All Chapters of Penebusan Dosa untuk Istri kontrakku : Chapter 61 - Chapter 70

113 Chapters

Bab 61 ( Kenyataan yang Berbanding Terbalik)

"Jangan terlalu keras, pada ibu.” Kata Saras saat Liam sudah kembali masuk ke dalam ruangannya.“Disaat seperti ini, kau masih membelanya?” alis Liam terangkat satu, menambah kesan bingung pada wajahnya. Tentu saja ia tidak menyangka jika Saras masih bisa mengatakan hal-hal baik tentang Rosa. “Bukan membela Liam, hanya saja ini soal penghormatan anak pada ibunya. selebihnya, aku tidak pernah membenarkan tindakan atau sikap ibu, jika yang kau maksud adalah sikapnya terhadapku,” Saras mengganti posisi berbaring menjadi duduk. walaupun masih terasa nyeri di bagian tubuhnya yang tertembak, Saras tetap berusaha untuk meyakinkan dirinya dan tidak ingin terlihat lemah dihadapan Liam. Liam mendesah pelan saat mendapati Saras memaksakan diri untuk duduk bersandar, terasa sekali keras kepalanya gadis itu.“Satu jam lagi aku akan pergi ke kantor. apakah tidak masalah jika aku pergi sebentar?”Saras menggeleng cepat, senyumnya mengembang dan berkata, “ Liam, sudah banyak pengawal yang kau tugas
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 62 ( Pion Dalam Sangkar)

Saras terbaring lemah di tempat tidur, luka tembaknya masih terasa sakit. Liam berdiri di sampingnya, wajahnya tidak menunjukkan emosi. ia memandang Saras dengan tatapan dingin, namun matanya terlihat peduli."Kau harus istirahat," kata Liam, suaranya datar.Saras mengangguk lemah. "Aku tahu."Liam mulai membersihkan luka Saras dengan lembut. Ia tidak menunjukkan kelemahan atau kecemasan, namun gerakannya penuh perhatian. Saras memandangnya dengan rasa heran."Kenapa kau melakukan ini?" tanya Saras.Liam tidak menjawab. ia terus membersihkan luka, kemudian membalutnya dengan perban. Liam memutuskan untuk merawat Saras di rumah karena ia tidak ingin sampai Ricard kembali datang menemui Saras.Rosa, ibu Liam, masuk ke kamar dengan wajah tidak senang. "Liam, apa yang kau lakukan? Kau tidak seharusnya merawatnya di rumah."Liam berdiri, menatap ibunya dengan tenang. "Aku bertanggung jawab atas keselamatannya."Rosa menggelengkan kepala. "Dia tidak layak mendapatkan perawatanmu. apa kau lu
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 63 ( Berdebat dengan Mertua)

Ricard, adik Liam, duduk di ruang tamu rumahnya, wajahnya penuh kebencian. Ia memandang Viktoria, wanita pemberani yang duduk di seberangnya."Kita harus menghancurkan Liam," kata Ricard, suaranya penuh dendam.Viktoria tersenyum. "Aku sudah siap membantumu."Ricard mengambil napas dalam-dalam. "Rencana kita harus sempurna. Kita tidak bisa gagal."Viktoria mengangguk. "Aku sudah mempersiapkan segalanya."“Jangan salah sasaran, aku tidak ingin sampai Saras-”“Saya tidak bodoh Tuan, anda tenang saja.” Senyum licik terpancar jelas dari wajahnya.***Di kamar Liam, suasananya begitu hening. Liam dan Saras berada di dalam satu kamar, tapi saling diam. Tidak ada kata-kata yang terucapkan.Liam duduk di samping jendela, memandang ke luar. Wajahnya tidak menunjukkan emosi. Saras terbaring di tempat tidur, memandang langit-langit.Suasana diam itu terasa menyakitkan. Saras ingin berbicara, tapi tidak tahu apa yang harus dikatakan. Liam juga tidak berbicara, seperti tidak peduli dengan keberada
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 64 ( Apakah Ricard, Pelakunya? )

Karena merasa suasana rumah yang begitu kacau, Liam memutuskan untuk mengajak Saras ke Mall Grand City, pusat perbelanjaan mewah di jantung kota, yang dipenuhi pengunjung pada hari Sabtu sore. Liam dan Saras berjalan-jalan di antara toko-toko, menikmati suasana santai. walaupun luka tembak Saras belum sepenuhnya sembuh, tapi Saras sudah merasa cukup baik untuk menikmati udara luar. lagi pula, jika terus berada di rumah Saras tidak yakin jika ia akan mampu menahan lebih lama lagi rasa sabarnya untuk tidak beradu argumentasi dengan Rosa. Saat Liam akan mengajak Saras ke lantai atas, Tiba-tiba, suara tembakan keras terdengar dari lantai atas. mendengar suara itu, Liam mengurungkan niatnya.Suara tembakan kedua terdengar, disusul teriakan panik pengunjung.Saras begitu terkejut, memandang sekitar mencari sumber suara. Liam tetap berusaha untuk tenang sampai pandangannya tertuju pada Seorang pria berjas hitam, wajahnya tertutup topeng, muncul di atas eskalator, memegang senjata api.Pria it
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 65 ( Saling Tuduh)

Sore harinya, Saras meminta izin pada Liam untuk menikmati suasana sore hari setelah mendapatkan insiden di Mall tadi siang. Udara sore yang sejuk membelai wajahnya saat Viktor membuka pintu mobil dan membantu Saras keluar."Terima kasih, Viktor," kata Saras dengan senyum.Viktor tersenyum. "Saya hanya melakukan tugas, Nyonya. saya akan menunggu anda di luar,”Di dalam restoran, Saras memilih meja di sudut, memandang menu yang ditawarkan. Tiba-tiba, suara yang familiar terdengar. "Saras, apa kabar?"Saras menoleh, melihat Ricard berdiri di sebelahnya dengan senyum licik. "Ricard, apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan curiga.Ricard duduk di seberang Saras. "Aku hanya ingin berbicara. Bagaimana kabar Liam?"Saras memandang Ricard tajam. "Jangan berpura-pura peduli. Aku tahu apa yang kau inginkan dan lakukan pada kami.”Ricard tersenyum. "Aku hanya ingin membantu. Aku tahu siapa yang melakukan penembakan itu."Saras terkejut. "Siapa?"Ricard memandang sekitar sebelum menjawab, "Aku ak
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 66 ( Kau... Dalangnya?)

Suasana dalam mobil terasa hangat dan tegang. Cahaya matahari sore memancar melalui kaca, menciptakan bayangan-bayangan yang lembut di wajah Liam dan Saras.Liam mengemudi dengan mata fokus pada jalan, wajahnya serius. Saras duduk di sebelahnya, memandang ke luar jendela dengan mata yang kosong.Udara dalam mobil terasa kaku, dipenuhi kesunyian yang tidak terputus. Suara mesin mobil terdengar monoton, seperti detak jantung yang berdegup kencang.Liam tidak berbicara, hanya memandang jalan. Saras juga diam, membiarkan kesunyian memisahkan mereka. Tapi, di balik kesunyian itu, terdapat kecemasan dan ketakutan yang tidak terucapkan.Tiba-tiba, Liam memperlambatkan mobil, memandang Saras dengan mata yang tajam. "Apa yang Ricard katakan padamu dan apa maksud Video yang kau ucapkan?" tanyanya dengan suara yang rendah.Saras menoleh, mata cokelatnya bertemu dengan mata hitam Liam. Ia melihat kekhawatiran dan kemarahan di mata itu. "Entahlah Liam, aku juga bingung dengan semua ini." jawabnya
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 67 ( Petir tanpa Mendung)

Suasana di bangunan kosong itu terasa mencekam, seperti udara yang terjebak dalam ruang hampa. Dinding-dinding yang retak dan kusam, lantai yang berdebu, dan jendela-jendela yang pecah, semuanya menambah kesan kemurungan dan kehancuran.Tiba-tiba, suara tembakan pecah, menghentakkan kesunyian. Dua kelompok besar, bersenjata dan berwajah keras, berhadapan dengan penuh kebencian. Suara tembakan terus menggema, seperti rentetan petir yang tidak berhenti.Cahaya matahari yang masuk melalui jendela pecah, memantulkan bayangan-bayangan yang bergerak cepat. Asap peluru mengambang di udara, menciptakan kabut yang mematikan. Suara teriakan dan raungan kesakitan terdengar di antara suara tembakan.Lantai bangunan bergetar di bawah kaki mereka, seperti gempa yang menghantam. Dinding-dinding retak semakin parah, seolah-olah bangunan itu sendiri merasakan sakit.Kelompok pertama, dipimpin oleh Liam, bergerak maju dengan strategis. Mereka menembakkan senjata dengan tepat, mengenai target dengan pre
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 68 ( Ayah, Aku Merindukan mu)

Pagi hari , rumah Liam terasa tegang. Aroma kopi dan roti panggang tidak bisa menghilangkan kesan tidak nyaman. Liam, Saras, dan mertuanya, Rosa, duduk di meja makan dengan suasana kaku.Rosa menatap Saras dengan mata yang dingin, tidak menyembunyikan kebencian. "Kamu masih di sini?" tanyanya dengan nada tajam.Liam mencoba menenangkan. "Bu, aku sudah menjelaskan--"Tiba-tiba, bel rumah berbunyi. Liam berdiri untuk membuka pintu. Dia terkejut melihat Luna berdiri di ambang pintu, wajahnya basah oleh air mata."Liam, aku tidak percaya kamu tidak datang ke acara ulang tahunku," kata Luna, suaranya bergetar.Rosa langsung berdiri, memeluk Luna. "Sayang, aku minta maaf atas kelakuan Liam."Saras merasa tidak nyaman, menatap Liam dengan keheranan. Suasana sarapan yang sudah kaku menjadi semakin tidak nyaman.Liam berusaha menjelaskan, tapi Rosa memotong. "Liam, kamu tidak perlu menjelaskan. Yang jelas, kamu menyakiti Luna."Luna menangis lebih keras, memeluk Liam. Rosa membantu Luna, menat
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 69 ( Kedatangan Vinso!)

Langkah-langkah Vinso terdengar pelan di antara makam-makam yang berderet. ia membawa keranjang bunga, wajahnya menunjukkan kesedihan. Ketika melihat Sarastika menangis di depan makam Bagas Danuarta, Vinso terkejut."Sarastika?" katanya dengan suara yang terdengar begitu terkejut.Sarastika menoleh, mata coklatnya merah karena tangis. "Pak Vinso...," katanya dengan suara bergetar. "Pak Vinso, benarkah itu kau?"Vinso meletakkan keranjang bunga di dekat makam Bagas, lalu mendekati Sarastika. ia memeluknya dengan hangat. "Saras," katanya dengan suara penuh empati.Sarastika menangis lebih keras, melepaskan kesedihannya. Vinso membiarkannya menangis, memeluknya erat. Ia mengingat Bagas, merasa begitu bersalah.Setelah beberapa saat, Sarastika tenang. Vinso melepaskan pelukannya, menatap wajahnya dengan khawatir. "Ceritakan, apa yang dilakukan oleh Liam?"Sarastika mengambil napas dalam-dalam, menceritakan kesulitan rumah tangganya. Vinso mendengarkan dengan sabar, wajahnya menunjukkan ke
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 70 ( Hamil )

Rumah Liam terasa seperti peti mati yang terbuka, mengeluarkan aroma kebusukan dan kebohongan. Suasana tegang menggantung di udara, seperti pedang yang siap menembus hati. Cahaya lampu yang lembut tidak bisa menghilangkan bayangan gelap yang menyelimuti ruangan. Liam berdiri di tengah ruangan, wajahnya penuh kekhawatiran. Rosa dan Luna berdiri di belakangnya, mata mereka terpaku pada Vinso yang terlihat duduk tenang namun ketenangan itu seperti sebuah bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu. Vinso, dengan wajah serius, kembali melanjutkan percakapan yang akan mengubah segalanya. "Anjaswara datang untuk memohon agar Perusahaannya diselamatkan." Suara Vinso memecah kesunyian, seperti guntur yang menghantam bumi. Liam dan Rosa saling menatap, kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka. Luna menggigit bibirnya, mata penuh kebencian menatap Sarastika. Sarastika berdiri tegak, hatinya berdebar. Ia siap menghadapi kebenaran yang akan mengubah hidupnya untuk selamanya. Viktor berdiri d
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status