Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 166. Rencana Untuk Maryam

Share

bab 166. Rencana Untuk Maryam

last update Last Updated: 2025-04-10 21:58:48

Sementara itu, di kamarnya, Sabrina sedang menelepon seorang teman dekatnya. Temannya itu bernama Cynthia, adalah adik tingkat Marco di kampus Universitas Taruma Bandung. Sebagai adik tingkat, tentu saja Cynthia tahu siapa Marco dan Maryam, walau tidak saling mengenal.

Sabrina bicara, “Maryam itu kerja di sebuah TK, entah jadi guru, atau jadi staf administrasi. Tapi aku lihat berita, TK itu bermasalah, ada kasus keracunan massal.”

“Aku juga menyimak kasus itu. Pelakunya sudah ditangkap, tapi kayaknya kasus itu berimbas ke reputasi TK itu. Aku punya kerabat yang tinggal di kompleks perumahan tempat TK itu berada. Orang-orang kompleks itu sudah nggak percaya lagi buat mendaftarkan anaknya di TK itu. kayaknya TK itu sudah nggak laku, mungkin bakal tutup.”

“Cyn, apakah Maryam masih kos di dekat kompleks perumahan itu?”

“Ya, masih. Eh, aku punya kenalan di tempat kos Maryam. Aku dapat info kalau Maryam pernah sakit cukup parah, dan ternyata Marco yang membawa Maryam ke rumah sakit. Te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mencintai Seorang Climber   bab 167. Wawancara Kerja

    Dua hari kemudian Marco mendapat balasan email dari sebuah perusahaan. Dia pernah melamar via email ke perusahaan transportasi udara yang lokasi kerjanya di wilayah timur Indonesia. Keluarganya tidak punya hubungan kerja dengan perusahaan tersebut, namun mungkin saja pemilik perusahaan mengenal papanya, karena sama-sama pengusaha transportasi. Lazimnya para pengusaha itu berserikat dalam sebuah organisasi, dan ada pertemuan berkala antaranggota. Buat Marco, cukup sulit menemukan perusahaan yang ownernya sama sekali tidak mengenal papanya. Marco tetap berharap dia diterima bukan karena melihat siapa orang tuanya, tapi karena dirinya yang dinilai mampu menempati posisi yang dilamarnya.Berangkat ke ibu kota, Marco memilih naik mobil travel. Dia menginap di rumah kerabatnya. Keesokan harinya, kerabatnya itu mengantar Marco ke lokasi wawancara kerja, yaitu sebuah gedung besar di pusat ibu kota. Salah satu bagian dari gedung itu adalah kantor cabang perusahaan transportasi udara. Marco du

    Last Updated : 2025-04-11
  • Mencintai Seorang Climber   bab 168. Kehilangan Pekerjaan

    Dengan berjalan kaki, Maryam kembali ke tempat kosnya. Sore itu seperti sore sebelumnya, jalanan padat oleh kendaraan dari para pegawai yang pulang kerja. Di trotoar, para pedagang yang biasa berjualan malam, mulai menyiapkan lapak dagangannya. Maryam mampir ke warung tenda penjual soto Lamongan. Dia beli soto ayam dengan bihun untuk dibawa pulang sebagai makan malam.Tiba di tempat kos, Maryam disambut dengan lambaian tangan pemilik kos.“Ada apa, Bu?” Maryam menghampiri wanita itu, yang sedang duduk di teras rumahnya. Dari teras rumahnya itu dia bisa memantau semua pintu kamar kos miliknya, makanya jika menunggu anak kosnya datang, dia akan duduk di situ.“Begini Maryam, bulan ini kan, tinggal dua hari lagi. Nah, ibu pengin kepastian, bulan depan kamu masih tinggal di sini, atau mau pindah? Soalnya sudah ada yang nanyain kamar kosong di sini, katanya pengin kos di sini awal bulan depan. Kalau kamu masih mau di sini, bisa ya, sekarang ini kamu bayar kos untuk bulan depan? Besok dibay

    Last Updated : 2025-04-12
  • Mencintai Seorang Climber   bab 169. Pertunangan Marco Dengan Sabrina

    Nanang bicara lagi pada kakaknya, “Yang tempo hari nolongin Teteh waktu pingsan di dalam kamar kos, Bang Marco kan? Teteh sudah akur lagi kan, sama Bang Marco?”Seandainya benar begitu, pikir Maryam. Benaknya mengembara ke hari yang telah lalu, ketika dia sudah sembuh dan kembali masuk kerja di TKIT Bunga Bangsa. Saat itu belum ada keputusan bahwa TK bakal berhenti beroperasi. Ketika jam istirahat, satpam memberitahu Maryam bahwa ada seorang gadis yang datang untuk menemui Maryam. Gadis itu menunggu di pos satpam. Maryam merasa pernah melihat gadis itu.“Nama saya Cynthia, saya adik tingkatmu di Universitas Taruma.” Gadis itu menyalami Maryam.“Ada perlu apa, ya?”“Kita ngobrol sebentar di rumah makan itu, ya Mbak? Saya belum makan siang, biar sekalian saya yang traktir Mbak Maryam.”“Saya sudah makan.”“Tapi saya pengin bicara penting dengan Mbak Maryam, kayaknya nggak nyaman kalau sambil berdiri begini.”Akhirnya Maryam setuju untuk mengobrol di rumah makan depan TK. Gadis itu makan

    Last Updated : 2025-04-13
  • Mencintai Seorang Climber   bab 170. Mau Nikah

    “Cepat habisin makannya Teteh, kayaknya banyak pembeli.”Omongan Nanang menyadarkan Maryam dari lamunan tentang hari di mana dia bersikap tidak peduli saat Marco meneleponnya dan bicara soal wisuda. Rasanya sesak sekali di dada, saat harus bersikap masa bodoh terhadap hari wisuda Marco. Hari di mana Marco seharusnya merasa bahagia karena akhirnya dia berhasil menyelesaikan studi.Maryam menghabiskan kupat tahu di piringnya, lantas meninggalkan bangku yang sejak tadi didudukinya. Nanang sudah membayar, lantas mengajak kakaknya berjalan kaki ke sebuah taman kecil di tepi sebuah jalan raya. Maryam dan adiknya duduk di bangku taman. Maryam sudah bercerita pada adiknya, soal TKIT Bunga Bangsa yang tidak lagi beroperasi. Soal pemberhentiannya dari pekerjaan di bimbel.“Sekarang ini Teteh jadi pengangguran, Nang.”“Oh, kalau begitu kebetulan Teh ….”“Kebetulan apa?”“Bapak nyuruh kita pulang ke Cirebon, Teh Irma mau nikah.”Irma adalah saudara sebapak, ibunya Irma adalah istri pertama bapakn

    Last Updated : 2025-04-15
  • Mencintai Seorang Climber   bab 171. Bukan Boneka Biasa

    Niar mengenal Cynthia ketika suatu hari Cynthia datang ke rumah kos tempat Niar tinggal. Cynthia melihat Niar keluar dari salah satu kamar, bersama dengan teman sekamarnya. Lantas Cynthia mengikuti Niar yang pergi bekerja di sebuah supermarket. Kemudian Cynthia mengajak Niar bicara, yang intinya meminta kerjasama Niar untuk membuat Maryam meninggalkan rumah kos itu. Kalau Maryam tidak mau hengkang, maka Niar diminta mencari tahu kapan Maryam akan pulang kampung, karena Cynthia ingin menitipkan sesuatu supaya dibawa oleh Maryam ke kampungnya.Ketika itu Niar ingin tahu, apa alasan Cynthia ingin membuat Maryam pergi dari rumah kos itu, bahkan sebenarnya Cynthia ingin Maryam pergi dari Bandung. Cynthia bilang bahwa Maryam adalah pelakor bagi hubungan antara Sabrina dan Marco. Cynthia bilang bahwa Sabrina adalah kerabatnya, yang sudah bertunangan dengan Marco, dan pernikahan mereka sudah dipersiapkan. Akan tetapi Marco malah lebih sering ngurusin Maryam, lebih peduli pada Maryam, ketimb

    Last Updated : 2025-04-15
  • Mencintai Seorang Climber   bab 172. Boneka Titipan

    Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar

    Last Updated : 2025-04-16
  • Mencintai Seorang Climber   bab 01. Cinta yang Nggak Tau Diri

    “Bagaimana rasanya jika kamu jatuh cinta sama seseorang, tapi seseorang itu sulit digapai? Orang itu bukan selebritis, bukan pejabat, bukan pula suami wanita lain. Seseorang itu mahasiswa juga di kampusku, sama seperti aku yang juga mahasiswa di Universitas Taruma Bandung. Cuma bedanya, aku anak sopir angkot, dia anak pengusaha kaya raya. Ya sudah jelas, rasa cintaku ini nggak tau diri.” Begitulah yang ditulis seorang mahasiswi bernama Maryam, di notesnya, saat hatinya resah, sulit tidur padahal sudah hampir tengah malam. Maryam sedang berada di sebuah kawasan yang cukup jauh dari kampusnya dan juga rumah kosnya. Kampusnya di Kota Bandung, sedangkan saat ini Maryam ada di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Maryam berada di kawasan itu dalam rangka memulai praktik mengajar di sebuah SMP, untuk merampungkan salah satu tugas akhir kuliahnya. Sudah beberapa hari Maryam dan dua rekannya berada di Cicalengka, untuk praktik mengajar selama sebulan pada sebuah SMP. Kepala sekolah sudah mengizin

    Last Updated : 2024-09-30
  • Mencintai Seorang Climber   Bab 02. Hanya Sebatas Iwak Peyek

    Maryam merasa Marco sedang menatapnya dengan perasaan kesal karena lantai homebase yang masih kotor.“Nanti homebase itu saya sapu, setelah beres cuci piring.” ujar Maryam.“Itu di meja ada nasi kuning dan lauk pauk, kenapa belum dibawa ke lokasi acara?” tanya Marco sembari menuding meja di dalam homebase.“Itu nasi kuning buat di sini ….”Para akhwat juga memasak nasi kuning buat anak-anak pencinta alam, walaupun tentu tidak akan cukup jika untuk semua anggota. Namun cukup banyak beras yang dimasak, dua kilo. Lauknya orek tempe dan urap sayuran. Itulah masakan tanda terima kasih karena sudah diizinkan pinjam homebase.Beberapa anggota pencinta alam masuk ke dalam homebase. Ada yang melongokkan kepala memandangi Maryam. “Teteh, itu nasi dan ce-esnya, buat kita?”“Iya, silakan dimakan ya.” jawab Maryam.“Asyik, makasih banyak Teteh cantik. Hei Guys, makan kuy!”Marco berdiri di pintu, memandangi para anggota pencinta alam yang mau makan. “Hei, kelar makan nanti, lo semua bersihin nih h

    Last Updated : 2024-09-30

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 172. Boneka Titipan

    Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar

  • Mencintai Seorang Climber   bab 171. Bukan Boneka Biasa

    Niar mengenal Cynthia ketika suatu hari Cynthia datang ke rumah kos tempat Niar tinggal. Cynthia melihat Niar keluar dari salah satu kamar, bersama dengan teman sekamarnya. Lantas Cynthia mengikuti Niar yang pergi bekerja di sebuah supermarket. Kemudian Cynthia mengajak Niar bicara, yang intinya meminta kerjasama Niar untuk membuat Maryam meninggalkan rumah kos itu. Kalau Maryam tidak mau hengkang, maka Niar diminta mencari tahu kapan Maryam akan pulang kampung, karena Cynthia ingin menitipkan sesuatu supaya dibawa oleh Maryam ke kampungnya.Ketika itu Niar ingin tahu, apa alasan Cynthia ingin membuat Maryam pergi dari rumah kos itu, bahkan sebenarnya Cynthia ingin Maryam pergi dari Bandung. Cynthia bilang bahwa Maryam adalah pelakor bagi hubungan antara Sabrina dan Marco. Cynthia bilang bahwa Sabrina adalah kerabatnya, yang sudah bertunangan dengan Marco, dan pernikahan mereka sudah dipersiapkan. Akan tetapi Marco malah lebih sering ngurusin Maryam, lebih peduli pada Maryam, ketimb

  • Mencintai Seorang Climber   bab 170. Mau Nikah

    “Cepat habisin makannya Teteh, kayaknya banyak pembeli.”Omongan Nanang menyadarkan Maryam dari lamunan tentang hari di mana dia bersikap tidak peduli saat Marco meneleponnya dan bicara soal wisuda. Rasanya sesak sekali di dada, saat harus bersikap masa bodoh terhadap hari wisuda Marco. Hari di mana Marco seharusnya merasa bahagia karena akhirnya dia berhasil menyelesaikan studi.Maryam menghabiskan kupat tahu di piringnya, lantas meninggalkan bangku yang sejak tadi didudukinya. Nanang sudah membayar, lantas mengajak kakaknya berjalan kaki ke sebuah taman kecil di tepi sebuah jalan raya. Maryam dan adiknya duduk di bangku taman. Maryam sudah bercerita pada adiknya, soal TKIT Bunga Bangsa yang tidak lagi beroperasi. Soal pemberhentiannya dari pekerjaan di bimbel.“Sekarang ini Teteh jadi pengangguran, Nang.”“Oh, kalau begitu kebetulan Teh ….”“Kebetulan apa?”“Bapak nyuruh kita pulang ke Cirebon, Teh Irma mau nikah.”Irma adalah saudara sebapak, ibunya Irma adalah istri pertama bapakn

  • Mencintai Seorang Climber   bab 169. Pertunangan Marco Dengan Sabrina

    Nanang bicara lagi pada kakaknya, “Yang tempo hari nolongin Teteh waktu pingsan di dalam kamar kos, Bang Marco kan? Teteh sudah akur lagi kan, sama Bang Marco?”Seandainya benar begitu, pikir Maryam. Benaknya mengembara ke hari yang telah lalu, ketika dia sudah sembuh dan kembali masuk kerja di TKIT Bunga Bangsa. Saat itu belum ada keputusan bahwa TK bakal berhenti beroperasi. Ketika jam istirahat, satpam memberitahu Maryam bahwa ada seorang gadis yang datang untuk menemui Maryam. Gadis itu menunggu di pos satpam. Maryam merasa pernah melihat gadis itu.“Nama saya Cynthia, saya adik tingkatmu di Universitas Taruma.” Gadis itu menyalami Maryam.“Ada perlu apa, ya?”“Kita ngobrol sebentar di rumah makan itu, ya Mbak? Saya belum makan siang, biar sekalian saya yang traktir Mbak Maryam.”“Saya sudah makan.”“Tapi saya pengin bicara penting dengan Mbak Maryam, kayaknya nggak nyaman kalau sambil berdiri begini.”Akhirnya Maryam setuju untuk mengobrol di rumah makan depan TK. Gadis itu makan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 168. Kehilangan Pekerjaan

    Dengan berjalan kaki, Maryam kembali ke tempat kosnya. Sore itu seperti sore sebelumnya, jalanan padat oleh kendaraan dari para pegawai yang pulang kerja. Di trotoar, para pedagang yang biasa berjualan malam, mulai menyiapkan lapak dagangannya. Maryam mampir ke warung tenda penjual soto Lamongan. Dia beli soto ayam dengan bihun untuk dibawa pulang sebagai makan malam.Tiba di tempat kos, Maryam disambut dengan lambaian tangan pemilik kos.“Ada apa, Bu?” Maryam menghampiri wanita itu, yang sedang duduk di teras rumahnya. Dari teras rumahnya itu dia bisa memantau semua pintu kamar kos miliknya, makanya jika menunggu anak kosnya datang, dia akan duduk di situ.“Begini Maryam, bulan ini kan, tinggal dua hari lagi. Nah, ibu pengin kepastian, bulan depan kamu masih tinggal di sini, atau mau pindah? Soalnya sudah ada yang nanyain kamar kosong di sini, katanya pengin kos di sini awal bulan depan. Kalau kamu masih mau di sini, bisa ya, sekarang ini kamu bayar kos untuk bulan depan? Besok dibay

  • Mencintai Seorang Climber   bab 167. Wawancara Kerja

    Dua hari kemudian Marco mendapat balasan email dari sebuah perusahaan. Dia pernah melamar via email ke perusahaan transportasi udara yang lokasi kerjanya di wilayah timur Indonesia. Keluarganya tidak punya hubungan kerja dengan perusahaan tersebut, namun mungkin saja pemilik perusahaan mengenal papanya, karena sama-sama pengusaha transportasi. Lazimnya para pengusaha itu berserikat dalam sebuah organisasi, dan ada pertemuan berkala antaranggota. Buat Marco, cukup sulit menemukan perusahaan yang ownernya sama sekali tidak mengenal papanya. Marco tetap berharap dia diterima bukan karena melihat siapa orang tuanya, tapi karena dirinya yang dinilai mampu menempati posisi yang dilamarnya.Berangkat ke ibu kota, Marco memilih naik mobil travel. Dia menginap di rumah kerabatnya. Keesokan harinya, kerabatnya itu mengantar Marco ke lokasi wawancara kerja, yaitu sebuah gedung besar di pusat ibu kota. Salah satu bagian dari gedung itu adalah kantor cabang perusahaan transportasi udara. Marco du

  • Mencintai Seorang Climber   bab 166. Rencana Untuk Maryam

    Sementara itu, di kamarnya, Sabrina sedang menelepon seorang teman dekatnya. Temannya itu bernama Cynthia, adalah adik tingkat Marco di kampus Universitas Taruma Bandung. Sebagai adik tingkat, tentu saja Cynthia tahu siapa Marco dan Maryam, walau tidak saling mengenal. Sabrina bicara, “Maryam itu kerja di sebuah TK, entah jadi guru, atau jadi staf administrasi. Tapi aku lihat berita, TK itu bermasalah, ada kasus keracunan massal.” “Aku juga menyimak kasus itu. Pelakunya sudah ditangkap, tapi kayaknya kasus itu berimbas ke reputasi TK itu. Aku punya kerabat yang tinggal di kompleks perumahan tempat TK itu berada. Orang-orang kompleks itu sudah nggak percaya lagi buat mendaftarkan anaknya di TK itu. kayaknya TK itu sudah nggak laku, mungkin bakal tutup.” “Cyn, apakah Maryam masih kos di dekat kompleks perumahan itu?” “Ya, masih. Eh, aku punya kenalan di tempat kos Maryam. Aku dapat info kalau Maryam pernah sakit cukup parah, dan ternyata Marco yang membawa Maryam ke rumah sakit. Te

  • Mencintai Seorang Climber   bab 165.

    Marco tiba di rumah Sabrina, disambut dengan senyum merekah keluarga itu.“Kirain Abang mau lama naik gunungnya, ternyata sudah balik ke Bandung.” ucap Sabrina, “Memangnya Abang ke gunung mana, untuk merayakan wisuda?”“Yang dekat aja.”Sabrina mengira, gunung yang dimaksud Marco itu Gunung Gede, yang biasa didaki oleh banyak orang karena jalur pendakian yang relatif mudah. Sementara Marco merasa tidak perlu menjelaskan lebih jauh tentang kegiatannya selepas acara wisuda.“Rin, aku ingin bicara serius denganmu.”“Mamahku sudah menyiapkan makan malam, sebaiknya kita makan dulu, nanti baru kita ngobrol. Yuk Bang, kita makan!”“Tapi aku sudah makan, tadi di rumah.” Marco berusaha mengelak, padahal sebenarnya dia belum makan malam.“Ayolah makan dulu, Marco! Sudah lama kita nggak makan bareng.” Ayahnya Sabrina masuk ke ruang tamu, dan mengajak Marco ke ruang makan.Sebenarnya makan malam itu lezat, namun Marco hanya makan sedikit. Usai makan, dia kembali ke ruang tamu. Makanan pencuci mul

  • Mencintai Seorang Climber   bab 164. Prioritas Hidup

    Bab 164. Prioritas HidupMarco masih berada di Gunung Tangkuban Parahu. Dia sedang duduk di bangku sebuah warung, sembari minum bandrek. Dia menatap keramaian di sekitarnya; orang-orang yang sedang berfoto dengan latar kawah, beberapa ekor kuda yang berjalan dengan penumpang di punggungnya, para pedagang asong, jejeran warung yang menjual makanan dan suvenir, jejeran mobil di tempat parkir, pengunjung datang dan pergi.Sembari menggerogoti jagung rebus, Marco memikirkan pekerjaan yang ingin dilakoninya. Sudah ada beberapa tawaran yang disodorkan kepadanya, oleh papanya, kakeknya, rekan bisnis papanya, teman sesama climber, semua masih dia pertimbangkan, mana yang paling diinginkannya.Marco teringat pada Sabrina. Dia teringat saat terakhir kali datang ke rumah Sabrina, saat dirinya membeberkan rencana hidupnya yang ingin bekerja di luar Pulau Jawa. Ketika itu Sabrina memperlihatkan sikap tidak setuju dengan rencana hidup Marco. Alasannya karena Sabrina merasa berat jika jauh dari ora

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status