“Ahhhh,” teriak Hong Huan kesakitan.“Apa yang kau lakukan?” ucap Chao Luli dengan mata membelalak tak percaya apa yang dilihatnya.“Jangan salahkan aku, Hong Huan. Salahkan ibu dan ayahmu yang tak menuruti ucapanku.”Hong Huan masih mengerang kesakitan. Dia telah kehilangan kaki kanannya. Darah mengalir deras dari kakinya.“Kurang ajar! Bunuh dia!” Hong Guiren merasa tak tahan lagi.Beratus-ratus orang tumpah menyerang Chiu Kang. Ini adalah pertama kalinya dia harus bertarung menghadapi lawan sebanyak ini.Dengan lincah Chiu Kang melompat, menangkis, dan menghajar mereka satu persatu. Jika hanya mengandalkan kekuatan fisiknya saja, mungkin Chiu Kang akan kepayahan. Dia menggunakan tenaga dalamnya di setiap kali menyerang.Perlahan-lahan separuh dari mereka telah terkapar tidak berdaya, sementara separuh yang lain mulai miris melihat kemampuan Chiu Kang.“Jika kalian ingin hidup, letakkan senjata kalian. Jika berharap mati, datanglah kemari,” ucap Chiu Kang.Daripada menyerah, sebagia
“Tidak, wajahmu mengingatkanku pada seseorang,” jawabnya.“Pada siapa, Kakak Hu?” tanya Chiu Kang penasaran.“Seseorang yang sangat kuhormati,” kata Hu Hongyin sembari menerawang jauh. “Sayang dia sudah tidak ada.”Chiu Kang menatap wajah Hu Hongyin yang penuh haru.“Pasti dia orang yang sangat berarti bagi Kakak Hu.”Hu Hongyin memandang Chiu Kang. “Sangat berarti. Melebihi apapun.”Chiu Kang tersenyum.“Lebih baik kita istirahat sekarang. Kita bisa bicarakan sosok mulia itu lain kali,” ujar Chiu Kang. “Semalaman Kakak Hu juga belum tidur,” Chiu Kang menepuk lengan Hu Hongyin dengan senyum lepas.****Api membara di mana-mana. Mayat berjatuhan tak berguna. Sungai tak lagi bening, melainkan dipenuhi warna merah darah. Kepulan asap tak henti-hentinya menyulut, membakar rumah, pohon kering dan apapun yang ditemuinya.Hampir tiga puluh ribu prajurit meninggal dalam pertempuran hebat di benteng Chengdu.Jenderal Yang Un telah kehilangan hampir setengah orangnnya. Awalnya dia datang dengan
Dalam gelap yang akan cerah, sudah banyak orang yang sibuk melakukan pekerjaannya. Ada yang memikul cangkul di pundaknya, ada pula yang merapikan lapak di pinggir jalan, dan ada pula yang membersihkan rumah serta tokonya.Ibukota Kerajaan Dali memang selalu menghangat seperti ini, meski mereka terbilang negeri bawahan Song, tapi dari dalam terlihat jauh lebih aman daripada Song. Tidak ada perebutan kekuasaan maupun petugas yang semena-mena dengan rakyatnya.Semuanya berjalan begitu mengalir dan sedap dipandang. Setelah hampir dua minggu di Dali, Li Guzhou berencana kembali ke Song hari ini bersama putranya. Apalagi dia telah mendengar pasukan Jenderal Yang Un telah dikalahkan di Chengdu. Dia ingin memastikan hal itu dan membantu sebisanya agar keadaan kembali aman.Matahari mulai muncul, cahaya memancar ke sela-sela pohon dan atap rumah, memberikan kehangatan yang sempat hilang semalam suntuk.Wajah-wajah sumringah terlihat hilir-mudik dengan nyaman dan m
Setelah bertemu dengan Kaisar Yizhong dari Xi Xia dan membuat kesepakatan. Pangeran Zhao You melanjutkan perjalannya menuju Tibet, tepatnya di Kota Miran. Sebuah kota yang cukup besar, meski jaraknya masih sangat jauh dari Lhasa, Ibukota Tibet.Jika dibandingkan, jarak Miran ke Lhasa dengan Miran ke Gansu, masih sangat lebih dekat ke Gansu. Pangeran Zhao You pergi ke Miran guna menjemput kedua putranya.Menurut surat dari mereka dan juga kakeknya di Jiuquan, mereka telah menyelesaikan pelajaran mereka dari Guru Besar Ma Rung.Di Tibet, tumbuh-tumbuhan tampak lebih hijau daripada daerah lain. Udara tercium begitu murni dan bersih. Sawah-sawah mengembang-biak dengan selaras.Meski kota-kota di Tibet tidak semeriah dan seramai di Song, tapi wajah orang-orangnya lebih memiliki kesejukan. Mereka seakan merasa cukup dengan apa yang telah mereka miliki saat ini. Orang-orang Tibet memang terkenal dengan sikap pasrahnya yang tinggi.Setelah melewati perjalanan beribu-ribu li, Pangeran Zhao You
Keadaan Kota Ningbo berangsur-angsur pulih. Penduduk setempat mulai kembali membuka lapak dagangannya masing-masing.Perlahan tapi pasti, kota ini kembali ramai, tapi tetap tidak seperti sediakala. Ada trauma yang cukup menyakitkan bagi para pedagang mancanegara untuk mendaratkan kapalnya di Pelabuhan Ningbo.Mereka masih takut keamanan kota itu mendadak menjadi buruk kembali. Apalagi gerombolan yang telah merusak keamanan kota itu belum dibasmi sepenuhnya. Tentu kabar itu memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pemulihan kota.Di sisi lain, para pedagang mancanegara lebih memilih berdagang di negara lain, mengingat keadaan Negeri Song yang tidak stabil beberapa bulan terakhir ini; ada kemungkinan perang melawan Liao dan Xi Xia, pemberontakan di Chengdu, dan kabar terbaru menyatakan Kerajaan Dai-vet juga turut serta mengganggu perbatasan Negeri Song.Meski keadaan sudah terbilang aman, penduduk setempat masih takut akan ancaman para Bandit Mata Satu. Mereka takut para bandit itu akan
Setelah Fu Gouwei pergi, Chiu Kang memandang Hu Hongyin. Dia penasaran apa yang sebenarnya ingin ditanyakan Hu Hongyin kepada Tuan Chao.“Kakak Hu, apa kau sudah menanyakannya pada Ayahku?”Hu Hongyin menggeleng. “Aku belum punya waktu yang tepat untuk membicarakannya. Mungkin nanti sore atau nanti malam.”“Kau tidak seharusnya membuang-buang waktu. Kau bilang sudah menelusurinya dua belas tahun lamanya.”Sebenarnya Hu Hongyin secara sembunyi-sembunyi telah mengumpulkan kabar tentang Keluarga Chao dari penduduk setempat.Dia juga telah mendapat berita bahwa anak satu-satunya Tuan Chao telah mati terbunuh empat belas tahun yang lalu. Artinya, Chao Kang bukanlah anak kandung mereka, melainkan anak angkat.Meskipun sudah ada sedikit titik cerah dalam hatinya, dia masih perlu memastikan. Jangan sampai ada kesalahan dalam masalah segenting ini.“Kau benar, Saudara Kang. Aku seharusnya tidak membuang-buang waktu lagi.”Chiu Kang tersenyum mengangguk. Mereka kembali menikmati arak di hadapan
“Ya, aku memang Zhao Shing, putra Pangeran Mahkota Zhao Kong dan cucu Kaisar Song Renzong,” katanya sembari menghela nafas panjang.Meskipun Hu Hongyin sudah yakin bahwa orang di depannya adalah Pangeran Zhao Shing, mendengarnya langsung membuatnya merinding.“Yang Mulia Pangeran?” dia kembali berlutut dan bersujud di depan Chiu Kang.Chiu Kang langsung menjongkokkan tubuhnya dan memegang kedua lengan Hu Hongyin.“Kakak Hu, bangunlah! Jangan perlakukan aku seperti ini,” katanya.“Kau adalah pewaris sah Kekaisaran Song.”Chiu Kang menggeleng. “Jika Kakak Hu ingin akan selamat, tinggalkan hal-hal semacam ini.”Hu Hongyin mengusap air mata yang mengalir di pipinya dan kembali berdiri.Chiu Kang tersenyum. “Bagaimana kabar Yang Mulia Kaisar? Apa beliau baik-baik saja?”“Beberapa tahun terakhir ini Yang Mulai Kaisar mulai sakit-sakitan. Beliau terus memikirkan keadaan tiga pangeran.”Chiu Kang mendesah. “Aku tahu, Kakek adalah orang yang bijak dan adil. Aku menyesal tidak bisa berbakti kep
“Maaf, kami tidak bermaksud tidak hormat. Kami hanya menjalankan tugas.”“Tugas apa? Kalian hanya rakyat biasa,” ujarnya dengan nada bertambah keras.Karena menghindari musuh, lima orang ini memakai pakaian rakyat biasa untuk datang ke Gunung Mufu, maka pantas saja jika Cao Dingxiang, murid kelima He Jinhai menganggapnya demikian.“Cukup!” orang tua dengan jenggot panjang, mata sipit, berdagu panjang dan rambut telah memutih keluar dari sebuah ruangan paling besar di sekitar itu. Katanya: “Kau berlaku tak sopan kepada tamu.”“Maaf, Guru, aku hanya ingin memastikan mereka bukan mata-mata,” Cao Dingxiang menunduk.Orang tua itu mengalihkan pandangannya kepada lima orang tersebut. Dia tersenyum sangat ramah. Dalam sorot matanya, hanya terlihat keteduhan dan ketenangan.“Silahkan kalian masuk.”Setelah menjura hormat, lima orang itu mengikuti He Jinhai masuk ke ruangannya. Kemudian mereka memberikan surat tulisan Fu Guowei kepadanya.He Jinhai menerima surat itu dengan sopan. Dia mulai me