All Chapters of Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah: Chapter 51 - Chapter 60

102 Chapters

Bab 51 : Kebohongan Veline

Veline kini sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Yudha. Ia berdiri di depan cermin, sambil terus mengamati penampilannya. Penampilannya malam ini sangat berbeda dengan hari-hari biasa. Ia mengenakan jaket pink yang modern dengan potongan yang agak longgar, dipadukan dengan celana jeans biru muda yang pas di tubuhnya. Veline memeriksa dirinya lagi di cermin, memastikan bahwa semua detailnya terlihat sempurna. Meskipun ia tidak terlalu suka berlebihan. "Lo mau ke mana?" Hero yang berdiri di ambang pintu menatap Veline dengan heran, matanya terpaku pada penampilan gadis itu yang terlihat rapi malam ini. "Mau ketemu temen." "Temen?" Hero mengerutkan kening. "Iya." "Siapa?" Veline terdiam sesaat. Ia bingung, tak tahu harus berkata apa. Sejak pertemuannya dengan Yudha beberapa waktu lalu, semuanya jadi lebih rumit. Ia ingin sekali mengantar Yudha bertemu dengan ibunya, yang sedang merayakan ulang tahun malam ini, tetapi jika mengatakan itu pada Hero, ia takut
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 52 : Bertemu Keluarga Baru

"Mm, Yud, lo seriusan ini rumah nyokap lo?" Veline mencoba memastikan, ia berharap Yudha salah rumah. "Iya, Vel, ini rumahnya. Gue pernah nganter nyokap gue pulang pas dia pergi." Veline terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, "Hah, seriusan?" Anggukan Yudha membuat Veline semakin resah. Bila ia tahu pada awalnya nyokap Yudha tinggal serumah dengannya, Veline pasti sudah menolak Yudha untuk menemaninya bertemu dengan ibunya. Veline menyesal, seandainya ia bertanya dulu lebih awal kepada Yudha tentang siapa ibunya, mungkin ia tak akan mengalami kejadian seperti ini. "Iya, gue serius. Kenapa kok lo kayak kaget gitu?" Yudha memandang Veline sedikit heran dari kaca spion motornya, ketika melihat wajah Veline yang mendadak pucat. "Oh ... nggak, nggak, nggak apa-apa, kok." Veline merasa bersalah karena sudah berbohong kepada Hero, mengatakan bahwa ia akan pergi bersama Susi. Namun kenyataannya ia ada di sini bersama Yudha, di rumah yang tak pernah ia duga sebelumny
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 53 : Pertengkaran Hero & Yudha

Sayup-sayup terdengar derap langkah kaki yang semakin mendekat. Dan pada saat itu juga, jantung Veline berdegup begitu cepat. Ia menundukkan kepala, mencoba menenangkan dirinya, tapi rasa cemas itu tak kunjung hilang. Sepertinya takdir tak lagi berpihak padanya, tatkala Dimas berkata, "Ah, itu anak om." Dimas menunjuk ke arah lelaki yang sedang menuruni tangga. Amanda dan Yudha segera melihat ke arah tangga, sementara Veline hanya bisa menunduk pasrah, sambil terus meremas ujung jaketnya. Jantung Veline berdegup semakin cepat ketika Hero sudah ada di dekat mereka. 'Mati gue!' Ketika Hero melihat Yudha ada di rumahnya, ia pun mengerutkan kening. Ekspresinya berubah bingung. Namun, yang membuatnya bingung lagi, kenapa Veline masih ada di rumah? Bukankah gadis itu sudah pamit kepadanya ingin menemui sahabatnya yang bernama Susi? "Kenapa lo ada di sini?" Hero bertanya, sembari menatap Yudha. Sebelum Yudha sempat menjawab, Dimas cepat-cepat menjelaskan. "Hero, kenalkan, dia Y
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 54 : Kemarahan Hero

Sepasang mata Yudha terus mengunci pandangannya pada Veline, yang sejak tadi hanya diam. Wajah Veline tampak gelisah, terlebih saat tangan kekar Hero masih menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. "Vel, apa yang dikatakan dia nggak bener, kan?" Yudha bertanya, suaranya begitu lirih. Akan tetapi, ada sebuah harapan di balik katanya. Ia berharap Veline akan berkata tidak, bahwa ini semua hanya kesalahpahaman. Namun, gadis itu tetap terdiam. Bibirnya bergerak sedikit, seakan ingin mengatakan sesuatu. Amanda yang sejak tadi memperhatikan ketegangan di antara mereka, ia segera menghampiri putranya yang ada di dekat pintu. "Sayang, kamu pulang sekarang, ya. Biar nanti mama yang jelaskan semuanya sama kamu," ucap Amanda, mencoba meredakan suasana yang semakin memanas. "Kenapa nggak sekarang, Ma? Yudha juga mau tahu apa yang sebenarnya terjadi." Amanda hanya mampu menunduk. Di dalam hatinya, Amanda sadar bahwa selama ini Yudha selalu menceritakan seorang gadis yang ia cintai.
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 55 : Pergi Persami

Sinar matahari sudah menembus tirai jendela kaca berwarna coklat tua. Kehangatannya seakan sudah memeluk tubuh Veline, sementara gadis itu kini tengah sibuk mengemasi barang-barang yang akan dibawanya untuk persami ke Bandung. Ia memeriksa dengan cermat setiap barang yang sudah tersusun rapi di atas tempat tidur. Sebuah jaket tebal berwarna krem, beberapa kaos, celana panjang, sepatu hiking, dan perlengkapan mandi sudah masuk ke dalam tas ranselnya. Tak lupa, ia juga memasukkan buku catatan kecil dan kamera polaroid kesayangannya untuk mengabadikan momen selama di perkemahan nanti. Setelah memastikan semua perlengkapannya sudah dibawa semua, ia meraih kotak P3K kecil dan memasukkannya ke dalam ransel. Namun tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Non Veline," panggil Bi Ranti sambil membawa tumbler berwarna pink yang sudah diisi air hangat. "Iya, Bi." "Ini, bibi sudah isi tumbler Non Veline," ucap Bi Ranti sambil mendekat dan meletakkan tumbler di atas meja. "Makasi
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 56 : Bus

Veline menggenggam tali ranselnya erat, mencoba menahan gemuruh emosi yang masih menguasai dirinya. Ia belum siap bertemu Hero. Rasa kesalnya masih membekas setelah pertengkaran mereka terakhir kali. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mencari cara untuk menghindar. "Mm ... Le, gue masuk ke bus duluan, ya," katanya, sebelum Leona sempat berkata, Veline sudah melangkah tergesa-gesa menuju bus. Leona hanya mengerutkan kening, ia bingung dengan perilaku sahabatnya yang tiba-tiba berubah. "Kok buru-buru banget sih?" gumam Leona pelan sambil menatap punggung Veline yang semakin menjauh. Di dalam bus, Veline segera menyapu pandangan, mencari kursi kosong yang bisa ditempati. Ia ingin segera duduk dan menghindar dari Hero. Setelah berjalan beberapa saat di lorong bus, matanya tertuju pada Alyssa yang duduk sendirian di bangku dekat jendela. "Sa, lo duduk sama siapa?" tanya Veline. "Gue belum ada temennya nih," jawab Alyssa sambil tersenyum. "Ya udah, biar gue yang duduk sama lo
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 57 : First Kiss?

"Jidat gue kejedog kursi," keluh Veline sambil mengusap dahinya yang terasa sakit. "Sama. Kepala gue langsung kliyengan lagi." Mereka berdua terus berkeluh kesah karena kepalanya terasa pusing. Namun, dari barisan belakang terdengar suara lantang Noval. "Pak!" Pak Agus yang sedang memperhatikan jalan segera menoleh. "Ya, ada apa, Noval?" "Pak, daripada diem-diem bae, gimana kalau karokean?" usul Noval. Pak Agus mulai menimbang. "Karokean? Emang kamu mau nyanyi lagu apa?" "Dangdutan aja, Pak, biar seru!" Kali ini Raka yang menjawab. "Daripada dangdutan, mending kita sholawatan aja. Biar perjalanan kita berkah dan hati kita tenang," kata Pak Agus, sambil memperhatikan para siswa. "Gimana, anak-anak?" Beberapa siswa mulai bersorak setuju. Pak Agus pun mulai melantunkan sholawat. "Shallallahu 'ala Muhammad ... shallallahu 'alaihi wasallam ...." "Ayo, anak-anak, ikuti bapak." "Iya, Pak!" Para siswa pun langsung mengikuti sholawat dengan kompak. Namun, di tenga
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 58 : Kebimbangan Dimas

Udara yang semakin siang bukannya makin panas, tapi malah semakin sejuk. Saat bus perlahan memasuki area Puncak. Hamparan perkebunan teh pun sudah terlihat oleh mereka. Veline memandang keluar jendela, matanya terpaku pada hamparan hijau. Udara dingin yang menyelusup melalui celah-celah kaca jendela membuatnya menarik jaket lebih erat. Pemandangan yang begitu indah itu membuat Veline sejenak melupakan rasa kesal dan gelisah yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Setelah sekitar tiga jam perjalanan, bus perlahan melambat dan akhirnya berhenti di sebuah area perkemahan yang luas, yang dikelilingi pohon-pohon pinus. Para siswa mulai bersemangat. Mereka berbondong-bondong turun dari mobil, mata mereka terbelalak melihat pemandangan yang begitu menakjubkan: pegunungan hijau, udara segar, dan suara gemericik sungai kecil dari kejauhan. "Wah, keren banget tempatnya!" teriak Alyssa sambil merentangkan tangannya ke udara. "Sumpah, ini beneran kayak di film-film!" Leona memandang ta
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 59 : Jatuh ke Sungai

"Zahira … dia terus memanggil Hero, dan kondisinya memburuk. Suster Ira khawatir kalau ini tidak segera ditangani, bisa makin parah." "Ya sudah, Mas. Kita ke rumah sakit sekarang." "Tapi, acara ulang tahunmu ...," ujar Dimas ragu. "Nanti kita pikirkan lagi, Mas. Yang penting sekarang kita lihat kondisi Zahira dulu." Dimas tersenyum tipis, merasa lega ketika Amanda memahami situasinya. "Baiklah, terima kasih, Ma. Maaf bila acara kita ditunda lagi." "Gak apa-apa, Mas. Ayo kita pergi sekarang." Dimas mengangguk. Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil, dan Dimas memberi arahan pada Pak Supri. "Pak Supri, kita ke rumah sakit sekarang." "Baik, Pak," jawab Pak Supri sambil menyalakan mesin, membawa mereka menuju rumah sakit. Beberapa saat kemudian, kendaraan yang ditumpangi Dimas dan Amanda berhenti di depan rumah sakit. Bangunan megah dengan dinding putih bersih itu berdiri kokoh di bawah langit yang mulai mendung. Tanpa menunggu lama, Dimas segera keluar dari mobil, d
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 60 : Napas Buatan

Semua siswa menoleh ke arah teriakan Leona yang memanggil sahabatnya. Mereka menyaksikan dengan ngeri ketika tubuh Veline terhempas dari jembatan kayu dan jatuh ke dalam sungai yang deras. "Veline!" teriak beberapa siswa serentak ketika melihat gadis itu terbawa arus yang ganas. Suasana berubah mencekam, wajah para siswa sudah mulai panik. Sepasang mata Hero terpaku tatkala melihat tubuh Veline yang terseret oleh arus. Kesadarannya kembali dalam hitungan detik saat ia teringat bahwa Veline tak bisa berenang. Tanpa berpikir panjang, Hero melepaskan tasnya dan melompat ke sungai. "Hero!" teriak Raka, ia panik ketika melihat Hero melompat ke sungai begitu saja. Pak Agus juga panik, wajahnya tegang melihat aksi nekat Hero. "Ya ampun, Hero! Hati-hati! Anak-anak, cepat cari sesuatu untuk membantu Hero!" teriaknya. Para siswa segera berhamburan, mencari apa saja yang bisa digunakan untuk menyelamatkan kedua temannya. Mereka memeriksa sekitar jembatan. "Pak! Ada bambu panjang di
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status