habis. Sejak berpisah dengan Agna, Arhand sering menghabiskan waktunya menikmati tembakau itu.Apa mungkin dia tak datang? Suasana cafe romantis yang di tengah tambak mujaer itu, membuat suasana menjadi demikian sunyi bagi Arhand. Terlebih di senelah terdengar tawa kecil aslin manja sepasang muda dan mudi. Ia hampir bangkit meninggalkan tempat itu ketika suara langkah seseorang mendekat."Maaf, lama menunggu?" suara Agna terdengar lembut, tapi dengan nada yang sedikit gugup. "Aku kira kamu nggak akan datang.""Mulanya memang begitu.""Kenapa? Apa aku tak

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Tapi,..

    Mira menggenggam ponselnya erat. Jemarinya gemetar, menelusuri daftar kontak dengan panik. Otaknya mencoba mengingat siapa yang harus dihubungi.Nomor Lani? Tidak mungkin. Siapa yang pegang ponsel Lani sekarang?Alzam? Tidak enak rasanya.Mira menggigit bibir, frustrasi. Sampai akhirnya ia teringat sesuatu.Dita.Tadi Dita yang ngantar ke rumah sakit bersama Budi. Mereka pasti tahu sesuatu.Tanpa pikir panjang, ia mencari nomor Budi. Nomor itu sering ia hubungi untuk urusan kulit jeruk yang dijadikan sovenir oleh Budi, jadi tak sulit menemukannya. Setelah beberapa detik, telepon tersambung.Budi mengangkat, suaranya serak. "Mira?""Apa yang terjadi? Lani gimana? Bayinya sudah lahir? Budi, cepat bilang!"Hening beberapa saat.Mira semakin gelisah. "Budi, jawab!""Lani masih berjuang." Suara di seberang terdengar lemah.Mira menahan napas. "Kenapa?"Tarikan napas berat terdengar sebelum Budi menjawab. "Pendarahan. Banyak."Jantung Mira serasa berhenti. "Apa... dia baik-baik saja?""Dokte

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 296. Kebencian

    Mira menggenggam tangannya erat. Hatinya semakin gelisah, perasaan itu tak mau hilang sejak mereka meninggalkan rumah.Marni duduk di sebelahnya, wajahnya murung. Biasanya, perempuan itu tidak pernah kehabisan kata-kata jika sudah membahas Lani, tapi kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya. Keponakan suaminya hanya Lani. Dia yang duluh selalu membenci Lani merasa takut jika terjadi sesuatu pada Lani."Aku takut," gumam Marni tiba-tiba.Mira menoleh, menatap Marni yang mengusap wajah dengan tangan gemetar."Takut kehilangan Lani," lanjutnya dengan suara lirih.Mira merasakan hal yang sama. Perasaan yang menyesakkan dada.Di sebela mereka, Tukiran juga tidak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berjalan, menengok sibuknya lalu lintas yang melewati jalan besar di depannya, mondar-mandir gelisah."Tolong lebih cepat, Pak," kata Rey pada tukang tambal ban yang sedang bekerja.Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan kecepatan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 295. Berlutut

    Rey baru saja keluar dari markas ketika ponselnya bergetar di saku. "Aduh, Rey, kamu ngapain aja sih, dari pabrik sampai aku di rumah ini, kamu nggak ngangkat telpon aku. Kamu udah nggak mau lagi aku telpon ya?" gerutu Mira panjang lebar."Bukan begitu, Mira. Ada rapat penting, jadinya handphone aku matikan. Ini aja lupa tadi nggak aku ces jadinya baterainya tinggal sedikit.""Memangnya ada apa sih, tumben kamu duluh yang nelpon? Kangen cowok ganteng ini ya?""GR kamu! Itu Rey, Lani masuk rumah sakit."Jantung Rey berdegup cepat. Tadinya yang ngomongnya slow, kini jadi keras. "Apa?""Ketubannya pecah duluan. Sekarang masih menunggu operasi. Mungkin juga sudah berlangsung operasinya."Rey tidak langsung bertanya, suara Mira terdengar panik."Kamu di mana sekarang?""Aku sudah pulang. Orang tuaku ikut, mereka mau ke rumah sakit juga."Rey menarik napas dalam. "Aku masih di markas ini, tapi aku langsung ke sana. Tunggu aku."Mira mengiyakan. Rey segera masuk ke mobil, menyalakan mesin,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Darah langka

    Lani berbaring di ruang operasi dengan mata setengah terpejam. Cahaya putih di atasnya menyilaukan. Monitor di sampingnya berbunyi cepat, seolah mengikuti irama jantungnya yang melemah."Tekanan darahnya turun!" seru seorang perawat.Dokter bedah yang sedang bekerja menoleh cepat. "Kehilangan darah lebih banyak dari perkiraan.""Segera hubungi bank darah!" perintah dokter anestesi.Perawat yang memegang ponsel terlihat pucat setelah berbicara dengan pihak PMI. "Dok, stok AB negatif kosong!"Dokter bedah terdiam sesaat, lalu menoleh ke timnya. "Panggil keluarganya! Kita butuh donor segera!"Alzam yang sedari radi dengan tak tenang menunggu di depan pintu ruang operasi, segera menatap seorang dokteryang keluar dengan wajah serius."Dokter, bagaimana istri saya, Dok?""Anda suami pasien?"Alzam mengangguk cepat. "Iya! Gimana istri saya, Dok?" Pertanyaan yang sama diulang Alzam."Kondisinya kritis. Dia mengalami perdarahan hebat dan butuh tambahan darah. Tapi... stok AB negatif kosong di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 291. Ustaz Besar

    .Rere membuka pintu dengan wajah penasaran. Mobil hitam yang berhenti di depan rumah bukan mobil sembarangan. Bukan milik tetangga, bukan juga taksi online.Rere melirik ke dalam. "Kak Rey! Gurumu datang!"Rey segera keluar, berdiri di teras dengan ekspresi penuh harapan. Ini pertama kalinya belajar dengan Ustaz Tahmid. Pasti akan lebih nyaman dibanding mendengar bentakan Atmajaya setiap malam.Tapi begitu pintu mobil terbuka, harapan itu runtuh seketika.Rey menatap sosok mungil yang melompat turun.Seorang anak laki-laki, tidak lebih dari sepuluh tahun.Pakai celana juga kaos santai, wajah berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menang lotre.Bocah itu melangkah ringan ke arahnya, tersenyum lebar, lalu berkata dengan suara jernih, "Saya yang akan mengajari Mas Rey."Rey terbelalak. "Nggak salah?"Anak itu justru mengangguk penuh percaya diri. "Kata Abi Tahmid, saya lebih cocok buat ngajari Mas Rey."Dada Rey naik turun. "Ustaz Tahmid sendiri yang bilang?""Iya, Abi bilang beg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 290. Buber

    Mira menarik napas dalam-dalam. Hawa sore terasa berat di dadanya. Sudah setengah bulan sejak terakhir kali melihat Rey, dan selama itu, ia berusaha keras menekan kerinduan yang terus muncul.Dulu, dia selalu bisa menelepon Rey kapan saja, mendengar suaranya, bercanda, atau sekadar berbagi cerita tentang hari yang melelahkan. Tapi setelah pertengkaran mereka terakhir kali, dia lebih banyak memilih diam. Bahkan saat Rey menelpon, dia seolah enggan menjawab, hinggah akhirnya, Rey tak menelpon sama sekali.Bukan karena sudah tidak peduli.Justru karena terlalu peduli.Dan sekarang, Rey tiba-tiba muncul di depan rumah, berdiri dengan ekspresi canggung, seperti seseorang yang sudah lama menunggu tetapi takut ditolak."Kamu..." Mira menatapnya, berusaha menutupi getaran yang terasa di suaranya. "Ngapain ke sini?"Rey tersenyum kecil. "Emang ada nyang glarang aku ke sini? Aku ngajak buka puasa bareng."Mira melipat tangan, mencoba terlihat acuh. "Kenapa harus ngajak aku?""Karena aku kangen,"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status