Semua Bab Mencintai Seorang Climber: Bab 21 - Bab 30

72 Bab

21. Tersangka

Maryam bicara pada Marco, “Anggota yunior itu bilang ke aku kalau kamu berantem sama Raymond. Mereka jadi merasa nggak nyaman, terus minta aku ngomong sama kamu, supaya kamu dan Raymond bisa akur lagi.” Marco menoleh ke arah homebase, banyak yunior sedang ngumpul. “Mau-maunya ya, kamu disuruh sama brondong-brondong itu!” “Ah capek deh Marco, ngomong sama kamu suka bikin stres!” “Masak sih?” Marco malah ketawa, “Tapi kamu suka, kan?” Maryam tetap pasang wajah serius. “Begini saja Marco … kalau besok lusa Raymond datang ke kampus, kamu akan membiarkannya kuliah dengan tenang?” Marco juga akhirnya serius. “Kalau Raymond mau datang ke kampus, ya datang aja. Mau kuliah, ya kuliah aja. Aku nggak ada urusan!” “Bener nih, nggak ada urusan?” desak Maryam. Marco diam saja. Setelah itu, Marco kelihatan lebih tenang. Malah dia berjanji pada seluruh anggota Adventure, tidak akan lagi membawa organisasi ke dalam konflik fisik, baik dengan sesama anggota, juga dengan pihak lain. Setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya

bab 22. Candle Light Dinner

Para anggota UKM Adventure ibarat anak ayam kehilangan induk, dan sarang, karena komandan mereka tewas, dan komandan lamanya ditahan polisi. Homebase disegel dengan police line. Setiap orang yang melewati homebase itu merasakan sebentuk kemuraman di lingkungan kampus. Tak ada orang berkumpul di teras homebase, tak ada suara obrolan dan ketawa ngakak, tak ada suara musik. Tak ada juga yang mau latihan memanjat climbing wall, padahal climbing wall tidak diberi police line. Yang ada cuma sepi. Maryam sudah kembali ke Bandung. Dari info di grup WA mahasiswa, dia sudah tahu soal penahanan Marco sebagai tersangka. Maryam datang ke kampus buat konsultasi skripsi dengan dosen. Dia tertegun saat melewati homebase, menatap pintu yang tertutup rapat, padahal biasanya pintu itu selalu terbuka lebar untuk siapa saja. Maryam teringat tahun-tahun telah lewat, dia pernah beberapa kali berdiam cukup lama dalam homebase untuk memasak. Dua kali Maryam dan rekan-rekannya memasak di homebase, untuk acar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-03
Baca selengkapnya

bab 23. Kita Tidak Sebanding

Cepi menelepon seorang satpam yang bekerja di rumah Marco. Cepi memang sudah mengenal para satpam yang bekerja di rumah keluarga Marco, karena dia sering menginap di rumah itu. Saat ini Cepi sedang memantau kondisi Marco.“Gimana hasil pertemuan Big Bos dengan pengacaranya?” tanya Cepi. Yang dia maksud dengan Big Bos adalah Ardianto Wiratama, ayahnya Marco. Untuk Marco, kata sandinya adalah Bos Junior. Sedangkan untuk polisi, mereka pakai kata sandi Ladusing, mengambil nama Inspektur Ladu Singh dalam film kartun anak-anak. “Yang saya dengar, Big Bos belum bisa mengupayakan penangguhan penahanan untuk anaknya.”“Kenapa?” Cepi heran. “Kalau anak pengusaha tajir tidak bisa keluar dari tahanan dengan jaminan bapaknya, gimana dengan anak kere?”“Nggak tahu Kang. Tapi saya sempat nguping obrolan Big Bos dengan pengacaranya, katanya Bos Junior tidak menyangkal semua tuduhan yang dialamatkan padanya! Satu-satunya yang dia sangkal, adalah saat Ladusing menanyakan apakah dia punya hubungan pri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-06
Baca selengkapnya

bab 24. Gadis yang Ingin Bersaksi

“Silakan pesan apa saja yang kalian inginkan!” ujar Windy. “Aku yang traktir, karena aku yang ngundang kalian ke sini.” Tiga orang mahasiswi duduk di sebuah rumah makan yang jauh dari kampus Universitas Taruma. Suasana rumah makan itu sudah agak sepi pada pukul dua siang. Jam makan siang sudah terlewat. Windy sengaja mencari suasana sepi untuk bicara, di tempat yang cukup jauh dari orang-orang yang mengenal mereka. Sebenarnya yang diundang oleh Windy hanya Maryam, tapi Windy tahu jika Maryam merasa curiga dengan undangannya, maka Windy mempersilakan Maryam membawa teman. Maryam mengajak Nining, sahabatnya.Pesanan makanan telah dihidangkan. Windy mempersilakan kedua seniornya untuk makan. Maryam dan Nining makan mi ayam, sementara Windi makan siomay saus kacang dan minum jus jeruk.“Kita akan bicara dulu soal Raymond.” Windy menatap Maryam. “Aku ada di homebase waktu kejadian yang menimpa Raymond.” “Jadi apa sebetulnya tujuan kamu ngundang saya ke sini?” tanya Maryam.“Tentang kejad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-06
Baca selengkapnya

bab 24. Gadis yang Ingin Bersaksi

“Silakan pesan apa saja yang kalian inginkan!” ujar Windy. “Aku yang traktir, karena aku yang ngundang kalian ke sini.” Tiga orang mahasiswi duduk di sebuah rumah makan yang jauh dari kampus Universitas Taruma. Suasana rumah makan itu sudah agak sepi pada pukul dua siang. Jam makan siang sudah terlewat. Windy sengaja mencari suasana sepi untuk bicara, di tempat yang cukup jauh dari orang-orang yang mengenal mereka. Sebenarnya yang diundang oleh Windy hanya Maryam, tapi Windy tahu jika Maryam merasa curiga dengan undangannya, maka Windy mempersilakan Maryam membawa teman. Maryam mengajak Nining, sahabatnya.Pesanan makanan telah dihidangkan. Windy mempersilakan kedua seniornya untuk makan. Maryam dan Nining makan mi ayam, sementara Windi makan siomay saus kacang dan minum jus jeruk.“Kita akan bicara dulu soal Raymond.” Windy menatap Maryam. “Aku ada di homebase waktu kejadian yang menimpa Raymond.” “Jadi apa sebetulnya tujuan kamu ngundang saya ke sini?” tanya Maryam.“Tentang kejad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-06
Baca selengkapnya

bab 25. Syarat Untuk Bersaksi

Maryam melanjutkan bicara pada Windy. “Beasiswa yang kuperoleh itu untuk uang semester, biaya makan, dan bayar kos. Sedangkan kuliah itu kan, butuh buku, alat tulis, baju, sepatu, tas. Semua itu masih bisa kuatasi, dengan cara menyisihkan uang makan. Tapi aku juga butuh laptop, dan harganya mahal. Makanya aku jualan peyek. Marco kasihan padaku, dia sering memborong daganganku.”Maryam menyeka air matanya yang turun membasahi pipi. “Aku nggak pernah berharap punya hubungan pribadi dengan Marco. Aku harus tahu diri, kalau kami nggak sederajat! Mana mungkin, Pak Ardian Wiratama yang pengusaha kaya, mengizinkan anaknya berhubungan akrab dengan aku, anak seorang sopir angkot.” Windy terdiam sejenak, lantas berujar pelan, “Bang Marco itu orang yang keras, tidak gampang menyerah, tidak mempan diancam sama siapapun. Seandainya dia memang suka pada seorang wanita, sementara orang tuanya kurang setuju pada pilihannya, aku yakin Bang Marco akan memperjuangkan wanita itu supaya bisa diterima ole
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

bab 26. Pasang Badan

Obat hati yang ketiga adalah berkumpul dengan orang shaleh. Dengan siapa dirinya berkumpul selama ini? Lebih sering dengan sesama pendaki gunung. Memang ada juga rekannya yang cukup rajin shalat dan puasa, tapi mungkin belum cukup untuk dikatakan shaleh. Satu-satunya orang yang dinilainya shaleh, yang dekat dengannya, mungkin cuma Maryam. Seringkali Marco pulang ke homebase saat pagi hari, dari kegiatan naik gunung. Dia sering berpapasan dengan Maryam yang baru selesai beraktivitas di masjid kampus. Bisa dipastikan sejak subuh Maryam sudah berdiam di masjid kampus, untuk salat, dan menyimak ceramah dari ustaz. Jika mereka berpapasan, Maryam akan bertanya, “Marco, sudah salat subuh, belum?” Biasanya jawaban Marco adalah, “Entar.” Entah sekarang, setelah omongan keras dan pedas itu, apakah Maryam masih mau menerimanya sebagai teman? "Pasti dia tersinggung." pikir Marco. Saat itu Marco merasa harus menyuruh Maryam pergi. Kalau Maryam bolak-balik datang menjenguk, bisa-bisa penyidik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

bab 27. Maryam Berbohong Lagi

“Beberapa hari lalu kami menangkap seorang penjual senjata api rakitan. Orang itu mengaku pernah menjual senjatanya kepada seorang wanita yang ciri-cirinya seperti Silvi. Saat kami hadapkan dia pada Silvi, dia mengenali Silvi.” Penyidik mengeluarkan sebuah pistol. “Senjata ini dikirimkan tiga minggu lalu kepada polisi, oleh rekan satu kos Silvi. Si pengirim tidak mau bicara, milik siapa, dan di mana senjata ini ditemukan.”“Kalau boleh tahu, siapa yang mengirim pistol itu ke kantor polisi?” tanya Marco.“Seorang wanita.”“Ya tentu saja seorang wanita, karena rumah kos Silvi itu buat wanita.”“Maryam.”“Apa?” Marco tercengang.“Yang mengirim pistol itu pada polisi adalah Maryam.”Marco masih terpana oleh ucapan polisi.“Kami sudah menemukan keterkaitan antara pistol ini, dengan kasus yang menimpa Anda. Kami pikir, pada awalnya Silvi berencana akan menembak Anda. Tapi Maryam menemukan pistolnya, dan memberikan pistol itu pada polisi. Maka Silvi mencari cara lain untuk balas dendam pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

bab 28. Nadzar

Keesokan harinya setelah lewat waktu zuhur, gerimis turun cukup rapat. Dengan telanjang kaki, Marco bergegas menaiki menara masjid dari bagian dalam melalui tangga darurat, sambil membawa peralatan climbing. Tiba di atas, dia membuat anchor dari tambang yang diikatkan pada tiang penyangga kubah menara. Harness sudah terpasang di tubuhnya sebelum dia memasuki area masjid itu. Tambang yang sudah diikat sebagai anchor lantas dihubungkan dengan harnestnya. Ujung tambang dilemparkan ke bawah, menjuntai hingga satu meter dari dasar menara.Hujan turun makin deras saat Marco mulai menuruni menara. Dua buah sikat yang dibawanya, juga terikat tali dan terhubung dengan harnestnya. Sedikit demi sedikit dia menyikat dinding. Air hujan membantunya membasuh kotoran. Setelah selesai satu lajur horizontal dari dinding keramik itu, dia turun lagi satu tahap, lalu mulai menyikat lagi. Beberapa kali Marco sempat tergelincir, meluncur turun terlalu jauh dari tujuan. Dengan bantuan peralatan climbing yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

bab 29. Maryam Menghindari Marco

Marco mendatangi Maryam di kantin kampus.“Aku minta maaf, Maryam, pasti omonganku membuat kamu tersinggung.” ujar Marco sambil menyimpan baki berisi makan siangnya di meja yang sama dengan Maryam. Mereka duduk berhadapan.“Omongan yang mana?” tanya Mayam.“Yang aku katakan padamu waktu di kantor polisi.”“Aku nggak apa-apa kok.” jawab Maryam sambil tersenyum.Marco mulai makan. Nasi sepiring, sementara di piring lain ada paha ayam panggang, telor balado, tahu dan tempe bacem, sayur lodeh, lalap dan sambal, dalam waktu singkat sudah habis disantap. Maryam pernah berpikir, mungkin Marco punya tembolok, kayak ayam. Jadi makanan itu tidak perlu dikunyah dulu, langsung ditelan, nanti baru dicerna dalam tembolok.Maryam sudah selesai makan. Sudut matanya melihat tiga orang mahasiswi sedang minta diladeni mengambil nasi dan lauk-pauknya oleh pelayan kantin. “Marco, aku duluan ya, ada perlu. Assalamualaikum.” Tanpa menunggu jawaban, Maryam segera bergegas keluar dari kantin. Marco menatap p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status