Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of ISTRI SIRI TENTARA ALIM: Chapter 131 - Chapter 140

201 Chapters

Bab 131. Sepercik harapan

Malam itu, lampu kamar Alzam menyala redup. Agna melangkah pelan ke pintu kamar yang sedikit terbuka, seolah takut membangunkan suaminya. Ia mengintip ke dalam, memperhatikan Alzam yang tertidur lelap di atas ranjang. Wajahnya terlihat damai, tubuhnya yang kekar terekspos karena ia hanya mengenakan sarung setelah sholat Maghrib dengan baju atas yang sudah diletakkan di gantungan baju sisi pintu. Agna menelan ludah, matanya tak lepas dari dada bidang itu. Untuk sesaat, ia merasa seperti seorang gadis muda yang tengah menatap cinta pertamanya, meski ia tahu perasaan itu salah.Namun, benarkah ini salah? batinnya bertanya. Bukankah dia suaminya? Pria yang dulu ia nikahi dengan harapan meningkatkan karier politiknya. Tapi kini, sesuatu yang lain tumbuh. Perasaan yang perlahan mengambil alih, membuat hatinya bergejolak. Apakah ini cinta? Atau hanya cemburu yang tak terkendali?Agna melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Udara di kamar terasa dingin, tapi tubuhnya justru terasa panas. Ia
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 132. Rencana terselubung

Lampu kamar Lani remang, menciptakan bayangan lembut di dinding. Suara detak jam terdengar jelas dalam keheningan malam. Ia terbangun saat merasakan kehangatan di pinggangnya. Mata Lani terbuka perlahan, dan ia menoleh."Mas, kenapa malam-malam begini kamu kemari?" tanyanya setengah bingung, melihat Alzam yang memeluknya erat dari belakang.Alzam tidak menjawab langsung. Ia memandang Lani dengan intens, wajahnya serius namun lembut. "Aku memikirkanmu terus, Lani. Aku nggak bisa tidur.""Dibilang aku nggak kenapa-kenapa, napa? Bukannya kamu tadi sudah nelpon aku, dan aku sudah bilang aku baikan?" Saat Agna masuk kamar tadi, Alzam memang sedang menelpon Lani.Namun, alih-alih melepaskan pelukannya, Alzam justru mendekatkan wajahnya ke Lani. Matanya menatap dalam ke matanya, lalu jemarinya membelai pipinya pelan."Lani," katanya dengan suara serak, penuh emosi. "Aku nggak bisa berpura-pura. Aku nggak bisa ngelihat kamu sedih, apalagi kalau kamu masih mikirin Senja."Lani terdiam menatap
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 133. Rencana Malam

Agna menghela napas panjang, menatap mobil Taft di depan matanya. Hatinya penuh rasa kesal, tapi ia menahan diri. Dengan cemberut, ia membuka pintu mobil, duduk di kursi samping pengemudi, lalu diam tanpa berkata apa-apa. Alzam, yang sudah duduk di kursi kemudi, melirik sekilas."Kamu cemberut terus," ucap Alzam datar sambil menghidupkan mesin mobil."Mas tahu aku nggak suka mobil ini, kita pakai untuk acara seperti ini," balas Agna tanpa menoleh. Ia memandang keluar jendela, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya."Kalau nggak suka, turun saja, kamu pikir aku juga suka selalu kamu yang di dekatku, mendampingiku," ujar Alzam sambil mengarahkan mobilnya ke jalan utama. Ucapannya terdengar dingin, tapi ia tetap fokus pada jalan.Agna hanya mendengus, memilih diam. Ia tahu, berdebat dengan Alzam hanya akan membuat suasana semakin buruk. Namun, pikirannya sibuk memikirkan rencananya malam ini. Ia menyentuh tas kecil yang diletakkannya di pangkuan, memastikan sesuatu di dalamnya tetap ada.
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 134. Malamku

Alzam berdiri di dekat meja hidangan, menyendokkan sate ayam ke piringnya. Di sebelahnya, Dandi dan Hanum terlihat asyik berbincang. Hanum, perempuan dengan jilbab biru langit yang terlihat elegan, menyapanya dengan senyum ramah."Selamat, Kapten Alzam. Pujian Pak Bara biasanya selalu ada alasan," ujar Hanum lembut. "Semoga segera menyusul Mayor Wibowo."Dandi, yang sudah lebih dulu memegang piring penuh makanan, menimpali sambil tertawa kecil. "Dia mah pasti bisa. Dan bener kata Hanum,' ucapnya dengan mendekat ke Hanum."Sepertinya baru jadi calon ibu Persit, kamu telah tau banyak hal, Hanum.""Dia kan aktif mengikuti perkembangan banyak hal Kep," dukung Dandi. "Tapi dia ghak salah kan?"Alzam hanya mengangguk. "Masih jalan panjang, Dan. Tapi, terima kasih."Sebelum percakapan berlanjut, Prayit datang dengan senyum cerah. Sosoknya sederhana namun penuh semangat. "Eh, Alzam! Dandi!" serunya, menyalami mereka. "Kapan aku bisa kayak kalian, jadi Kapten? Rasanya susah banget!"Dandi terta
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 135. Maaf!

"Belum lama mereka pergi, kok sudah pulang lagi. Sepertinya Mas Alzam sakit. Aku lihat Mbak Agna merangkulnya berjalan tadi," suara lirih Bu Sarem memecah kegelisahan Lani yang berdiri di ruang keluarga. Wanita paruh baya itu menyeka tangannya dengan celemek, matanya menatap Lani penuh tanya.Lani tersentak, pikirannya yang sejak tadi melayang kembali tertambat ke kenyataan. "Mungkinkah dia sakit, Bu?" gumamnya. "Siang tadi aku lihat dia pulang dari kerja sehat-sehat saja." "Iya ta, Mbak. Tapi wajahnya tadi pucat. Mbak Agna kelihatan buru-buru."Ucapan itu membuat dada Lani semakin sesak. Ia hanya tersenyum kecil pada Mbok Sarem. Langkahnya gontai menuju kamar. Tapi pikirannya terus bergulat. Sakit? Sakit apa yang diderita Mas Alzam? Kenapa dia seperti lemas begitu?Ia berjalan mondar-mandir, kedua tangannya saling meremas. Kecemasan semakin merayapi. Setiap kali memikirkan kondisi Alzam, hatinya berdegup tak karuan. Ia tak bisa menghilangkan bayangan wajah lelaki itu—pandangan mata
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 136. Haruskah kutanyakan

Lani mendesah pelan, tubuhnya menggigil dalam balutan udara dingin malam walau selimut tebal membungkus dirinya dengan Alzam yang tidur memeluknya. Jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Ia memandangi Alzam yang terbaring dengan wajah tenang, meski ada bekas kecemasan yang samar di wajahnya. “Mas…” panggil Lani.Alzam hanya bergeming. Ia seperti terjebak dalam tidur lelap. Lani meraih baju di dekat tempat tidur, lalu duduk di tepi tempat tidur, menggoyangkan pundak Alzam dengan lembut. “Mas, bangun. Kita belum salat Isya’, kan?”Alzam menggerakkan kepalanya sedikit, tapi matanya tetap terpejam.“Mas, bangun. Salat dulu,” kata Lani lagi, kali ini dengan nada sedikit mendesak.Tak ada respons. Lani mencoba lagi, kini dengan menggoyang tubuhnya lebih kuat.“Mas, kita belum salat, bangun.”Masih tak ada jawaban. Akhirnya Lani ke kamar mandi. Melaksanakan mandi besar. Lalu kembali duduk di sisi Alzam, kali ini dengan mendekatkan rambutnya ke wajah Alzam. “Masih ghak mau bangun?” Se
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 137. Hancur

"Kamu gila, Arhand. kenapa kamu bawa aku ke sini?"Suara Agna melengking sambil menahan tangis. Dia memukul Arhand setelah terbangun."Aku tak punya pilihan, Agna. Kamu memaksa aku melakukan ini.""Memaksa? Kapan aku memaksamu?" Agna kembali menghentakkan tangannya ke dada Arhand, tapi pria itu tak bergeming. Air matanya mengalir deras. "Kamu sudah menghancurkan aku, apalagi yang kamu mau?"Arhand menarik Agna ke pelukannya, meskipun dia meronta sekuat tenaga. "Maafkan aku, Agna. Cemburuku melakukan ini padamu. Aku sama sekali tak menyangka, tiga bulan kamu menikah, kamu masih virgin." Suaranya rendah seperti berbisik.Agna kembali memukul dada Arhand dengan keras, berusaha menjauhkan diri. "Kamu menjijikkan, Arhand! Kamu telah merenggut sesuatu yang tak seharusnya menjadi milikmu. Sesuatu yang bisa aku jadikan alat untuk mendapatkan Alzam."Pernyataan itu membuat Arhand membeku. Dia menatap wajah Agna dengan terkejut. "Apa maksudmu?"Agna mengusap wajahnya yang basah dengan punggung t
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 138. Menuntut

"Sayang, tidak adakah makanan untukku?" tanya Alzam."Kalau makanan ada saja, sih, Mas. tapi, kalau nanti Agna membuat sarapan untukmu bagaimana?""Aku ingin kamu yang buatkan aku sambal trasi, Lani. Kamu kan pasti menyimpan tempe di kulkas, buatkan saja aku penyetan tempe itu." Alzam memang tau Lani mengkonsumsi tempe dengan cara di tem untuk perkembangan otak bayinya hinggah dia selalu menyimpan tempe di kulkas."Mas,.. bukannya aku ghak mau, tapi Agna nanti,..""Ayolah, aku mau makan sambal buatanmu." Sebuah kecupan di kening pun membuat Lani luluh.Dengan mendengus kesal, Lani akhirnya membuat apa yang diminta Alzam. Ikan asin kesukaannya pun telah disiapkan. Tak lama, Alzam sudah makan dengan lahapnya. Sampai tidak menoleh saat ada seseorang yang masuk.Agna membuka pintu rumah Lani tanpa mengetuk. Wajahnya memerah menahan amarah, dan langkahnya menghentak di lantai marmer. "Mas, kamu di sini rupanya!" serunya, suaranya penuh kemarahan.Alzam, yang sedang makan di dekat Lani,
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 139. Aku menemuimu

"Lho, Mas, kenapa masih ke sini? Aku pikir tadi kamu sudah berangkat," ucap Lani sambil menyongsong Alzam yang terlihat masuk."Aku khawatir dengan kamu dan anak kita, Sayang. Apa bener dia baik- baik saja?""Aku sudah baik, Mas, ghak perlu khawatir. Aku bahkan bisa menaruh piring ini ke bak cucian, biar nanti Bu Saren yang masih bersih- bersih di sebelah, agak ringan kerjanya."Yakin jagoanku ghak kenapa-napa?" Alzam segera menundukkan wajahnya ke perut Lani lalu mencium perut Lani yang sudah sedikit terlihat menonjol. Setelah berdiri, ciumannya beralih ke keningnya."Ehem!" Dia baru menyadari kalau masih ada budenya tak jauh dari dapur.Alzam menatap Marni lalu menunduk malu. " Aku pikir Bude tadi di depan."Marni cuma tersenyum, untuk kesekian dengan senyumnya yang tulus setelah melihat penderitaan cinta Alzam dan Lani."Jaga dirimu baik-baik, Mas," ucap Lani dengan suara lembut. Tangannya terulur mengancingkan kerah seragam Alzam yang belum rapat."Justru aku yang harus mengucapk
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 140. Keceplosan

Siang itu, suasana rumah terasa sunyi. Lani berjalan mondar-mandir di ruang tengah, sesekali melirik jam dinding. Alzam sudah berjanji akan pulang siang dengan WA singkatnya tadi, tapi entah kenapa hatinya gelisah. Pikirannya tak bisa lepas dari percakapan dengan Reynaldi tadi pagi.Langkah kaki Alzam terdengar di depan pintu belakang seperti yang dia sering lakukan jika ke rumah yang ditempati Lani. Lani segera membuka, menyongsong suaminya yang berdiri tegap dengan seragam dinas. Wajah Alzam terlihat lelah, tetapi senyumnya tetap terlukis hangat."Apa terjadi sesuatu sampai kamu meneleponku berkali-kali?" tanyanya, nada khawatir tercampur heran. Namun Lani masaih diam."Sayang,.. jagoanku kenapa? Atau kamu yang sakit?" lanjutnya bertubi-tubi, membuat Lani semakin tak kuasa menahan perasaan.Lani hanya menatapnya, matanya mengaca. Ia ingin bicara, tetapi kata-kata seolah tertahan di tenggorokan. Tak mampu mengutarakan kata-katanya hinggah dia hanya merangkul Alzam dan membenamkan t
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status