Chiu Kang kaget. Dia merasa kehadirannya telah diketahui oleh mereka, tapi ternyata tidak. Tampaknya ada penyusup lain selain dirinya.Kam Nam In dan beberapa pengikutnya terus mengejar orang itu. Karena merasa di pihak yang sama, Chiu Kang mengikuti mereka.Setelah berlari beberapa li jauhnya, Kam Nam In berhasil mengejarnya. Sekali pancal dia sudah berada di depan orang tersebut.Mereka pun bertarung sengit di jalanan kota yang telah sepi. Kam Nam In mengeluarkan golok bercabang yang aneh dan kuat. Golok itu menyabit ke arah pria berbaju abu-abu itu dengan kuat.Tapi pria itu tak tinggal diam, dia mencabut pedang panjang dari sarungnya. Golok dan pedang itu saling beradu.Kam Nam In menyerang dengan goloknya. Dia menerjang ke depan setengah melayang. Goloknya mengarah tepat ke lehernya.Pria berbaju abu-abu itu menangkis dengan pedangnya. Lalu berganti menindakkan kakinya maju untuk menyerangnya. Mereka pun saling berganti serangan.Semakin lama pertarungan itu semakin seru. Tampakn
“Namaku Chao Kang. Tuan Hu boleh memanggilku apa saja.”“Bagaimana jika aku memanggilmu Saudara Kang?”Chiu Kang sedikit tertawa. Balasnya: “Maka aku akan memanggilmu Paman Hu.”“Tidak, itu tedengar aneh. Aku lebih suka panggilan kakak daripada paman,” ujarnya.“Kenapa?”“Terdengar lebih akrab dan ringan.”“Baik, aku akan memanggilmu Kakak Hu mulai sekarang.”Hu Hongyin tertawa. “Aku menyukainya. Aku menyukainya.”Chiu Kang mulai mengumpulkan kayu dan membuat api. Karena malam semakin gelap, akan sangat buruk jika tak ada secercah cahaya pun di rumah kosong itu.“Kakak Hu, kenapa mereka mengejarmu? Apa kau punya permusuhan abadi dengan mereka?” tanyanya setelah api menyala.“Tidak, sebenarnya aku kemari mencari keluarga Chao. Sayangnya aku terlambat, mereka telah pindah,” ucapnya penuh sesal.Chiu Kang sedikit terkejut mendengar pengakuan Hu Hongyin.“Kenapa kau mencari mereka?”“Ada sesuatu yang harus kutemukan. Aku telah mencarinya lebih dari dua belas tahun, tapi masih belum menemu
Hu Hai Tang menyerang Chiu Kang secara membabi buta. Dia melancarkan pukulan dengan tenaga dalam cukup tinggi.Chiu Kang menangkis pukulan Hu Hui Tang dengan tangan kanannya. Lalu dia memundurkan kakinya ke belakang beberapa langkah. Dia tidak ingin terburu-buru menyerang, dia ingin menjajaki seberapa besar kehebatan ilmu silat mereka.Hu Hui Tang kembali melancarkan serangannya. Kali ini dia menggunakan pedang pendek untuk menguatkan pukulannya.Lagi-lagi Chiu Kang hanya menghindar dan menangkis, tidak berusaha untuk menyerang balik.Melihat suaminya kepayahan menghadapi Chiu Kang, Mo Mahin menapakkan kakinya ke tanah dan terbang ke arah Chiu Kang. Dia mengeluarkan jurus Racun Langit yang terkenal mematikan itu.Racun Langit adalah sebuah jurus langka, yang mana memasukan racun dalam tenaga dalam kemudian memukulkannya pada lawan. Hampir semua orang tidak dapat bertahan menghadapi jurus picik ini.Chiu Kang mengarahkan tangan kirinya untuk menahan serangan Mo Mahin, sementara tangan
“Ahhhh,” teriak Hong Huan kesakitan.“Apa yang kau lakukan?” ucap Chao Luli dengan mata membelalak tak percaya apa yang dilihatnya.“Jangan salahkan aku, Hong Huan. Salahkan ibu dan ayahmu yang tak menuruti ucapanku.”Hong Huan masih mengerang kesakitan. Dia telah kehilangan kaki kanannya. Darah mengalir deras dari kakinya.“Kurang ajar! Bunuh dia!” Hong Guiren merasa tak tahan lagi.Beratus-ratus orang tumpah menyerang Chiu Kang. Ini adalah pertama kalinya dia harus bertarung menghadapi lawan sebanyak ini.Dengan lincah Chiu Kang melompat, menangkis, dan menghajar mereka satu persatu. Jika hanya mengandalkan kekuatan fisiknya saja, mungkin Chiu Kang akan kepayahan. Dia menggunakan tenaga dalamnya di setiap kali menyerang.Perlahan-lahan separuh dari mereka telah terkapar tidak berdaya, sementara separuh yang lain mulai miris melihat kemampuan Chiu Kang.“Jika kalian ingin hidup, letakkan senjata kalian. Jika berharap mati, datanglah kemari,” ucap Chiu Kang.Daripada menyerah, sebagia
“Tidak, wajahmu mengingatkanku pada seseorang,” jawabnya.“Pada siapa, Kakak Hu?” tanya Chiu Kang penasaran.“Seseorang yang sangat kuhormati,” kata Hu Hongyin sembari menerawang jauh. “Sayang dia sudah tidak ada.”Chiu Kang menatap wajah Hu Hongyin yang penuh haru.“Pasti dia orang yang sangat berarti bagi Kakak Hu.”Hu Hongyin memandang Chiu Kang. “Sangat berarti. Melebihi apapun.”Chiu Kang tersenyum.“Lebih baik kita istirahat sekarang. Kita bisa bicarakan sosok mulia itu lain kali,” ujar Chiu Kang. “Semalaman Kakak Hu juga belum tidur,” Chiu Kang menepuk lengan Hu Hongyin dengan senyum lepas.****Api membara di mana-mana. Mayat berjatuhan tak berguna. Sungai tak lagi bening, melainkan dipenuhi warna merah darah. Kepulan asap tak henti-hentinya menyulut, membakar rumah, pohon kering dan apapun yang ditemuinya.Hampir tiga puluh ribu prajurit meninggal dalam pertempuran hebat di benteng Chengdu.Jenderal Yang Un telah kehilangan hampir setengah orangnnya. Awalnya dia datang dengan
Dalam gelap yang akan cerah, sudah banyak orang yang sibuk melakukan pekerjaannya. Ada yang memikul cangkul di pundaknya, ada pula yang merapikan lapak di pinggir jalan, dan ada pula yang membersihkan rumah serta tokonya.Ibukota Kerajaan Dali memang selalu menghangat seperti ini, meski mereka terbilang negeri bawahan Song, tapi dari dalam terlihat jauh lebih aman daripada Song. Tidak ada perebutan kekuasaan maupun petugas yang semena-mena dengan rakyatnya.Semuanya berjalan begitu mengalir dan sedap dipandang. Setelah hampir dua minggu di Dali, Li Guzhou berencana kembali ke Song hari ini bersama putranya. Apalagi dia telah mendengar pasukan Jenderal Yang Un telah dikalahkan di Chengdu. Dia ingin memastikan hal itu dan membantu sebisanya agar keadaan kembali aman.Matahari mulai muncul, cahaya memancar ke sela-sela pohon dan atap rumah, memberikan kehangatan yang sempat hilang semalam suntuk.Wajah-wajah sumringah terlihat hilir-mudik dengan nyaman dan m
Setelah bertemu dengan Kaisar Yizhong dari Xi Xia dan membuat kesepakatan. Pangeran Zhao You melanjutkan perjalannya menuju Tibet, tepatnya di Kota Miran. Sebuah kota yang cukup besar, meski jaraknya masih sangat jauh dari Lhasa, Ibukota Tibet.Jika dibandingkan, jarak Miran ke Lhasa dengan Miran ke Gansu, masih sangat lebih dekat ke Gansu. Pangeran Zhao You pergi ke Miran guna menjemput kedua putranya.Menurut surat dari mereka dan juga kakeknya di Jiuquan, mereka telah menyelesaikan pelajaran mereka dari Guru Besar Ma Rung.Di Tibet, tumbuh-tumbuhan tampak lebih hijau daripada daerah lain. Udara tercium begitu murni dan bersih. Sawah-sawah mengembang-biak dengan selaras.Meski kota-kota di Tibet tidak semeriah dan seramai di Song, tapi wajah orang-orangnya lebih memiliki kesejukan. Mereka seakan merasa cukup dengan apa yang telah mereka miliki saat ini. Orang-orang Tibet memang terkenal dengan sikap pasrahnya yang tinggi.Setelah melewati perjalanan beribu-ribu li, Pangeran Zhao You
Keadaan Kota Ningbo berangsur-angsur pulih. Penduduk setempat mulai kembali membuka lapak dagangannya masing-masing.Perlahan tapi pasti, kota ini kembali ramai, tapi tetap tidak seperti sediakala. Ada trauma yang cukup menyakitkan bagi para pedagang mancanegara untuk mendaratkan kapalnya di Pelabuhan Ningbo.Mereka masih takut keamanan kota itu mendadak menjadi buruk kembali. Apalagi gerombolan yang telah merusak keamanan kota itu belum dibasmi sepenuhnya. Tentu kabar itu memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pemulihan kota.Di sisi lain, para pedagang mancanegara lebih memilih berdagang di negara lain, mengingat keadaan Negeri Song yang tidak stabil beberapa bulan terakhir ini; ada kemungkinan perang melawan Liao dan Xi Xia, pemberontakan di Chengdu, dan kabar terbaru menyatakan Kerajaan Dai-vet juga turut serta mengganggu perbatasan Negeri Song.Meski keadaan sudah terbilang aman, penduduk setempat masih takut akan ancaman para Bandit Mata Satu. Mereka takut para bandit itu akan