Share

bab 28. Nadzar

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 05:30:42

Keesokan harinya setelah lewat waktu zuhur, gerimis turun cukup rapat. Dengan telanjang kaki, Marco bergegas menaiki menara masjid dari bagian dalam melalui tangga darurat, sambil membawa peralatan climbing. Tiba di atas, dia membuat anchor dari tambang yang diikatkan pada tiang penyangga kubah menara. Harness sudah terpasang di tubuhnya sebelum dia memasuki area masjid itu. Tambang yang sudah diikat sebagai anchor lantas dihubungkan dengan harnestnya. Ujung tambang dilemparkan ke bawah, menjuntai hingga satu meter dari dasar menara.

Hujan turun makin deras saat Marco mulai menuruni menara. Dua buah sikat yang dibawanya, juga terikat tali dan terhubung dengan harnestnya. Sedikit demi sedikit dia menyikat dinding. Air hujan membantunya membasuh kotoran. Setelah selesai satu lajur horizontal dari dinding keramik itu, dia turun lagi satu tahap, lalu mulai menyikat lagi. Beberapa kali Marco sempat tergelincir, meluncur turun terlalu jauh dari tujuan. Dengan bantuan peralatan climbing yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Mencintai Seorang Climber   bab 29. Maryam Menghindari Marco

    Marco mendatangi Maryam di kantin kampus.“Aku minta maaf, Maryam, pasti omonganku membuat kamu tersinggung.” ujar Marco sambil menyimpan baki berisi makan siangnya di meja yang sama dengan Maryam. Mereka duduk berhadapan.“Omongan yang mana?” tanya Mayam.“Yang aku katakan padamu waktu di kantor polisi.”“Aku nggak apa-apa kok.” jawab Maryam sambil tersenyum.Marco mulai makan. Nasi sepiring, sementara di piring lain ada paha ayam panggang, telor balado, tahu dan tempe bacem, sayur lodeh, lalap dan sambal, dalam waktu singkat sudah habis disantap. Maryam pernah berpikir, mungkin Marco punya tembolok, kayak ayam. Jadi makanan itu tidak perlu dikunyah dulu, langsung ditelan, nanti baru dicerna dalam tembolok.Maryam sudah selesai makan. Sudut matanya melihat tiga orang mahasiswi sedang minta diladeni mengambil nasi dan lauk-pauknya oleh pelayan kantin. “Marco, aku duluan ya, ada perlu. Assalamualaikum.” Tanpa menunggu jawaban, Maryam segera bergegas keluar dari kantin. Marco menatap p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Mencintai Seorang Climber   bab 30. Penolakan

    Maryam mendengar suara motor berhenti di depan rumah kos. Maryam sudah hapal itu suara motor Marco, segera dia membuka pintu kamarnya sedikit untuk mengintai. Ada seorang gadis berdiri di teras, Rosna. Lantas Marco masuk ke teras, dan bicara dengan Rosna, tampak akrab. Maryam teringat kalau Rosna memang pernah jadi anggota Adventure, tidak heran jika gadis itu cukup akrab dengan Marco. Sekarang Rosna sudah tidak aktif di organisasi kampus, capek dan menghabiskan uang, begitu katanya.Maryam menutup kembali pintu kamarnya, kemudian membaca buku yang menjadi sumber pustaka untuk skripsinya. Mencatat beberapa kalimat yang dianggap penting. Dia menoleh ke arah pintu saat ada yang mengetuk. Maryam mengira rekan sekamarnya yang datang.“Masuk aja, Tin.”“Mbak, ini aku, Rosna.”Maryam membuka pintu, di depan kamarnya ada Rosna dan Marco.“Mbak, kita makan sea food, yuk! Ada warung sea food baru dibuka dekat sini. Bang Marco ngajakin ke situ.” ujar Rosna.Maryam terdiam.“Ayolah!” Kali ini Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mencintai Seorang Climber   bab 31. Diburu Wartawan

    Marco menepati janjinya, di hari Minggu pagi dia datang ke kampus untuk memberi pelatihan memanjat climbing wall. Ternyata peminatnya banyak, bukan cuma puluhan orang ikhwan aktivis masjid yang pengin berlatih memanjat, ada juga beberapa orang dari organisasi Menwa. Dan tentu saja para anggota Adventure yang latihan rutin. Karena terlalu banyak peserta pelatihan, Marco menelepon Cepi untuk membantunya.Cepi tiba di kampus, tercengang melihat banyak wajah baru yang mau latihan climbing.“Mereka dari aktivis masjid kampus, sama Menwa.” ujar Marco.“Latihan gabungan maksudnya?” tanya Cepi.Seorang ikhwan bicara. “Iya Bang. Persiapan buat pembersihan total terhadap kubah majid, dinding menara, dan bagian yang tinggi, yang selama ini sulit dijangkau dan nggak pernah dibersihkan.”“Kita baru tersadar sama kondisi bagian atas masjid kampus, saat Bang Marco memanjatnya buat membersihkan menara. Masjid itu milik bersama. Jadi urusan kebersihannya pun tanggung jawab bersama. Jangan sampai terul

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Mencintai Seorang Climber   bab 32. Mengecoh Wartawan

    Marco bicara “Nggak mungkin para wartawan itu mau nongkrong di kampus ini terus-terusan. Kalau mereka sudah pergi, nanti saya juga bisa pulang.”Binsar tersenyum lebar. “Jangan meremehkan wartawan. Mereka tahan nongkrong di markas saya hingga tengah malam, hingga subuh, hingga pagi lagi, untuk mencari berita. Mereka akan terus berada di sumber berita. Kalau sudah capek, mereka bakal gantian dengan rekannya, untuk berburu berita. ”Marco saling pandang dengan Cepi.“Ya sudah, berarti saya harus pergi dari sini secepat mungkin, menerobos kerumunan wartawan.” ujar Marco.Saat itu Binsar melihat seorang mahasiswa yunior yang bertubuh sama jangkung dengan Marco. “Dia saja yang keluar, tapi pakai jaket punya Marco. Pinjamkan motor sama dia. Bagaimana, kamu berani?” tanya Binsar pada mahasiswa yunior itu.“Iya, oke, saya mau pura-pura jadi Bang Marco, biar Bang Marco bisa pergi dari kampus dengan aman.” jawab mahasiswa jangkung itu, dia salah seorang aktivis masjid kampus.Lantas Marco sendi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Mencintai Seorang Climber   bab 33. Maryam Jadi Pelakor?

    “Maryam, aku perlu bicara serius dengan kamu.” ujar Marco saat menghadang Maryam yang baru keluar dari ruang dosen pembimbing skripsinya.“Oooh… tentang apa?” tanya Maryam, sambil terus berjalan menuju markas dakwah kampus di samping masjid. Biasanya Marco tidak akan membuntutinya hingga ke tempat itu. Namun, kali ini dugaan Maryam meleset, ternyata Marco ikut masuk ke markas dakwah itu. Marco mengamati beragam kertas berisi pengumumam dan rencana kerja yang tertempel di dinding. Maryam lebih heran lagi, saat beberapa orang mahasiswa aktivis dakwah yang masuk ke markas itu, lantas malah ngobrol akrab dengan Marco. Entah apa yang diobrolkan, dan entah bagaimana obrolan mereka bisa tersambung. Setelah para ikhwan itu pergi, Marco bicara. “Kalau kuamati, kayaknya kamu sengaja menghindari aku sejak aku keluar dari tahanan polisi.”Maryam tak menjawab, wajahnya malah sama sekali tidak menghadap ke arah lawan bicara. Dia duduk sembari menekuni ponselnya, melihat media sosial. Sedangkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Mencintai Seorang Climber   bab 34. Kembali ke Homebase

    Dua foto, dua wajah, terpasang di dinding. Ipda. Binsar Siagian yakin, salah satu foto sudah cukup lama tergantung di dinding, dan foto yang satunya mungkin baru dua bulan menjadi penghuni dinding homebase Adventure. Foto yang dimaksud adalah foto orang-orang yang pernah menjadi komandan Adventure, yaitu Marco dan Raymond.Ketika Ipda. Binsar memasuki homebase, dia melihat Marco sedang bicara dengan seorang mahasiswa yunior, yaitu yang tempo hari memakai jaket dan sepatunya untuk mengelabui wartawan. Si yunior itu sedang mengembalikan barang-barang milik Marco. Ipda. Binsar tidak langsung mendekati mereka, dia memilih untuk melihat-lihat beberapa foto kegiatan UKM Adventure yang terpasang di salah satu dinding.“Makasih Bang. Kebetulan ana lagi nabung buat beli sepatu. Alhamdulillah dapat hibahan dari Abang.”“Iya, mudah-mudahan sepatunya awet ya.”“In syaa Allah awet Bang, sampai ana lulus nanti, mudah-mudahan ana nggak perlu beli sepatu lagi.”Mahasiswa yunior itu meninggalkan homeb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Mencintai Seorang Climber   bab 35. Sembilan Orang

    Binsar bertutur. “Ya, ada seseorang yang bersaksi melihat Silvi membubuhkan sesuatu ke dalam jus alpukat. Sekarang kita pikir pakai logika. Kalaupun misalnya Silvi punya niat membunuh Marco, Silvi belum lagi mempersiapkannya. Hari itu Silvi baru saja kehilangan pistol, dan saya yakin pada hari itu dia belum menemukan lagi cara untuk membunuh. Jadi bukan Silvi pelakunya. Itulah sebabnya, Silvi tidak ditahan. Urusan pistol, belum ada bukti konkret jika Silvi pemiliknya.”Maryam melirik ke arah Marco, lantas melirik pada Binsar. “Jadi … Marco bisa bebas, bukan karena kesaksian seseorang yang melihat Silvi membubuhkan ….”“Itu kesaksian halu.” Binsar tersenyum lebar. “Jadi racun itu dari mana?” tanya Marco.“Menurut saya, racun itu sudah ada dalam jus alpukat, saat jus itu diantar ke homebase!” tandas Binsar.“Kalau begitu, balik lagi ke tuduhan awal. Aku lagi yang paling dicurigai menaruh racun itu!” keluh Marco.“Sorry Marco, tapi kita harus membicarakannya dengan pikiran terbuka dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Mencintai Seorang Climber   bab 36. Dua Orang yang Mirip

    Marco berujar “Saya belum berani nyamperin lagi para pedagang di sekitar kampus. Jadi saya bekal makanan dari rumah, atau beli di tempat lain, bukan di sekitar kampus ini.” Pandangan Ipda. Binsar Siagian menjelajahi dinding-dinding homebase, hingga akhirnya tertuju pada dua foto komandan Adventure, foto Marco dan Raymond. “Belum ada komandan baru?” tanya Binsar. “Belum kepikiran untuk memilih komandan.” jawab Marco. Binsar melangkah menuju foto komandan. Dalam foto itu, keduanya memakai syal leher, topi rimba, dan menggendong ransel. Binsar mengalihkan pandangan ke sisi lain. Ada foto cowok gondrong sedang berdiri sendirian di bawah climbing wall, dengan latar belakang langit sore. “Itu foto kamu?” tanya Binsar.Marco mengikuti arah telunjuk Binsar. “Itu Raymond, bukan saya!” “Kok, mirip ya?” Binsar rada tercengang. “Kalau yang difoto gayanya kayak cover boy, itu pasti Raymond.” Marco tersenyum. “Saat SMA, Raymond pernah jadi model.” Marco geleng-geleng kepala dengan waja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 172. Boneka Titipan

    Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar

  • Mencintai Seorang Climber   bab 171. Bukan Boneka Biasa

    Niar mengenal Cynthia ketika suatu hari Cynthia datang ke rumah kos tempat Niar tinggal. Cynthia melihat Niar keluar dari salah satu kamar, bersama dengan teman sekamarnya. Lantas Cynthia mengikuti Niar yang pergi bekerja di sebuah supermarket. Kemudian Cynthia mengajak Niar bicara, yang intinya meminta kerjasama Niar untuk membuat Maryam meninggalkan rumah kos itu. Kalau Maryam tidak mau hengkang, maka Niar diminta mencari tahu kapan Maryam akan pulang kampung, karena Cynthia ingin menitipkan sesuatu supaya dibawa oleh Maryam ke kampungnya.Ketika itu Niar ingin tahu, apa alasan Cynthia ingin membuat Maryam pergi dari rumah kos itu, bahkan sebenarnya Cynthia ingin Maryam pergi dari Bandung. Cynthia bilang bahwa Maryam adalah pelakor bagi hubungan antara Sabrina dan Marco. Cynthia bilang bahwa Sabrina adalah kerabatnya, yang sudah bertunangan dengan Marco, dan pernikahan mereka sudah dipersiapkan. Akan tetapi Marco malah lebih sering ngurusin Maryam, lebih peduli pada Maryam, ketimb

  • Mencintai Seorang Climber   bab 170. Mau Nikah

    “Cepat habisin makannya Teteh, kayaknya banyak pembeli.”Omongan Nanang menyadarkan Maryam dari lamunan tentang hari di mana dia bersikap tidak peduli saat Marco meneleponnya dan bicara soal wisuda. Rasanya sesak sekali di dada, saat harus bersikap masa bodoh terhadap hari wisuda Marco. Hari di mana Marco seharusnya merasa bahagia karena akhirnya dia berhasil menyelesaikan studi.Maryam menghabiskan kupat tahu di piringnya, lantas meninggalkan bangku yang sejak tadi didudukinya. Nanang sudah membayar, lantas mengajak kakaknya berjalan kaki ke sebuah taman kecil di tepi sebuah jalan raya. Maryam dan adiknya duduk di bangku taman. Maryam sudah bercerita pada adiknya, soal TKIT Bunga Bangsa yang tidak lagi beroperasi. Soal pemberhentiannya dari pekerjaan di bimbel.“Sekarang ini Teteh jadi pengangguran, Nang.”“Oh, kalau begitu kebetulan Teh ….”“Kebetulan apa?”“Bapak nyuruh kita pulang ke Cirebon, Teh Irma mau nikah.”Irma adalah saudara sebapak, ibunya Irma adalah istri pertama bapakn

  • Mencintai Seorang Climber   bab 169. Pertunangan Marco Dengan Sabrina

    Nanang bicara lagi pada kakaknya, “Yang tempo hari nolongin Teteh waktu pingsan di dalam kamar kos, Bang Marco kan? Teteh sudah akur lagi kan, sama Bang Marco?”Seandainya benar begitu, pikir Maryam. Benaknya mengembara ke hari yang telah lalu, ketika dia sudah sembuh dan kembali masuk kerja di TKIT Bunga Bangsa. Saat itu belum ada keputusan bahwa TK bakal berhenti beroperasi. Ketika jam istirahat, satpam memberitahu Maryam bahwa ada seorang gadis yang datang untuk menemui Maryam. Gadis itu menunggu di pos satpam. Maryam merasa pernah melihat gadis itu.“Nama saya Cynthia, saya adik tingkatmu di Universitas Taruma.” Gadis itu menyalami Maryam.“Ada perlu apa, ya?”“Kita ngobrol sebentar di rumah makan itu, ya Mbak? Saya belum makan siang, biar sekalian saya yang traktir Mbak Maryam.”“Saya sudah makan.”“Tapi saya pengin bicara penting dengan Mbak Maryam, kayaknya nggak nyaman kalau sambil berdiri begini.”Akhirnya Maryam setuju untuk mengobrol di rumah makan depan TK. Gadis itu makan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 168. Kehilangan Pekerjaan

    Dengan berjalan kaki, Maryam kembali ke tempat kosnya. Sore itu seperti sore sebelumnya, jalanan padat oleh kendaraan dari para pegawai yang pulang kerja. Di trotoar, para pedagang yang biasa berjualan malam, mulai menyiapkan lapak dagangannya. Maryam mampir ke warung tenda penjual soto Lamongan. Dia beli soto ayam dengan bihun untuk dibawa pulang sebagai makan malam.Tiba di tempat kos, Maryam disambut dengan lambaian tangan pemilik kos.“Ada apa, Bu?” Maryam menghampiri wanita itu, yang sedang duduk di teras rumahnya. Dari teras rumahnya itu dia bisa memantau semua pintu kamar kos miliknya, makanya jika menunggu anak kosnya datang, dia akan duduk di situ.“Begini Maryam, bulan ini kan, tinggal dua hari lagi. Nah, ibu pengin kepastian, bulan depan kamu masih tinggal di sini, atau mau pindah? Soalnya sudah ada yang nanyain kamar kosong di sini, katanya pengin kos di sini awal bulan depan. Kalau kamu masih mau di sini, bisa ya, sekarang ini kamu bayar kos untuk bulan depan? Besok dibay

  • Mencintai Seorang Climber   bab 167. Wawancara Kerja

    Dua hari kemudian Marco mendapat balasan email dari sebuah perusahaan. Dia pernah melamar via email ke perusahaan transportasi udara yang lokasi kerjanya di wilayah timur Indonesia. Keluarganya tidak punya hubungan kerja dengan perusahaan tersebut, namun mungkin saja pemilik perusahaan mengenal papanya, karena sama-sama pengusaha transportasi. Lazimnya para pengusaha itu berserikat dalam sebuah organisasi, dan ada pertemuan berkala antaranggota. Buat Marco, cukup sulit menemukan perusahaan yang ownernya sama sekali tidak mengenal papanya. Marco tetap berharap dia diterima bukan karena melihat siapa orang tuanya, tapi karena dirinya yang dinilai mampu menempati posisi yang dilamarnya.Berangkat ke ibu kota, Marco memilih naik mobil travel. Dia menginap di rumah kerabatnya. Keesokan harinya, kerabatnya itu mengantar Marco ke lokasi wawancara kerja, yaitu sebuah gedung besar di pusat ibu kota. Salah satu bagian dari gedung itu adalah kantor cabang perusahaan transportasi udara. Marco du

  • Mencintai Seorang Climber   bab 166. Rencana Untuk Maryam

    Sementara itu, di kamarnya, Sabrina sedang menelepon seorang teman dekatnya. Temannya itu bernama Cynthia, adalah adik tingkat Marco di kampus Universitas Taruma Bandung. Sebagai adik tingkat, tentu saja Cynthia tahu siapa Marco dan Maryam, walau tidak saling mengenal. Sabrina bicara, “Maryam itu kerja di sebuah TK, entah jadi guru, atau jadi staf administrasi. Tapi aku lihat berita, TK itu bermasalah, ada kasus keracunan massal.” “Aku juga menyimak kasus itu. Pelakunya sudah ditangkap, tapi kayaknya kasus itu berimbas ke reputasi TK itu. Aku punya kerabat yang tinggal di kompleks perumahan tempat TK itu berada. Orang-orang kompleks itu sudah nggak percaya lagi buat mendaftarkan anaknya di TK itu. kayaknya TK itu sudah nggak laku, mungkin bakal tutup.” “Cyn, apakah Maryam masih kos di dekat kompleks perumahan itu?” “Ya, masih. Eh, aku punya kenalan di tempat kos Maryam. Aku dapat info kalau Maryam pernah sakit cukup parah, dan ternyata Marco yang membawa Maryam ke rumah sakit. Te

  • Mencintai Seorang Climber   bab 165.

    Marco tiba di rumah Sabrina, disambut dengan senyum merekah keluarga itu.“Kirain Abang mau lama naik gunungnya, ternyata sudah balik ke Bandung.” ucap Sabrina, “Memangnya Abang ke gunung mana, untuk merayakan wisuda?”“Yang dekat aja.”Sabrina mengira, gunung yang dimaksud Marco itu Gunung Gede, yang biasa didaki oleh banyak orang karena jalur pendakian yang relatif mudah. Sementara Marco merasa tidak perlu menjelaskan lebih jauh tentang kegiatannya selepas acara wisuda.“Rin, aku ingin bicara serius denganmu.”“Mamahku sudah menyiapkan makan malam, sebaiknya kita makan dulu, nanti baru kita ngobrol. Yuk Bang, kita makan!”“Tapi aku sudah makan, tadi di rumah.” Marco berusaha mengelak, padahal sebenarnya dia belum makan malam.“Ayolah makan dulu, Marco! Sudah lama kita nggak makan bareng.” Ayahnya Sabrina masuk ke ruang tamu, dan mengajak Marco ke ruang makan.Sebenarnya makan malam itu lezat, namun Marco hanya makan sedikit. Usai makan, dia kembali ke ruang tamu. Makanan pencuci mul

  • Mencintai Seorang Climber   bab 164. Prioritas Hidup

    Bab 164. Prioritas HidupMarco masih berada di Gunung Tangkuban Parahu. Dia sedang duduk di bangku sebuah warung, sembari minum bandrek. Dia menatap keramaian di sekitarnya; orang-orang yang sedang berfoto dengan latar kawah, beberapa ekor kuda yang berjalan dengan penumpang di punggungnya, para pedagang asong, jejeran warung yang menjual makanan dan suvenir, jejeran mobil di tempat parkir, pengunjung datang dan pergi.Sembari menggerogoti jagung rebus, Marco memikirkan pekerjaan yang ingin dilakoninya. Sudah ada beberapa tawaran yang disodorkan kepadanya, oleh papanya, kakeknya, rekan bisnis papanya, teman sesama climber, semua masih dia pertimbangkan, mana yang paling diinginkannya.Marco teringat pada Sabrina. Dia teringat saat terakhir kali datang ke rumah Sabrina, saat dirinya membeberkan rencana hidupnya yang ingin bekerja di luar Pulau Jawa. Ketika itu Sabrina memperlihatkan sikap tidak setuju dengan rencana hidup Marco. Alasannya karena Sabrina merasa berat jika jauh dari ora

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status