All Chapters of Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah: Chapter 61 - Chapter 70

107 Chapters

Bab 61 : Hembusan Napas

"Tidak perlu, Leona. Kamu ikut saja dengan anak-anak yang lain. Biar Hero dan Veline saja yang kembali ke tenda," ujar Pak Agus. Leona terdiam sesaat, wajahnya terlihat kecewa. Namun, ia hanya bisa menerima keputusan tersebut, lalu mengangguk pelan. "Oh, baik, Pak," jawabnya. Dengan berat hati, ia melangkah mundur dan bergabung kembali dengan teman-temannya. Sementara itu, Hero mengangkat tubuh Veline ala bridal style. "Hati-hati, Ro," ucap Adrian, saat melihat Hero sudah membawa Veline pergi. Hero hanya mengangguk, lalu melangkah pergi meninggalkan teman-temannya. Semua mata tertuju pada Hero dan Veline yang perlahan menjauh, beberapa siswa masih terkejut melihat perubahan sikap Hero yang begitu peduli pada Veline. Setelah mereka menghilang dari pandangan, Pak Agus kembali mengambil alih situasi. "Baik, anak-anak. Sekarang kita lanjutkan tugas kita. Catat dengan baik apa yang kalian temui di sepanjang perjalanan, dan tetap hati-hati." "Baik, Pak!" jawab para sisw
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 62 : Ancaman Freya

"Veline!" Leona berteriak lantang sambil berlari menuju tenda tempat Veline berada. Di luar tenda, Veline tengah duduk di kursi lipat, kedua tangannya menggenggam secangkir teh hangat. Wanita itu pun sudah berganti pakaian, sore ini ia mengenakan jaket tebal berwarna hijau army dengan resleting yang sedikit terbuka, sampai memperlihatkan inner rajutnya yang berwarna hitam di bagian dalam. Sesampainya di depan Veline, Leona langsung memeluk sahabatnya erat-erat. "Ya ampun, Vel! Sorry banget, gara-gara gue lo sampai jatuh dari jembatan!" "Astaga, Le! Lo bikin gue sesek!" keluh Veline sambil berusaha melepaskan pelukan Leona, dan terus menjaga cangkir tehnya agar tidak tumpah. "Hehe, sorry, Vel. Gue bener-bener takut lo kenapa-napa." Leona berkata dengan wajah bersalah. Veline meletakkan cangkir tehnya di meja kecil yang ada di depannya. "Buktinya gue nggak apa-apa, kan?" "Iya sih ... tapi gue tetep aja ngerasa bersalah sama lo." Veline meraih tangan Leona, lalu m
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 63 : Lomba Masak

"Oke, anak-anak! Untuk makan sore ini, kita akan buat suasana lebih seru dengan game dan beberapa perlombaan," seru Pak Agus begitu semangat. Murid-murid yang tengah berkumpul di area perkemahan langsung bersorak kecil, meski beberapa tampak kurang antusias. "Yaelah, Pak. Mau makan aja harus main game dulu," keluh Noval, sambil menggaruk kepala. Pak Agus hanya tersenyum. "Eh, ini bukan game sembarang game." "Emang game-nya apaan, Pak?" tanya Raka yang juga penasaran, sambil melipat tangan di dada. Pak Agus mendekat ke tengah lingkaran. "Biar lebih menantang, kita adakan lomba masak!" "Hah? Lomba masak? Yang bener aja, Pak. Peralatan kita kan seadanya," sahut Alyssa. "Justru karena peralatan kita seadanya, itu jadi tantangan tersendiri buat kalian! Kita akan lihat siapa yang paling kreatif." Murid-murid mulai saling melihat satu sama lain, beberapa mulai berbisik, sementara yang lain tampak ragu. "Pak, kelompoknya bisa pilih sendiri nggak?" tanya Leona. Pak Agus meng
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 64 : Perhatian Kecil

Yudha yang sedari tadi terdiam, akhirnya berkata, "Udah, tenang aja. Kita bisa coba perbaiki. Mungkin kita bisa tambahin air biar nggak terlalu asin." Noval menghela napas panjang. "Ya udah, tapi cepat! Waktu kita udah tinggal sedikit." Sementara Freya masih tampak kesal, tetapi akhirnya mengangguk. Mereka pun bekerja sama menambahkan air dan beberapa sayuran tambahan untuk mengimbangi rasa asin. Meskipun situasi sempat tegang, mereka tetap berusaha menyelesaikan masakan mereka tepat waktu. Noval mencoba mencicipi kuah sup yang baru saja mereka tambahkan air. Begitu sendok menyentuh lidahnya, wajahnya langsung meringis. "Huh, percuma kita tambahin air satu gayung pun tetap aja asin," keluhnya sambil meletakkan sendok ke meja. Kelompok lain yang mendengar keluhan Noval sontak tertawa terbahak-bahak. "Alhamdulillah, ya Allah. Saingannya berkurang satu," ujar Raka sambil terkekeh, membuat teman-temannya makin riuh. "Ck, berisik lo!" balas Noval kesal, sambil melempar serbet ke a
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 65 : Jurit Malam

Beberapa waktu sudah, Veline habiskan di dalam tenda, setelah menjalankan ibadah salat Isya secara berjamaah bersama siswa lainnya. Akhirnya, ia memutuskan keluar untuk menghirup udara segar. Saat melangkah keluar, pandangannya langsung tertuju ke langit yang sudah gelap gulita. Namun, gelapnya malam ini justru memperlihatkan keindahan yang luar biasa—bulan sabit yang dihiasi ribuan bintang sudah terlihat begitu cantik di atas sana. Suasana ini begitu terasa menenangkan, membuat Veline tertegun sejenak menikmati keindahan alam yang jarang ia perhatikan di tengah kesibukannya sehari-hari. Namun di tengah keindahan yang sedang ia rasakan, tiba-tiba suara Leona membuyarkan lamunannya. "Eh, kebo udah keluar!" Sepasang mata Veline menatapnya kesal. "Sembarangan lo manggil gue kebo!" "Ya, dari tadi lo ngumpet di tenda mulu. Anak-anak yang lain udah pada kumpul di dekat api unggun." "Ah, males gue. Mending tidur." "Veline, Leona, sini! Kita disuruh kumpul sama Pak Agus!"
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 66 : Jalur Berbeda

"Ro, di belakang lo ada orang nggak?" tanya Raka dari depan. Sepasang matanya menelisik ke arah belakang Hero. "Gak ada lah, gue yang paling belakang." "Terus tadi kayak ada bunyi sesuatu." Wajah Raka sudah mulai ketakutan. "Gak tahu, mungkin angin kali," ujar Hero sambil mengangkat bahunya. "Iya, mungkin angin. Udahlah ayo, kita lanjut lagi." Adrian mencoba mengalihkan perhatian mereka dari rasa takut yang mulai menjalar. Mereka akhirnya kembali melangkah menyusuri hutan. Sesekali mereka pun berhenti untuk mengambil bendera kuning yang tergantung di ranting, tetapi suasana semakin terasa aneh ketika tiba-tiba angin berhembus kencang, membawa desau yang bergema di antara pepohonan. Cabang-cabang pohon bergoyang, daun-daun mulai berjatuhan, menutupi jalan setapak yang mereka lalui. Suara alam yang sebelumnya tenang kini berubah menjadi mencengkam. "Anginnya kok tiba-tiba jadi kencang banget, ya?" Alyssa berkata sambil terus memeluk tubuhnya sendiri. "Guys ... kal
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 67 : Gubuk Tua

"Tapi kita gak bisa ninggalin mereka." Alyssa berkata tegas, sambil melihat ke arah Noval yang ada di sampingnya. "Gue gak peduli serem atau nggaknya, mereka teman kita." Raka mengangguk setuju. "Gue setuju sama Alyssa. Kita gak bisa ninggalin Veline dan Hero sendirian. Kita harus cari mereka." Adrian akhirnya mengangguk, meskipun wajahnya masih ragu. "Baiklah ... tapi kita tetap harus hati-hati. Jangan sampai kita juga nyasar atau berpisah lagi." Mereka mengangguk, lalu mulai berjalan perlahan ke arah yang mereka lewati sebelumnya, kali ini dengan langkah yang lebih hati-hati, mencoba mendengarkan setiap suara dan memperhatikan sekeliling mereka. Suasana hutan terasa semakin mencekam, tetapi tekad mereka untuk menemukan Veline dan Hero lebih besar daripada rasa takut yang membayangi. "Veline! Hero! Kalian di mana?" teriak Alyssa, suaranya menggema di antara pepohonan yang tinggi. "Hero! Ro! Lo denger kita gak?" seru Noval. "Hero! Veline!" panggil mereka berulang-ulang.
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 68 : Terjebak Hujan

"Waktu itu kami lari karena panik, Pak. Karena lihat pocong. Kami kira mereka ada di belakang, tapi ternyata mereka gak ada." Adrian mencoba menjelaskan. Pak Agus menarik napas panjang, lalu mengangguk. "Baik, kita harus segera bertindak. Bapak akan mengumpulkan panitia dan mencari mereka. Kalian tunggu di sini dan tetap tenang." "Tolong, Pak ... temukan mereka. Saya gak tenang kalau mereka masih di hutan sendirian." Alyssa berharap Pak Agus dan panitia lainnya bisa membantu mereka. "Tenang, kami akan lakukan yang terbaik. Kalian istirahat dulu, jangan sampai kelelahan," ujar Pak Agus, ia pun mulai memanggil tim panitia lainnya. Salah satu panitia, Pak Dodi, sudah ada di dekat mereka, ia pun panik saat mengetahui kedua siswanya hilang, terlebih hujan pun sedari tadi mengguyur dengan kerasnya, begitu juga dengan suara petir yang terus menggema di atas langit sana. "Pak Agus, sepertinya kondisi ini terlalu berisiko. Jalanan di hutan licin dan terjal. Kalau kita memaksa masuk malam
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 69 : Perasaan Hero

Veline begitu gugup ketika Hero tiba-tiba mengikis jarak di antara mereka. Terlebih tangan Hero yang sudah meraba-raba tubuhnya. "Ih, lo mau ngapain sih?" Veline cepat-cepat mendorong tubuh Hero. Gadis itu pun terlihat begitu kesal. "Santai aja, gue cuma mau cari sesuatu buat dimakan," jawab Hero, sambil meraba-raba lagi saku jaketnya yang sedang Veline gunakan untuk menutupi tubuh. "Emang di jaket lo ada makanan?" Veline bertanya, ia merasa curiga, mungkin lelaki itu berdusta, pikinya. Namun, rasa lapar mengalahkan keraguannya kini. "Sepertinya ada." Setelah beberapa saat mencari, Hero akhirnya menemukan sesuatu. Ia membuka resleting jaket dan merogoh sesuatu di dalamnya. "Tinggal permen doang," katanya, sembari mengangkat permen itu dengan sedikit kecewa. Veline mengerucutkan bibirnya. "Hah, cuma permen?" "Ya, nih," jawab Hero sambil menyerahkan permen itu kepada Veline. "Buat gue?" "Iya." "Makasih." Veline membuka bungkus permen itu, dan langsung memasukkannya k
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 70 : Perasaan yang Sama

Hero menghela napas panjang, lalu perlahan menatap Veline dengan tatapan yang lebih dalam dari sebelumnya. Ada keraguan yang jelas terlihat di matanya, tapi juga keteguhan yang tak bisa dipungkiri. "Tutup mata lo," pinta Hero, suaranya terdengar rendah. "Kenapa gue harus tutup mata?" tanya Veline, ia begitu ragu, dan tak mengerti maksud dari Hero. "Nanti juga tahu." "Tapi lo nggak bakal macem-macem, kan?" Hero menggelengkan kepala, lalu berkata, "Nggak." Veline menghela napas, lalu perlahan mulai menutup matanya. Sebenarnya, ia merasa penasaran dengan apa yang ingin dilakukan Hero sampai ia disuruh menutup mata. Namun, beberapa saat kemudian, Veline merasakan sesuatu yang hangat dan kenyal menyentuh bibirnya. Ia pun langsung membuka mata dengan cepat, terbelalak kaget saat melihat Hero tengah menciumnya. Jantung Veline tiba-tiba berdetak begitu cepat, tatkala lelaki itu begitu dekat dengannya, bahkan sudah tidak ada lagi jarak di antara mereka. Hero hanya menempelka
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status