All Chapters of Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah: Chapter 21 - Chapter 30

33 Chapters

Bab 21 : Bertemu Zahira

Veline bingung saat Hero tiba-tiba membelokkan mobil ke kiri, Alih-alih ke kanan. "Hero, kok belok kiri? Bukannya ke kanan, ya?" tanyanya. "Nanti juga lo tahu." Veline semakin bingung, tapi memilih diam. Sekitar 15 menit kemudian, Hero memarkir mobilnya di depan sebuah rumah sakit. Veline membaca tulisan di plang besar itu dengan saksama. "Rumah Sakit Jiwa." Matanya langsung terbelalak. "Hero! Lo mau masukin gue ke rumah sakit jiwa?" "Iya, biar lo sadar dan gak bikin ulah terus," jawab Hero santai sambil melepas seatbelt-nya. "Hero, lo tega banget sih! Masa istri lo sendiri mau lo masukin ke rumah sakit jiwa?" Veline mengomel, merasa kesal dan tak habis pikir. Hero tak menggubris. Dia membuka pintu mobil dan turun. "Turun," perintahnya tegas. Dengan mendengkus kesal, Veline melepas seatbelt-nya dan keluar dari mobil sambil menggerutu. "Dasar gak punya hati," gumamnya pelan, tapi cukup untuk didengar Hero. Hero berjalan menuju pintu masuk rumah sakit, sementara Veline
Read more

Bab 22 : Kekhawatiran Veline

Veline memperhatikan Hero yang sudah memasuki hotel, entah apa yang lelaki itu lakukan di dalam sana, yang jelas Veline merasa kesal, Hero bilang bahwa ia ingin pergi main atau mungkin … main yang dimaksud Hero …. "Tidak, gak mungkin dia sampai sewa perempuan lain, kan?" Veline menggelengkan kepala, ia berusaha sekuat tenaga agar tidak berpikiran negatif, tapi melihat Hero yang pergi begitu saja membuat Veline bertanya-tanya. Wanita yang memiliki rambut panjang sebahu itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya, sambil mencengkram erat setir mobil. "Apa gue turun dan cek sendiri? Tapi kalau dia tahu, dia bakal marah gak, ya?" Akhirnya, karena rasa gelisah yang tak tertahankan membuat Veline memutuskan untuk turun dari mobil. Setelah memastikan pintu mobil terkunci, dia berjalan menuju pintu masuk hotel. Begitu masuk, Veline langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah. Lobi hotel yang luas dengan lampu-lampu kristal menggantung di langit-langit tampak elegan, tapi itu tidak
Read more

Bab 23 : Kembalinya Masa Lalu

Veline menaiki anak tangga untuk menuju ke kelasnya yang berada di lantai tiga. Namun, ketika ia sudah berada di lantai tiga, ia tak sengaja berpapasan dengan Hero, semenjak kejadian di kolam renang kemarin, Veline selalu menghindari lelaki itu karena ia masih kesal. Sementara itu, Hero memperhatikan Veline dengan saksama. Sudah berkali-kali ia mencoba mendekati dan meminta maaf, tetapi Veline tetap bersikap dingin dan keras kepala, bahkan mendiamkannya hingga sekarang. Tanpa sedikitpun menoleh ke arah Hero, Veline langsung masuk ke kelas. "Kenapa dia?" tanya Adrian heran ketika melihat Veline menjadi pendiam. Hero hanya menghela napas berat. Begitu bel masuk berbunyi, mereka pun segera masuk ke kelas. Semua siswa mulai duduk di kursi masing-masing ketika melihat guru mereka memasuki kelas. "Pagi, anak-anak," sapa Bu Tejo. "Pagi, Bu!" jawab para siswa serempak. "Sebelum kita melanjutkan pelajaran, Ibu ingin memperkenalkan murid baru dulu kepada kalian." Bu Tejo lalu m
Read more

Bab 24 : Tanding Basket

Veline terkesiap ketika tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dengan kuat, sampai pergelangannya terasa nyeri. "Ish, apa-apaan sih? Kenapa lo tarik-tarik tangan gue? Sakit tahu!" umpat Veline sambil menepis tangan lelaki itu dengan kasar. Begitu berhasil melepaskan tangannya, Veline menatap tajam lelaki yang berdiri di depannya. "Lo apa-apaan sih? Mau lo apa, hah?" Lelaki yang memiliki rambut hitam pendek yang sedikit berantakan seperti tidak pernah disisir rapi, menghela napas panjang. "Gue cuma ingin minta maaf sama lo, Vel. Gue mohon, gue bener-bener nyesel. Gue nyesel karena udah mengkhianati lo." "Penyesalan itu memang selalu datang belakangan, kalau di awal namanya pendaftaran, Arnold. Lo pikir maaf lo itu cukup buat gue?" "Vel, gue serius. Gue tahu gue salah. Gue gak bisa lupain lo. Gue mohon, beri gue kesempatan lagi." Arnold terus memohon, berharap Veline mau menerima maafnya. Namun, Veline hanya tertawa. "Kesempatan? Lo masih punya muka buat ngomongin k
Read more

Bab 25 : Direbutin Dua Cowok

"Kenapa lo jadi nyalahin gue?" Veline menatap Leona dengan ekspresi tak percaya. "Gue gak minta mereka duel, Le! Mereka aja yang sok jagoan." Leona mendesah, lalu melirik ke arah lapangan. "Ya, ya, gue gak nyalahin lo kok," ujarnya gugup. "Em, Vel, lo pilih siapa? Yudha atau Arnold?" Veline hanya terdiam, matanya fokus memperhatikan duel sengit di lapangan. Melihat Veline yang diam, Leona semakin penasaran. "Gue tahu, lo kan lagi marah sama Arnold. Jadi sekarang, lo pasti pilih Yudha, kan?" Veline menghela napas panjang, lalu mengangguk. "Ya iyalah gue pilih Yudha. Ngapain juga gue pilih Arnold?" Pernyataan Veline membuat Leona bersorak kegirangan. Tanpa pikir panjang, gadis itu langsung berteriak lantang. "Yudha, semangat mainnya! Tenang aja, Veline pilih elo kok. Dia yakin lo pasti menang!" Suara heboh Leona langsung menarik perhatian para siswa di lapangan. Mereka mulai berbisik-bisik, dan sadar bahwa pertandingan itu untuk merebutkan hati Veline. Yudha yang mendengar
Read more

Bab 26 : Perhatian Hero

Veline menatap lekat lelaki yang ada di hadapannya, matanya tak berkedip sedikitpun saat manik Hero terus saja menatapnya dengan tajam. Tanpa aba-aba, Hero tiba-tiba menyentuh pergelangan tangan Veline dan menarik gadis itu pergi bersamanya, sampai membuat Veline terkejut. Bukan hanya Veline yang kaget, beberapa pasang mata di lapangan juga terbelalak melihat perlakuan Hero yang tak biasa. Veline sempat menoleh ke arah Arnold dan Yudha, sebelum pergi dari lapangan, sepertinya kedua lelaki itu juga tampak bingung saat Hero tiba-tiba membawa Veline pergi. "Wuah, gue nggak salah lihat, kan? Itu Hero ...." "Bukannya mereka sering berantem, ya? Kok Hero jadi sweet gitu sih sama Veline?" "Tapi kalau dilihat-lihat, mereka cocok juga." Bisik-bisik para siswi sudah terdengar. Para siswa yang memperhatikan Veline dan Hero merasa heran. Selama ini, Hero dikenal sebagai sosok dingin yang jarang sekali menunjukkan perhatian, apalagi kepada seorang wanita. Namun kini, ia terlihat
Read more

Bab 27 : Jarang Nongkrong

Kening Veline berkerut saat mendengar perkataan Hero barusan. Apakah lelaki itu serius atau hanya bercanda? Sikapnya yang belakangan ini begitu perhatian benar-benar membuat Veline bingung. Biasanya, Hero selalu bersikap dingin dan ketus, tapi sekarang ... dia terlihat berbeda. Veline sendiri tak mengerti mengapa tiba-tiba Hero berubah seperti ini. Perhatian yang ia berikan terasa aneh. Namun di sisi lain, ada sesuatu yang membuatnya nyaman. "Kenapa lo diem?" Veline tergugah dari lamunannya. Lelaki itu menatapnya dengan serius, seolah tahu ada banyak hal yang berkecamuk di kepala Veline. Tangan Hero terulur, merapikan helaian rambut Veline yang jatuh menutupi wajahnya. "Gue serius. Dengan begitu, lo nggak perlu ngalamin ini lagi, kan?" Veline tersentak dari pikirannya. Dengan kesal, ia memukul lengan Hero. "Elo kesambet apaan, sih?" Hero tertawa kecil, melihat wajah Veline yang merona karena malu. Tatapan jahil di matanya semakin membuat Veline gemas. "Santai aja, gue c
Read more

Bab 28 : Belajar Masak

Pagi ini udara terasa dingin, kabut tipis masih menyelimuti taman di luar. Dengan mata yang masih terkantuk, Veline menuruni anak tangga menuju dapur. Langkahnya pelan, sesekali ia menguap sambil menggosok matanya. Sepanjang perjalanan, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah, tapi tak menemukan siapapun di sana. Namun, setelah berada di dapur, ia melihat Bi Ranti yang tengah sibuk mencuci piring. "Pagi, Bi," sapanya. "Oh, pagi, Non! Udah bangun?" jawab Bi Ranti sambil tersenyum hangat menoleh ke arah gadis itu. "Iya, Bi. Yang lain pada ke mana? Kok rumah sepi banget." "Oh, Pak Dimas lagi pergi main golf sama teman-temannya, kalau Bu Amanda sedang pergi arisan," jelas Bi Ranti sambil terus menggosok panci yang kotor di wastafel. Veline manggut-manggut. "Oh … Bibi udah masak?" "Udah, Non. Tadi bibi masak nasi goreng, tapi kayaknya udah habis. Mau bibi masakin lagi?" Veline menggeleng sambil tersenyum kecil. "Nggak usah, Bi. Biar Veline aja yang masak sendiri."
Read more

Bab 29 : Jalan Bareng

Hero meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, lalu menekan tombol hijau. "Halo, Le. Ada apa?" "Ro, lo ada di mana?" "Gue di rumah," jawab Hero sambil menyandarkan tubuhnya ke meja. "Lo hari ini ada acara nggak?" "Mm ... gue udah janji kumpul sama anak-anak. Kenapa?" Leona terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Oh, gitu ya. Nggak apa-apa, kok. Tadinya gue kira lo kosong. Gue mau ngajak lo ke toko buku, soalnya udah lama banget nggak jalan bareng." "Wah, maaf ya, Le. Gue udah janji sama anak-anak dari kemarin. Kalau nggak, pasti gue temenin lo." "Iya, nggak apa-apa, Ro. Santai aja. Nanti gue ajak Veline aja, biar dia nemenin gue ke toko buku." "Oh, ya udah." Leona tersenyum meski Hero tidak bisa melihatnya. "Ya udah, Ro, gue nggak ganggu lo lagi. Have fun, ya." "Oke, Le." Setelah panggilan berakhir, Hero meletakkan ponselnya kembali di meja, kemudian, ia langsung duduk di kursi untuk segera sarapan, sementara Veline sedari tadi masih sibuk di dapur. ***
Read more

Bab 30 : Cafe

"Emang lo sama dia mau ketemuan di mana?" tanya Hero saat melihat Veline yang cemberut "Di halte." "Rumah dia kan jauh dari halte. Kita pasti nyampe duluan. Gue cuma nganter sampe halte, kok." Veline menghela napas panjang, ia akhirnya mengangguk. "Ya udah deh." Akhirnya, dengan sedikit enggan, Veline menerima tawaran Hero. Ia mengambil helm dari motor lelaki itu, lalu mengenakannya. Hero sudah lebih dulu naik ke motor, menyalakan mesin, lalu menoleh ke Veline. "Yuk, naik." Veline menaiki motor dengan hati-hati, duduk agak jauh dari Hero. Tapi begitu motor mulai melaju, ia terpaksa memegang pinggiran jaket Hero agar tidak kehilangan keseimbangan. Sepanjang jalan, Veline menggerutu dalam hati, merasa ini situasi paling canggung yang pernah ia alami. Namun, di sisi lain, ia juga tak bisa memungkiri bahwa ada sedikit rasa aman ketika berada di dekat Hero, meskipun ia takkan pernah mengakuinya. Beberapa saat kemudian, mereka tiba di halte. Veline segera turun dari motor Hero
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status