Semua Bab Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah: Bab 31 - Bab 40

102 Bab

Bab 31 : Kekonyolan Theo

Veline terkejut saat Leona tiba-tiba menepuk tangannya ketika mereka baru saja keluar dari cafe. "Ada apa sih, Le?" tanya Veline yang terlihat bingung. "Vel, lihat ke sana!" jawab Leona sambil menunjuk ke arah salah satu sudut area cafe. Veline mengikuti arah yang ditunjuk Leona, ia seketika menghela napas panjang. Matanya menangkap sosok adik sepupunya, Theo, yang sedang duduk santai bersama teman-temannya. Yang membuat suasana semakin menyebalkan, Theo mulai berdiri dan berjalan menghampiri mereka. "Eh, ada kakak-kakakku yang cantik," sapa Theo sambil tersenyum lebar. Leona membalas dengan senyum ramah, sementara Veline memutar matanya jengah. Bertemu Theo di saat seperti ini? Veline sudah siap-siap untuk naik darah. "Lo ngapain di sini, bocil?" tanya Veline ketus. Theo langsung cemberut. "Jangan panggil gue bocil dong, Kak. Gue udah SMA." "Yaelah, baru juga SMA kelas satu. Tetep aja masih bocil," balas Veline sambil melipat tangan di dada. Theo menyeringai licik.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Bab 32 : Teman Luck Nut Asli

Kamar Hero tampak redup, hanya diterangi oleh cahaya biru dari lampu LED di sudut ruangan. Di atas meja, sebuah monitor menyala terang, memancarkan kilatan cahaya dari permainan yang sedang berlangsung. Malam ini, Hero mengenakan hoodie putih yang terlihat kontras dengan suasana kamar yang gelap. Di kepalanya terpasang headphone berwarna putih yang menutupi telinganya dengan sempurna. Tangannya begitu cekatan menggerakkan mouse dan menekan keyboard, sementara matanya fokus menatap layar monitor. Sesekali, bibirnya bergerak, mungkin memberikan perintah kepada rekan timnya melalui mikrofon. Di tengah intensitas permainan, Hero meraih cangkir putih di sampingnya. Ia menyesap isinya perlahan, membiarkan cairan hangat itu melewati tenggorokannya sebelum meletakkan cangkir itu kembali di meja. Wajahnya tetap fokus, meskipun matanya sedikit menyipit. Di belakangnya, beberapa poster tergantung di dinding. Sebuah rak kecil di pojok kamar menampung koleksi figure dan game favoritnya. Mes
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Bab 33 : Ada Yang Aneh

"Daripada bagi link, mending kita praktek aja," ujar Hero santai, sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Mulut Veline langsung menganga lebar mendengar kalimat itu. Tubuhnya menegang seketika, bulu kuduknya berdiri seperti kena sengatan listrik. "Praktek?" Hero mengangkat alis, memandang Veline bingung. "Kenapa? Kok lo gugup gitu?" tanya Hero sambil memiringkan kepala. "Kita kan udah nikah. Emang gak boleh praktek?" "Hah?!" Veline semakin terkejut. Pikirannya langsung melayang entah ke mana. "Ih, tapi ... gue belum siap." Hero melipat tangan di dada. "Siap apaan?" "Itu ... praktek." Wajah Veline sudah mulai merah. Hero menyipitkan mata. "Besok kan kita praktek." "Apa? Besok?! Tapi gue masih datang bulan!" Hero mengerutkan kening. "Emang kenapa kalau datang bulan?" "Ya nggak boleh lah, Hero! Kalau datang bulan tuh gak boleh praktek!" Hero hanya menggelengkan kepala pelan, lalu bangkit dari tempat duduknya. Dengan langkah santai, ia berjalan mendekati Veline. Sesam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Bab 34 : Bersandar

Di lantai tiga, seorang pemuda berdiri di depan kelas, pandangannya mengarah ke area parkiran. Sepasang matanya sedari tadi tak pernah lepas dari Veline dan Yudha yang masih berada di sana. Arnold begitu kesal saat melihat Yudha dan Veline terlihat begitu akrab. Terlebih, ia semakin kesal saat kalah tanding basket dengan Yudha, otomatis, ia harus menjauhi Veline, dan membiarkan Yudha mendekatinya. Namun, sungguh, Arnold masih belum rela bila mantannya itu dekat dengan lelaki lain. Namun, tiba-tiba, sebuah tangan menepuk bahunya dari belakang, sampai membuat Arnold tersentak dari lamunannya. "Kenapa lo lihatin mereka terus?" Seorang gadis menyandarkan tubuhnya di dinding, sambil menatap Arnold dengan lekat. Arnold mengalihkan pandangannya sebentar, lalu kembali menatap ke bawah. Diamnya seolah mengungkapkan lebih banyak daripada kata-kata. "Lo cemburu?" Lagi, Freya bertanya saat lelaki itu hanya terdiam. Arnold tetap bungkam, tapi tangannya semakin mengepal erat. Sementara Fre
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Bab 35 : Perasaan Aneh

Langkah kaki Veline mendadak berat, seolah tanah yang ada di bawah menahan setiap pergerakannya. Pandangannya sedari tadi tertuju pada sosok Hero yang tengah menyandarkan kepala di bahu Leona. Meski tangan Hero tetap berada di sisi tubuhnya, tapi jelas, pemandangan itu cukup untuk membuat perut Veline terasa melilit. Ia mencoba mengalihkan pandangan, tetapi matanya enggan berpaling. Dada Veline terasa sesak, seperti ada beban tak kasat mata yang menghimpit. Udara di sekitarnya mendadak terasa tipis, dan ia harus menarik napas pelan-pelan untuk meredam gejolak yang tiba-tiba datang. Leona tersenyum, hatinya menghangat saat Hero tampak nyaman menyandarkan kepala di bahunya. Ia tahu lelaki itu sedang lelah—bukan hanya karena rutinitas OSIS yang tak ada habisnya, tetapi juga beban masalah keluarga yang selama ini dipikulnya sendiri. Leona merasa lega bisa menjadi tempat Hero bersandar, seperti Hero yang selalu ada di sisinya ketika ia terjatuh, saat dunia seakan tak berpihak padanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 36 : Ulang Tahun Leona

Seorang lelaki tampan tengah berjalan menyusuri lorong menuju ruang terbuka yang biasa digunakan untuk perayaan ulang tahun. Ia membawa seikat bunga indah di tangannya, terdiri dari kombinasi mawar putih, kuning, dan beberapa bunga kecil lainnya yang tersusun rapi dalam kertas pembungkus hijau. Lelaki itu mengenakan kemeja biru muda yang rapi, kontras dengan celana hitam yang dikenakannya. Rambutnya tersisir rapi, yang membuatnya terlihat semakin menawan. Malam ini, Hero berencana merayakan ulang tahun Leona. Di ruang terbuka, Leona sudah menunggu dengan sabar di sebuah meja yang didekorasi cantik. Di atas meja, terdapat kue ulang tahun berlapis krim putih dengan lilin kecil di tengahnya, beberapa gelas minuman, dan vas bunga sebagai hiasan tambahan. Leona tampil memukau malam ini. Ia mengenakan gaun merah anggun dengan potongan sederhana, yang mempertegas siluet tubuhnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai, sementara bibirnya dipoles lipstik merah senada dengan gaunnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 37 : Kecewa

Veline menggeliat perlahan, lalu membuka matanya yang terasa berat. Sesekali, ia mengucek matanya yang masih mengantuk. Pandangannya mengarah ke jendela kamar, dan ia terkejut melihat langit sudah gelap pekat. "Ya ampun, kok gue bisa ketiduran sih?" gerutunya kesal. Dengan cepat, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Mata Veline membelalak saat melihat jam di layar. Jarum pendek sudah menunjuk angka 12. "Astaga, udah jam 12 malam! Gila, gue tidur udah kayak kebo," ujarnya kesal. Ia mengingat-ingat. Terakhir kali ia memejamkan mata, masih sekitar jam dua siang. Kini, ia sudah tidur selama hampir sepuluh jam. Veline menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu melempar boneka beruang ke sudut tempat tidur. Rambut hitamnya yang sebahu terlihat acak-acakan, sebagian poni menutupi dahinya. Ia mengenakan piyama hijau bermotif geometris. Dengan enggan, Veline menyelipkan kakinya ke dalam sandal rumah yang tergeletak di samping tempat tidur. Langkahnya terhuyung kelua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 38 : Tak Nyaman

Hero berdiri di depan pintu, bersandar santai di dinding sambil menyaksikan wajah Veline yang cemberut. Bibirnya sedikit mengerucut, sampai kedua pipinya menggelembung. Pemandangan itu bukannya membuat Hero sebal, tapi justru membuatnya malah menyunggingkan senyum. Tanpa banyak bicara, Hero mendekati Veline, dan dengan santai menjawil kedua pipi gadis itu yang tembem. "Gimana gue bisa ngajak lo kalau lo tidurnya kaya kebo, Vel," ujarnya sambil terkekeh kecil. Veline langsung menepis tangan Hero dengan cepat. "Ya kenapa lo gak bangunin gue, sih?" protesnya. "Gue udah bangunin lo, tapi lo gak bangun-bangun. Mau diapain lagi coba?" "Lo gak bohong, kan?" "Buat apa gue bohong?" Veline menghela napas panjang, sambil mencoba meredam kekesalannya. "Ya udah. Kali ini gue maafin." Ia lalu berbalik dan berjalan menuju tangga. Namun, baru beberapa langkah, ia berhenti lalu berkata, "Jangan lupa tutup pintunya, terus kunci!" Hero hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Bab 39 : Kemarahan Veline

Leona memandang Veline yang wajahnya terlihat cengo, seperti tak mendengarkan apa pun. "Kenapa wajah lo kayak gitu? Biasa aja kali," omelnya, merasa kesal dengan ekspresi sahabatnya itu yang menurutnya menyebalkan. Namun, Veline hanya diam, pandangannya kosong menatap rerumputan di sekitarnya seolah mencari sesuatu yang tidak ada. "Vel," panggil Leona lagi, sembari memperhatikan sahabatnya itu yang sedari tadi hanya terdiam. "Hm?" gumam Veline tanpa menoleh. "Lo harus lihat deh bunga-bunga itu. Gue taruh di kamar. Wangi banget dan bunganya cantik-cantik." Leona mencoba mengalihkan perhatian Veline. "Gak ada waktu gue buat urusan begitu," balas Veline datar, tanpa minat sedikit pun. Leona langsung menjitak bahu Veline pelan. "Astaga, lo itu, ya, Vel, suka gak suka lihat sahabatnya senang. Gue tahu lo itu gak suka sama Hero, tapi kan Hero itu juga temen gue udah dari kecil. Masa lo gak bisa sedikit pun menghargai dia?" Leona tahu benar bahwa setiap kali dia menyebut nama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Bab 40 : Cemburu?

Siang ini, matahari bersinar begitu terang, memantulkan cahaya ke langit yang dihiasi awan tipis. Veline duduk di tepi rooftop, kedua tangannya menyangga besi yang ada di belakang, sementara pandangannya kosong menatap ke arah cakrawala. Pertengkaran dengan Bu Tejo tadi masih terngiang-ngiang di pikirannya. Ia menghela napas panjang, mengusir rasa sesak di dadanya, tapi air mata tak tertahankan mulai membasahi sudut matanya. Ia mengusap pipinya cepat-cepat, berusaha menutupi perasaannya, meskipun tak ada siapa pun di sana. Gadis cantik itu memejamkan matanya sejenak, merasakan sinar matahari yang hangat menyentuh kulit wajahnya. Angin bertiup, menyapu rambut hitam sebahunya yang tergerai. Rasanya seperti jeda kecil di tengah kekacauan pikirannya, meskipun hanya sesaat. Namun, ketenangan itu tak mampu menghapus rasa sesak yang masih mengendap di dadanya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Namun, ia tetap enggan beranjak. Ia duduk diam, tak ingin turun bersama siswa-s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status