Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 23. Kita Tidak Sebanding

Share

bab 23. Kita Tidak Sebanding

last update Last Updated: 2024-11-06 06:42:23

Cepi menelepon seorang satpam yang bekerja di rumah Marco. Cepi memang sudah mengenal para satpam yang bekerja di rumah keluarga Marco, karena dia sering menginap di rumah itu. Saat ini Cepi sedang memantau kondisi Marco.

“Gimana hasil pertemuan Big Bos dengan pengacaranya?” tanya Cepi. Yang dia maksud dengan Big Bos adalah Ardianto Wiratama, ayahnya Marco. Untuk Marco, kata sandinya adalah Bos Junior. Sedangkan untuk polisi, mereka pakai kata sandi Ladusing, mengambil nama Inspektur Ladu Singh dalam film kartun anak-anak.

“Yang saya dengar, Big Bos belum bisa mengupayakan penangguhan penahanan untuk anaknya.”

“Kenapa?” Cepi heran. “Kalau anak pengusaha tajir tidak bisa keluar dari tahanan dengan jaminan bapaknya, gimana dengan anak kere?”

“Nggak tahu Kang. Tapi saya sempat nguping obrolan Big Bos dengan pengacaranya, katanya Bos Junior tidak menyangkal semua tuduhan yang dialamatkan padanya! Satu-satunya yang dia sangkal, adalah saat Ladusing menanyakan apakah dia punya hubungan pri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mencintai Seorang Climber   bab 24. Gadis yang Ingin Bersaksi

    “Silakan pesan apa saja yang kalian inginkan!” ujar Windy. “Aku yang traktir, karena aku yang ngundang kalian ke sini.” Tiga orang mahasiswi duduk di sebuah rumah makan yang jauh dari kampus Universitas Taruma. Suasana rumah makan itu sudah agak sepi pada pukul dua siang. Jam makan siang sudah terlewat. Windy sengaja mencari suasana sepi untuk bicara, di tempat yang cukup jauh dari orang-orang yang mengenal mereka. Sebenarnya yang diundang oleh Windy hanya Maryam, tapi Windy tahu jika Maryam merasa curiga dengan undangannya, maka Windy mempersilakan Maryam membawa teman. Maryam mengajak Nining, sahabatnya.Pesanan makanan telah dihidangkan. Windy mempersilakan kedua seniornya untuk makan. Maryam dan Nining makan mi ayam, sementara Windi makan siomay saus kacang dan minum jus jeruk.“Kita akan bicara dulu soal Raymond.” Windy menatap Maryam. “Aku ada di homebase waktu kejadian yang menimpa Raymond.” “Jadi apa sebetulnya tujuan kamu ngundang saya ke sini?” tanya Maryam.“Tentang kejad

    Last Updated : 2024-11-06
  • Mencintai Seorang Climber   bab 24. Gadis yang Ingin Bersaksi

    “Silakan pesan apa saja yang kalian inginkan!” ujar Windy. “Aku yang traktir, karena aku yang ngundang kalian ke sini.” Tiga orang mahasiswi duduk di sebuah rumah makan yang jauh dari kampus Universitas Taruma. Suasana rumah makan itu sudah agak sepi pada pukul dua siang. Jam makan siang sudah terlewat. Windy sengaja mencari suasana sepi untuk bicara, di tempat yang cukup jauh dari orang-orang yang mengenal mereka. Sebenarnya yang diundang oleh Windy hanya Maryam, tapi Windy tahu jika Maryam merasa curiga dengan undangannya, maka Windy mempersilakan Maryam membawa teman. Maryam mengajak Nining, sahabatnya.Pesanan makanan telah dihidangkan. Windy mempersilakan kedua seniornya untuk makan. Maryam dan Nining makan mi ayam, sementara Windi makan siomay saus kacang dan minum jus jeruk.“Kita akan bicara dulu soal Raymond.” Windy menatap Maryam. “Aku ada di homebase waktu kejadian yang menimpa Raymond.” “Jadi apa sebetulnya tujuan kamu ngundang saya ke sini?” tanya Maryam.“Tentang kejad

    Last Updated : 2024-11-06
  • Mencintai Seorang Climber   bab 25. Syarat Untuk Bersaksi

    Maryam melanjutkan bicara pada Windy. “Beasiswa yang kuperoleh itu untuk uang semester, biaya makan, dan bayar kos. Sedangkan kuliah itu kan, butuh buku, alat tulis, baju, sepatu, tas. Semua itu masih bisa kuatasi, dengan cara menyisihkan uang makan. Tapi aku juga butuh laptop, dan harganya mahal. Makanya aku jualan peyek. Marco kasihan padaku, dia sering memborong daganganku.”Maryam menyeka air matanya yang turun membasahi pipi. “Aku nggak pernah berharap punya hubungan pribadi dengan Marco. Aku harus tahu diri, kalau kami nggak sederajat! Mana mungkin, Pak Ardian Wiratama yang pengusaha kaya, mengizinkan anaknya berhubungan akrab dengan aku, anak seorang sopir angkot.” Windy terdiam sejenak, lantas berujar pelan, “Bang Marco itu orang yang keras, tidak gampang menyerah, tidak mempan diancam sama siapapun. Seandainya dia memang suka pada seorang wanita, sementara orang tuanya kurang setuju pada pilihannya, aku yakin Bang Marco akan memperjuangkan wanita itu supaya bisa diterima ole

    Last Updated : 2024-11-10
  • Mencintai Seorang Climber   bab 26. Pasang Badan

    Obat hati yang ketiga adalah berkumpul dengan orang shaleh. Dengan siapa dirinya berkumpul selama ini? Lebih sering dengan sesama pendaki gunung. Memang ada juga rekannya yang cukup rajin shalat dan puasa, tapi mungkin belum cukup untuk dikatakan shaleh. Satu-satunya orang yang dinilainya shaleh, yang dekat dengannya, mungkin cuma Maryam. Seringkali Marco pulang ke homebase saat pagi hari, dari kegiatan naik gunung. Dia sering berpapasan dengan Maryam yang baru selesai beraktivitas di masjid kampus. Bisa dipastikan sejak subuh Maryam sudah berdiam di masjid kampus, untuk salat, dan menyimak ceramah dari ustaz. Jika mereka berpapasan, Maryam akan bertanya, “Marco, sudah salat subuh, belum?” Biasanya jawaban Marco adalah, “Entar.” Entah sekarang, setelah omongan keras dan pedas itu, apakah Maryam masih mau menerimanya sebagai teman? "Pasti dia tersinggung." pikir Marco. Saat itu Marco merasa harus menyuruh Maryam pergi. Kalau Maryam bolak-balik datang menjenguk, bisa-bisa penyidik

    Last Updated : 2024-11-12
  • Mencintai Seorang Climber   bab 27. Maryam Berbohong Lagi

    “Beberapa hari lalu kami menangkap seorang penjual senjata api rakitan. Orang itu mengaku pernah menjual senjatanya kepada seorang wanita yang ciri-cirinya seperti Silvi. Saat kami hadapkan dia pada Silvi, dia mengenali Silvi.” Penyidik mengeluarkan sebuah pistol. “Senjata ini dikirimkan tiga minggu lalu kepada polisi, oleh rekan satu kos Silvi. Si pengirim tidak mau bicara, milik siapa, dan di mana senjata ini ditemukan.”“Kalau boleh tahu, siapa yang mengirim pistol itu ke kantor polisi?” tanya Marco.“Seorang wanita.”“Ya tentu saja seorang wanita, karena rumah kos Silvi itu buat wanita.”“Maryam.”“Apa?” Marco tercengang.“Yang mengirim pistol itu pada polisi adalah Maryam.”Marco masih terpana oleh ucapan polisi.“Kami sudah menemukan keterkaitan antara pistol ini, dengan kasus yang menimpa Anda. Kami pikir, pada awalnya Silvi berencana akan menembak Anda. Tapi Maryam menemukan pistolnya, dan memberikan pistol itu pada polisi. Maka Silvi mencari cara lain untuk balas dendam pada

    Last Updated : 2024-11-13
  • Mencintai Seorang Climber   bab 28. Nadzar

    Keesokan harinya setelah lewat waktu zuhur, gerimis turun cukup rapat. Dengan telanjang kaki, Marco bergegas menaiki menara masjid dari bagian dalam melalui tangga darurat, sambil membawa peralatan climbing. Tiba di atas, dia membuat anchor dari tambang yang diikatkan pada tiang penyangga kubah menara. Harness sudah terpasang di tubuhnya sebelum dia memasuki area masjid itu. Tambang yang sudah diikat sebagai anchor lantas dihubungkan dengan harnestnya. Ujung tambang dilemparkan ke bawah, menjuntai hingga satu meter dari dasar menara.Hujan turun makin deras saat Marco mulai menuruni menara. Dua buah sikat yang dibawanya, juga terikat tali dan terhubung dengan harnestnya. Sedikit demi sedikit dia menyikat dinding. Air hujan membantunya membasuh kotoran. Setelah selesai satu lajur horizontal dari dinding keramik itu, dia turun lagi satu tahap, lalu mulai menyikat lagi. Beberapa kali Marco sempat tergelincir, meluncur turun terlalu jauh dari tujuan. Dengan bantuan peralatan climbing yang

    Last Updated : 2024-11-15
  • Mencintai Seorang Climber   bab 29. Maryam Menghindari Marco

    Marco mendatangi Maryam di kantin kampus.“Aku minta maaf, Maryam, pasti omonganku membuat kamu tersinggung.” ujar Marco sambil menyimpan baki berisi makan siangnya di meja yang sama dengan Maryam. Mereka duduk berhadapan.“Omongan yang mana?” tanya Mayam.“Yang aku katakan padamu waktu di kantor polisi.”“Aku nggak apa-apa kok.” jawab Maryam sambil tersenyum.Marco mulai makan. Nasi sepiring, sementara di piring lain ada paha ayam panggang, telor balado, tahu dan tempe bacem, sayur lodeh, lalap dan sambal, dalam waktu singkat sudah habis disantap. Maryam pernah berpikir, mungkin Marco punya tembolok, kayak ayam. Jadi makanan itu tidak perlu dikunyah dulu, langsung ditelan, nanti baru dicerna dalam tembolok.Maryam sudah selesai makan. Sudut matanya melihat tiga orang mahasiswi sedang minta diladeni mengambil nasi dan lauk-pauknya oleh pelayan kantin. “Marco, aku duluan ya, ada perlu. Assalamualaikum.” Tanpa menunggu jawaban, Maryam segera bergegas keluar dari kantin. Marco menatap p

    Last Updated : 2024-11-17
  • Mencintai Seorang Climber   bab 30. Penolakan

    Maryam mendengar suara motor berhenti di depan rumah kos. Maryam sudah hapal itu suara motor Marco, segera dia membuka pintu kamarnya sedikit untuk mengintai. Ada seorang gadis berdiri di teras, Rosna. Lantas Marco masuk ke teras, dan bicara dengan Rosna, tampak akrab. Maryam teringat kalau Rosna memang pernah jadi anggota Adventure, tidak heran jika gadis itu cukup akrab dengan Marco. Sekarang Rosna sudah tidak aktif di organisasi kampus, capek dan menghabiskan uang, begitu katanya.Maryam menutup kembali pintu kamarnya, kemudian membaca buku yang menjadi sumber pustaka untuk skripsinya. Mencatat beberapa kalimat yang dianggap penting. Dia menoleh ke arah pintu saat ada yang mengetuk. Maryam mengira rekan sekamarnya yang datang.“Masuk aja, Tin.”“Mbak, ini aku, Rosna.”Maryam membuka pintu, di depan kamarnya ada Rosna dan Marco.“Mbak, kita makan sea food, yuk! Ada warung sea food baru dibuka dekat sini. Bang Marco ngajakin ke situ.” ujar Rosna.Maryam terdiam.“Ayolah!” Kali ini Ma

    Last Updated : 2024-11-20

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 172. Boneka Titipan

    Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar

  • Mencintai Seorang Climber   bab 171. Bukan Boneka Biasa

    Niar mengenal Cynthia ketika suatu hari Cynthia datang ke rumah kos tempat Niar tinggal. Cynthia melihat Niar keluar dari salah satu kamar, bersama dengan teman sekamarnya. Lantas Cynthia mengikuti Niar yang pergi bekerja di sebuah supermarket. Kemudian Cynthia mengajak Niar bicara, yang intinya meminta kerjasama Niar untuk membuat Maryam meninggalkan rumah kos itu. Kalau Maryam tidak mau hengkang, maka Niar diminta mencari tahu kapan Maryam akan pulang kampung, karena Cynthia ingin menitipkan sesuatu supaya dibawa oleh Maryam ke kampungnya.Ketika itu Niar ingin tahu, apa alasan Cynthia ingin membuat Maryam pergi dari rumah kos itu, bahkan sebenarnya Cynthia ingin Maryam pergi dari Bandung. Cynthia bilang bahwa Maryam adalah pelakor bagi hubungan antara Sabrina dan Marco. Cynthia bilang bahwa Sabrina adalah kerabatnya, yang sudah bertunangan dengan Marco, dan pernikahan mereka sudah dipersiapkan. Akan tetapi Marco malah lebih sering ngurusin Maryam, lebih peduli pada Maryam, ketimb

  • Mencintai Seorang Climber   bab 170. Mau Nikah

    “Cepat habisin makannya Teteh, kayaknya banyak pembeli.”Omongan Nanang menyadarkan Maryam dari lamunan tentang hari di mana dia bersikap tidak peduli saat Marco meneleponnya dan bicara soal wisuda. Rasanya sesak sekali di dada, saat harus bersikap masa bodoh terhadap hari wisuda Marco. Hari di mana Marco seharusnya merasa bahagia karena akhirnya dia berhasil menyelesaikan studi.Maryam menghabiskan kupat tahu di piringnya, lantas meninggalkan bangku yang sejak tadi didudukinya. Nanang sudah membayar, lantas mengajak kakaknya berjalan kaki ke sebuah taman kecil di tepi sebuah jalan raya. Maryam dan adiknya duduk di bangku taman. Maryam sudah bercerita pada adiknya, soal TKIT Bunga Bangsa yang tidak lagi beroperasi. Soal pemberhentiannya dari pekerjaan di bimbel.“Sekarang ini Teteh jadi pengangguran, Nang.”“Oh, kalau begitu kebetulan Teh ….”“Kebetulan apa?”“Bapak nyuruh kita pulang ke Cirebon, Teh Irma mau nikah.”Irma adalah saudara sebapak, ibunya Irma adalah istri pertama bapakn

  • Mencintai Seorang Climber   bab 169. Pertunangan Marco Dengan Sabrina

    Nanang bicara lagi pada kakaknya, “Yang tempo hari nolongin Teteh waktu pingsan di dalam kamar kos, Bang Marco kan? Teteh sudah akur lagi kan, sama Bang Marco?”Seandainya benar begitu, pikir Maryam. Benaknya mengembara ke hari yang telah lalu, ketika dia sudah sembuh dan kembali masuk kerja di TKIT Bunga Bangsa. Saat itu belum ada keputusan bahwa TK bakal berhenti beroperasi. Ketika jam istirahat, satpam memberitahu Maryam bahwa ada seorang gadis yang datang untuk menemui Maryam. Gadis itu menunggu di pos satpam. Maryam merasa pernah melihat gadis itu.“Nama saya Cynthia, saya adik tingkatmu di Universitas Taruma.” Gadis itu menyalami Maryam.“Ada perlu apa, ya?”“Kita ngobrol sebentar di rumah makan itu, ya Mbak? Saya belum makan siang, biar sekalian saya yang traktir Mbak Maryam.”“Saya sudah makan.”“Tapi saya pengin bicara penting dengan Mbak Maryam, kayaknya nggak nyaman kalau sambil berdiri begini.”Akhirnya Maryam setuju untuk mengobrol di rumah makan depan TK. Gadis itu makan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 168. Kehilangan Pekerjaan

    Dengan berjalan kaki, Maryam kembali ke tempat kosnya. Sore itu seperti sore sebelumnya, jalanan padat oleh kendaraan dari para pegawai yang pulang kerja. Di trotoar, para pedagang yang biasa berjualan malam, mulai menyiapkan lapak dagangannya. Maryam mampir ke warung tenda penjual soto Lamongan. Dia beli soto ayam dengan bihun untuk dibawa pulang sebagai makan malam.Tiba di tempat kos, Maryam disambut dengan lambaian tangan pemilik kos.“Ada apa, Bu?” Maryam menghampiri wanita itu, yang sedang duduk di teras rumahnya. Dari teras rumahnya itu dia bisa memantau semua pintu kamar kos miliknya, makanya jika menunggu anak kosnya datang, dia akan duduk di situ.“Begini Maryam, bulan ini kan, tinggal dua hari lagi. Nah, ibu pengin kepastian, bulan depan kamu masih tinggal di sini, atau mau pindah? Soalnya sudah ada yang nanyain kamar kosong di sini, katanya pengin kos di sini awal bulan depan. Kalau kamu masih mau di sini, bisa ya, sekarang ini kamu bayar kos untuk bulan depan? Besok dibay

  • Mencintai Seorang Climber   bab 167. Wawancara Kerja

    Dua hari kemudian Marco mendapat balasan email dari sebuah perusahaan. Dia pernah melamar via email ke perusahaan transportasi udara yang lokasi kerjanya di wilayah timur Indonesia. Keluarganya tidak punya hubungan kerja dengan perusahaan tersebut, namun mungkin saja pemilik perusahaan mengenal papanya, karena sama-sama pengusaha transportasi. Lazimnya para pengusaha itu berserikat dalam sebuah organisasi, dan ada pertemuan berkala antaranggota. Buat Marco, cukup sulit menemukan perusahaan yang ownernya sama sekali tidak mengenal papanya. Marco tetap berharap dia diterima bukan karena melihat siapa orang tuanya, tapi karena dirinya yang dinilai mampu menempati posisi yang dilamarnya.Berangkat ke ibu kota, Marco memilih naik mobil travel. Dia menginap di rumah kerabatnya. Keesokan harinya, kerabatnya itu mengantar Marco ke lokasi wawancara kerja, yaitu sebuah gedung besar di pusat ibu kota. Salah satu bagian dari gedung itu adalah kantor cabang perusahaan transportasi udara. Marco du

  • Mencintai Seorang Climber   bab 166. Rencana Untuk Maryam

    Sementara itu, di kamarnya, Sabrina sedang menelepon seorang teman dekatnya. Temannya itu bernama Cynthia, adalah adik tingkat Marco di kampus Universitas Taruma Bandung. Sebagai adik tingkat, tentu saja Cynthia tahu siapa Marco dan Maryam, walau tidak saling mengenal. Sabrina bicara, “Maryam itu kerja di sebuah TK, entah jadi guru, atau jadi staf administrasi. Tapi aku lihat berita, TK itu bermasalah, ada kasus keracunan massal.” “Aku juga menyimak kasus itu. Pelakunya sudah ditangkap, tapi kayaknya kasus itu berimbas ke reputasi TK itu. Aku punya kerabat yang tinggal di kompleks perumahan tempat TK itu berada. Orang-orang kompleks itu sudah nggak percaya lagi buat mendaftarkan anaknya di TK itu. kayaknya TK itu sudah nggak laku, mungkin bakal tutup.” “Cyn, apakah Maryam masih kos di dekat kompleks perumahan itu?” “Ya, masih. Eh, aku punya kenalan di tempat kos Maryam. Aku dapat info kalau Maryam pernah sakit cukup parah, dan ternyata Marco yang membawa Maryam ke rumah sakit. Te

  • Mencintai Seorang Climber   bab 165.

    Marco tiba di rumah Sabrina, disambut dengan senyum merekah keluarga itu.“Kirain Abang mau lama naik gunungnya, ternyata sudah balik ke Bandung.” ucap Sabrina, “Memangnya Abang ke gunung mana, untuk merayakan wisuda?”“Yang dekat aja.”Sabrina mengira, gunung yang dimaksud Marco itu Gunung Gede, yang biasa didaki oleh banyak orang karena jalur pendakian yang relatif mudah. Sementara Marco merasa tidak perlu menjelaskan lebih jauh tentang kegiatannya selepas acara wisuda.“Rin, aku ingin bicara serius denganmu.”“Mamahku sudah menyiapkan makan malam, sebaiknya kita makan dulu, nanti baru kita ngobrol. Yuk Bang, kita makan!”“Tapi aku sudah makan, tadi di rumah.” Marco berusaha mengelak, padahal sebenarnya dia belum makan malam.“Ayolah makan dulu, Marco! Sudah lama kita nggak makan bareng.” Ayahnya Sabrina masuk ke ruang tamu, dan mengajak Marco ke ruang makan.Sebenarnya makan malam itu lezat, namun Marco hanya makan sedikit. Usai makan, dia kembali ke ruang tamu. Makanan pencuci mul

  • Mencintai Seorang Climber   bab 164. Prioritas Hidup

    Bab 164. Prioritas HidupMarco masih berada di Gunung Tangkuban Parahu. Dia sedang duduk di bangku sebuah warung, sembari minum bandrek. Dia menatap keramaian di sekitarnya; orang-orang yang sedang berfoto dengan latar kawah, beberapa ekor kuda yang berjalan dengan penumpang di punggungnya, para pedagang asong, jejeran warung yang menjual makanan dan suvenir, jejeran mobil di tempat parkir, pengunjung datang dan pergi.Sembari menggerogoti jagung rebus, Marco memikirkan pekerjaan yang ingin dilakoninya. Sudah ada beberapa tawaran yang disodorkan kepadanya, oleh papanya, kakeknya, rekan bisnis papanya, teman sesama climber, semua masih dia pertimbangkan, mana yang paling diinginkannya.Marco teringat pada Sabrina. Dia teringat saat terakhir kali datang ke rumah Sabrina, saat dirinya membeberkan rencana hidupnya yang ingin bekerja di luar Pulau Jawa. Ketika itu Sabrina memperlihatkan sikap tidak setuju dengan rencana hidup Marco. Alasannya karena Sabrina merasa berat jika jauh dari ora

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status