Hero mencengkeram setir mobilnya semakin erat saat melihat sebuah motor berhenti tepat di depan Veline. Rahangnya mengeras, giginya bergemeletuk menahan emosi. Ia mencoba tetap tenang, tapi matanya tak bisa lepas dari pantulan kaca spion, memantau setiap gerakan gadis itu. Dari kejauhan, Yudha menghentikan motornya di depan Veline. "Vel, lo ngapain sendirian di sini?" tanyanya. "Oh, Yudha, gue kira siapa," jawab Veline, sambil mengangkat wajahnya ke arah lelaki itu. "Lo belum jawab pertanyaan gue. Kenapa lo ada di sini sendirian?" Veline terkekeh kecil, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Em … tadi gue naik ojek, tapi bannya bocor. Jadi gue terpaksa turun di sini," alibinya. Yudha mengangguk paham. "Oh, ya udah. Yuk, berangkat bareng aja. Nanti lo telat lagi." Veline menggeleng. "Gak perlu deh, Yud. Ntar gue malah ngerepotin lo." Yudha tersenyum. "Gak ada yang ngerepotin, Vel. Daripada lo telat, mending bareng aja." Setelah ragu sejenak, Veline akhirnya mengangguk. "Mm …
Baca selengkapnya