Semua Bab Pangeran Pendekar Terasing: Bab 51 - Bab 60

88 Bab

Turun Gunung

“Sepertinya kita harus mencari ikan lagi Guru,” ucap Chiu Kang setelah melihat dua ikan panggangnya tergeletak di tanah.Setelah bertahun-tahun di bawah bimbingan Feng Huizhong, Chiu Kang menjadi pemuda yang tampan.Dia mempunyai wajah setengah lonjong dan agak bundar. Kulitnya putih bersih. Rambutnya panjang menghitam. Hidungnya mengurai seperti air terjun. Tubuhnya tegap berisi, dan bibirnya merah tak pekat. Bahkan jika dibandingkan dengan ayahnya, Pangeran Zhao Kong, Chiu Kang masih jauh lebih tampan.“Tidak perlu,” Feng Huizhong mengambil ikan itu dan membersihkannya dengan pakaiannya. “Masih enak,” katanya setelah menggigit ikan tersebut.Chiu Kang tersenyum dan mengikuti tindakan gurunya. “Benar, Guru. Masih enak,” ucapnya ceria.Mereka kembali duduk di tempat semula, tapi tanpa unggunan api, hanya kepulan arang dengan asapnya.“Kemarin kau telah selesai mempelajari semua ilmuku, Kang-er,”ucap Feng Huizhong. “Mungkin malam ini adalah malam terakhir kita di sini. Aku akan pergi b
Baca selengkapnya

Menuju Kota Ningbo

Hari ini, langit tampak lebih cerah tak seperti biasanya. Tiup angin seperti tahu keringat yang keluar dari tubuh Chiu Kang. Dia terus bertiup memberi kesejukan pada lelahnya.Chiu Kang terus berjalan ke arah berlawanan dengan perjalanannya dulu. Dia berencana mengunjungi ayah dan ibu angkatnya di Ningbo sebelum pergi berpetualang lebih jauh.Perjalanan dari Bukit Bambu ke Ningbo terbilang cukup jauh, lebih dari empat setengah hari jalan kaki.Karena langit telah gelap, Chiu Kang memutuskan untuk menginap di rumah penduduk di desa kecil Yining, sebuah desa di perbatasan Ningbo. Dia merasa ada sesuatu yang aneh di Yining. Dia melihat banyak rumah kosong ditinggal penghuninya.“Kakek, kenapa desa ini begitu sepi?” tanya Chiu Kang.“Anak muda, beberapa bulan terakhir ini para bandit sering mengganggu desa kami. Kebanyakan warga desa yang punya saudara di luar desa memilih mengungsi, sementara kami yang tidak punya siapa-siapa terpaksa harus menetap di sini,” ujar kakek berumur tujuh pulu
Baca selengkapnya

Pertemuan Mengharukan

Chiu Kang memandang orang yang memerintahkan penangkapannya dengan binar. Seakan ada sesuatu yang akrab terjalin dalam hatinya.Orang tua itu pun sebenarnya terkejut. Dia seperti pernah melihat tatapan lugu itu, tapi kapan dan di mana? Untuk sesaat dia memikirkannya, tapi demi keamanan bersama, dia harus menangkap Chiu Kang.Para pengawal bergegas menangkap kedua tangan Chiu Kang dan berusaha mengikatnya. Lalu dengan bibir bergetar Chiu Kang berkata: “Ayah? Apa kau telah melupakanku?”Mendengar kata-kata itu, dia merasa tergerak. Dia seperti mengenal orang ini, tapi siapa dia? Gadis itu pun tidak kalah terkejut dengan ayahnya. Dia pandang Chiu Kang dari rambut sampai kakinya.“Tunggu!” perintahnya. “Kenapa kau memanggilku ayah? Aku tak pernah punya anak sepertimu?” tanyanya.“Aku Kang-er, Ayah. Apa kau masih mengingatku?”Sorot mata orang tua itu menajam, mulutnya terbuka cukup lama karena terkejut. Dia diam tertegun sementara waktu saat mendengar nama “Kang-er”.Dengan tubuh sedikit b
Baca selengkapnya

Keputusan Kaisar yang Mengejutkan

“Bagaimana perkembangan pasukan Jenderal Zihao di Chengdu. Apakah mereka masih menguasai kota itu?” tanya Pangeran Zhao You.“Mereka masih menguasai kota itu, Yang Mulia. Sepertinya rencana Yang Mulia akan berjalan lancar,” jawab Zian Zhong, penasihat kepercayaan Pangeran Zhao You.“Bagus, jika semua berjalan lancar, kita bisa meningkatkan kekuasaan kita, dan tidak takut lagi untuk mengambil tindakan tegas,” Pangeran Zhao You tertawa keras.Selama sebelas tahun terakhir ini, Pangeran Zhao You tidak mengambil gerakan apa-apa, dia sedang menunggu saat yang tepat untuk kembali mengerahkan orang-orangnya secara rahasia.Namun, satu tahun terakhir ini dia kembali meningkatkan pengaruhnya. Dia mulai memanggil orang-orang kepercayaannya untuk melakukan tugas-tugas rahasia. Seperti kelompok Bandit Mata Satu untuk merusak ekonomi Ningbo, membangun hubungan rahasia dengan Sekte Gunung Es dari Changbai, dan banyak hal lagi yang dia telah lakukan.Karena itu, satu tahun terakhir ini telah terjadi
Baca selengkapnya

Zhao Ming dan Zhao Rong

Di tepi taman yang besar, bunga-bunga bermekaran. Desir angin menguap bersama dinginnya pagi. Embun perlahan menghilang tersiram mentari. Suara kicau burung pun tiba-tiba tertelan oleh berisiknya manusia.Di samping semua itu, ada seulas air mengalir deras. Tempat air itu bukan sungai, karena terlalu kecil jika dikatakan sungai, dan bukan pula danau, karena airnya mengalir dengan kencang. Dari mana air bening itu berasal, masih menjadi misteri rakyat Dali.Tak jauh dari tempat memukau itu, ada bebatuan putih yang diukir indah. Bebatuan itu dibentuk seperti tempat duduk dan meja yang melingkar.Para Duan, keluarga kerajaan di Dali terkenal menyenangi seni. Mereka selalu membuat segala sesuatu tidak hanya bermanfaat, tapi juga indah. Salah satu contohnya adalah taman tengah kota ini.Di atas kursi batu itu, duduklah beberapa orang yang tidak bisa lagi dianggap muda. Dilihat dari wajahnya, usia rata-rata mereka adalah lima puluh tahun ke atas, bahkan satu di antaranya sudah berkepala tuj
Baca selengkapnya

Penjelasan Chao Chengping

“Adik, ini Kakek,” kata Zhao Ming setelah mereka selesai berpelukan.Zhao Rong menatap Li Guzhou cukup lama. Matanya yang basah, semakin basah.“Kakek?!” Zhao Rong menubruk kaki Li Guzhou dan memeluknya.Dalam keadaan seperti itu, satu-satunya hal yang dapat Li Guzhou lakukan adalah membelai rambut Putri Zhao Rong.“Aku bahagia kau baik-baik saja,” ujar Li Guzhou haru. Dia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.Zhaor Rong melepaskan pelukannya dan berdiri di hadapan Li Guzhou.“Aku senang Kakek baik-baik saja,” katanya sembari tersenyum, meski dengan air mata yang masih mengalir.Li Guzhou membalas senyum Zhao Rong. Dia kembali membelai kepalanya.“Kakek,” ujar Zhao Rong. “Di mana Kakak Shing?” tanyanya penuh harap.Untuk kedua kalinya Li Guzhou menghadapi pertanyaan sulit. Dia hanya bisa tersenyum menghadapi pertanyaan tersebut.“Kenapa kau bertanya?” tangan Li Guzhou menyentuh pipi Zhao Rong dan mengusap air mata yang mengalir pelan di sana.“Aku merindukannya, Kakek,” air mata
Baca selengkapnya

Chiu Kang Pergi ke Kota Ningbo

“Kenapa kau masih mengingat mereka?” lanjut Chao Chengping.Tentu pertanyaan itu membuat Chiu Kang bingung.“Ada apa sebenarnya?” tanyanya.“Mereka telah bekerja sama dengan Bandit Mata Satu dan mengambil seluruh harta benda milik kita. Mereka telah mengusir kami dari rumah. Orang-orang yang ikut Ayah kemari adalah orang-orang yang punya rasa kesetiaan terhadap Ayah,” Chao Chengping tampak marah.“Chengping, kau seharusnya tidak menyalahkan Kakakmu. Dia tidak tahu apa-apa,” ujar Tuan Chao.“Kau harus minta maaf,” kata Nyonya Chao.“Aku tak salah. Kenapa aku harus minta maaf?” tanyanya.“Ayah, Ibu, sudahlah. Itu salahku. Adik Ping tidak melakukan kesalahan. Aku hanya heran kenapa mereka bisa melakukan hal sekeji itu?” Chiu Kang menghentikan kata-katanya. “Oh iya, Ayah. Di mana Kakak Dung Liao? Aku tidak melihatnya sejak kemarin,” tanyanya.“Hah,” desah Nyonya Chao. “Aku harap dia baik-baik saja di Ningbo. Dia terlambat ikut rombongan kami. Kabarnya dia disekap di sana,” jawab ibunya.“
Baca selengkapnya

Bertarung dengan Bandit Mata Satu

Chiu Kang kaget. Dia merasa kehadirannya telah diketahui oleh mereka, tapi ternyata tidak. Tampaknya ada penyusup lain selain dirinya.Kam Nam In dan beberapa pengikutnya terus mengejar orang itu. Karena merasa di pihak yang sama, Chiu Kang mengikuti mereka.Setelah berlari beberapa li jauhnya, Kam Nam In berhasil mengejarnya. Sekali pancal dia sudah berada di depan orang tersebut.Mereka pun bertarung sengit di jalanan kota yang telah sepi. Kam Nam In mengeluarkan golok bercabang yang aneh dan kuat. Golok itu menyabit ke arah pria berbaju abu-abu itu dengan kuat.Tapi pria itu tak tinggal diam, dia mencabut pedang panjang dari sarungnya. Golok dan pedang itu saling beradu.Kam Nam In menyerang dengan goloknya. Dia menerjang ke depan setengah melayang. Goloknya mengarah tepat ke lehernya.Pria berbaju abu-abu itu menangkis dengan pedangnya. Lalu berganti menindakkan kakinya maju untuk menyerangnya. Mereka pun saling berganti serangan.Semakin lama pertarungan itu semakin seru. Tampakn
Baca selengkapnya

Bertemu Hu Hongyin

“Namaku Chao Kang. Tuan Hu boleh memanggilku apa saja.”“Bagaimana jika aku memanggilmu Saudara Kang?”Chiu Kang sedikit tertawa. Balasnya: “Maka aku akan memanggilmu Paman Hu.”“Tidak, itu tedengar aneh. Aku lebih suka panggilan kakak daripada paman,” ujarnya.“Kenapa?”“Terdengar lebih akrab dan ringan.”“Baik, aku akan memanggilmu Kakak Hu mulai sekarang.”Hu Hongyin tertawa. “Aku menyukainya. Aku menyukainya.”Chiu Kang mulai mengumpulkan kayu dan membuat api. Karena malam semakin gelap, akan sangat buruk jika tak ada secercah cahaya pun di rumah kosong itu.“Kakak Hu, kenapa mereka mengejarmu? Apa kau punya permusuhan abadi dengan mereka?” tanyanya setelah api menyala.“Tidak, sebenarnya aku kemari mencari keluarga Chao. Sayangnya aku terlambat, mereka telah pindah,” ucapnya penuh sesal.Chiu Kang sedikit terkejut mendengar pengakuan Hu Hongyin.“Kenapa kau mencari mereka?”“Ada sesuatu yang harus kutemukan. Aku telah mencarinya lebih dari dua belas tahun, tapi masih belum menemu
Baca selengkapnya

Terkena Racun Langit

Hu Hai Tang menyerang Chiu Kang secara membabi buta. Dia melancarkan pukulan dengan tenaga dalam cukup tinggi.Chiu Kang menangkis pukulan Hu Hui Tang dengan tangan kanannya. Lalu dia memundurkan kakinya ke belakang beberapa langkah. Dia tidak ingin terburu-buru menyerang, dia ingin menjajaki seberapa besar kehebatan ilmu silat mereka.Hu Hui Tang kembali melancarkan serangannya. Kali ini dia menggunakan pedang pendek untuk menguatkan pukulannya.Lagi-lagi Chiu Kang hanya menghindar dan menangkis, tidak berusaha untuk menyerang balik.Melihat suaminya kepayahan menghadapi Chiu Kang, Mo Mahin menapakkan kakinya ke tanah dan terbang ke arah Chiu Kang. Dia mengeluarkan jurus Racun Langit yang terkenal mematikan itu.Racun Langit adalah sebuah jurus langka, yang mana memasukan racun dalam tenaga dalam kemudian memukulkannya pada lawan. Hampir semua orang tidak dapat bertahan menghadapi jurus picik ini.Chiu Kang mengarahkan tangan kirinya untuk menahan serangan Mo Mahin, sementara tangan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status