Semua Bab Mencintai Seorang Climber: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

bab 30. Penolakan

Maryam mendengar suara motor berhenti di depan rumah kos. Maryam sudah hapal itu suara motor Marco, segera dia membuka pintu kamarnya sedikit untuk mengintai. Ada seorang gadis berdiri di teras, Rosna. Lantas Marco masuk ke teras, dan bicara dengan Rosna, tampak akrab. Maryam teringat kalau Rosna memang pernah jadi anggota Adventure, tidak heran jika gadis itu cukup akrab dengan Marco. Sekarang Rosna sudah tidak aktif di organisasi kampus, capek dan menghabiskan uang, begitu katanya.Maryam menutup kembali pintu kamarnya, kemudian membaca buku yang menjadi sumber pustaka untuk skripsinya. Mencatat beberapa kalimat yang dianggap penting. Dia menoleh ke arah pintu saat ada yang mengetuk. Maryam mengira rekan sekamarnya yang datang.“Masuk aja, Tin.”“Mbak, ini aku, Rosna.”Maryam membuka pintu, di depan kamarnya ada Rosna dan Marco.“Mbak, kita makan sea food, yuk! Ada warung sea food baru dibuka dekat sini. Bang Marco ngajakin ke situ.” ujar Rosna.Maryam terdiam.“Ayolah!” Kali ini Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

bab 31. Diburu Wartawan

Marco menepati janjinya, di hari Minggu pagi dia datang ke kampus untuk memberi pelatihan memanjat climbing wall. Ternyata peminatnya banyak, bukan cuma puluhan orang ikhwan aktivis masjid yang pengin berlatih memanjat, ada juga beberapa orang dari organisasi Menwa. Dan tentu saja para anggota Adventure yang latihan rutin. Karena terlalu banyak peserta pelatihan, Marco menelepon Cepi untuk membantunya.Cepi tiba di kampus, tercengang melihat banyak wajah baru yang mau latihan climbing.“Mereka dari aktivis masjid kampus, sama Menwa.” ujar Marco.“Latihan gabungan maksudnya?” tanya Cepi.Seorang ikhwan bicara. “Iya Bang. Persiapan buat pembersihan total terhadap kubah majid, dinding menara, dan bagian yang tinggi, yang selama ini sulit dijangkau dan nggak pernah dibersihkan.”“Kita baru tersadar sama kondisi bagian atas masjid kampus, saat Bang Marco memanjatnya buat membersihkan menara. Masjid itu milik bersama. Jadi urusan kebersihannya pun tanggung jawab bersama. Jangan sampai terul
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

bab 32. Mengecoh Wartawan

Marco bicara “Nggak mungkin para wartawan itu mau nongkrong di kampus ini terus-terusan. Kalau mereka sudah pergi, nanti saya juga bisa pulang.”Binsar tersenyum lebar. “Jangan meremehkan wartawan. Mereka tahan nongkrong di markas saya hingga tengah malam, hingga subuh, hingga pagi lagi, untuk mencari berita. Mereka akan terus berada di sumber berita. Kalau sudah capek, mereka bakal gantian dengan rekannya, untuk berburu berita. ”Marco saling pandang dengan Cepi.“Ya sudah, berarti saya harus pergi dari sini secepat mungkin, menerobos kerumunan wartawan.” ujar Marco.Saat itu Binsar melihat seorang mahasiswa yunior yang bertubuh sama jangkung dengan Marco. “Dia saja yang keluar, tapi pakai jaket punya Marco. Pinjamkan motor sama dia. Bagaimana, kamu berani?” tanya Binsar pada mahasiswa yunior itu.“Iya, oke, saya mau pura-pura jadi Bang Marco, biar Bang Marco bisa pergi dari kampus dengan aman.” jawab mahasiswa jangkung itu, dia salah seorang aktivis masjid kampus.Lantas Marco sendi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

bab 33. Maryam Jadi Pelakor?

“Maryam, aku perlu bicara serius dengan kamu.” ujar Marco saat menghadang Maryam yang baru keluar dari ruang dosen pembimbing skripsinya.“Oooh… tentang apa?” tanya Maryam, sambil terus berjalan menuju markas dakwah kampus di samping masjid. Biasanya Marco tidak akan membuntutinya hingga ke tempat itu. Namun, kali ini dugaan Maryam meleset, ternyata Marco ikut masuk ke markas dakwah itu. Marco mengamati beragam kertas berisi pengumumam dan rencana kerja yang tertempel di dinding. Maryam lebih heran lagi, saat beberapa orang mahasiswa aktivis dakwah yang masuk ke markas itu, lantas malah ngobrol akrab dengan Marco. Entah apa yang diobrolkan, dan entah bagaimana obrolan mereka bisa tersambung. Setelah para ikhwan itu pergi, Marco bicara. “Kalau kuamati, kayaknya kamu sengaja menghindari aku sejak aku keluar dari tahanan polisi.”Maryam tak menjawab, wajahnya malah sama sekali tidak menghadap ke arah lawan bicara. Dia duduk sembari menekuni ponselnya, melihat media sosial. Sedangkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

bab 34. Kembali ke Homebase

Dua foto, dua wajah, terpasang di dinding. Ipda. Binsar Siagian yakin, salah satu foto sudah cukup lama tergantung di dinding, dan foto yang satunya mungkin baru dua bulan menjadi penghuni dinding homebase Adventure. Foto yang dimaksud adalah foto orang-orang yang pernah menjadi komandan Adventure, yaitu Marco dan Raymond.Ketika Ipda. Binsar memasuki homebase, dia melihat Marco sedang bicara dengan seorang mahasiswa yunior, yaitu yang tempo hari memakai jaket dan sepatunya untuk mengelabui wartawan. Si yunior itu sedang mengembalikan barang-barang milik Marco. Ipda. Binsar tidak langsung mendekati mereka, dia memilih untuk melihat-lihat beberapa foto kegiatan UKM Adventure yang terpasang di salah satu dinding.“Makasih Bang. Kebetulan ana lagi nabung buat beli sepatu. Alhamdulillah dapat hibahan dari Abang.”“Iya, mudah-mudahan sepatunya awet ya.”“In syaa Allah awet Bang, sampai ana lulus nanti, mudah-mudahan ana nggak perlu beli sepatu lagi.”Mahasiswa yunior itu meninggalkan homeb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

bab 35. Sembilan Orang

Binsar bertutur. “Ya, ada seseorang yang bersaksi melihat Silvi membubuhkan sesuatu ke dalam jus alpukat. Sekarang kita pikir pakai logika. Kalaupun misalnya Silvi punya niat membunuh Marco, Silvi belum lagi mempersiapkannya. Hari itu Silvi baru saja kehilangan pistol, dan saya yakin pada hari itu dia belum menemukan lagi cara untuk membunuh. Jadi bukan Silvi pelakunya. Itulah sebabnya, Silvi tidak ditahan. Urusan pistol, belum ada bukti konkret jika Silvi pemiliknya.”Maryam melirik ke arah Marco, lantas melirik pada Binsar. “Jadi … Marco bisa bebas, bukan karena kesaksian seseorang yang melihat Silvi membubuhkan ….”“Itu kesaksian halu.” Binsar tersenyum lebar. “Jadi racun itu dari mana?” tanya Marco.“Menurut saya, racun itu sudah ada dalam jus alpukat, saat jus itu diantar ke homebase!” tandas Binsar.“Kalau begitu, balik lagi ke tuduhan awal. Aku lagi yang paling dicurigai menaruh racun itu!” keluh Marco.“Sorry Marco, tapi kita harus membicarakannya dengan pikiran terbuka dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

bab 36. Dua Orang yang Mirip

Marco berujar “Saya belum berani nyamperin lagi para pedagang di sekitar kampus. Jadi saya bekal makanan dari rumah, atau beli di tempat lain, bukan di sekitar kampus ini.” Pandangan Ipda. Binsar Siagian menjelajahi dinding-dinding homebase, hingga akhirnya tertuju pada dua foto komandan Adventure, foto Marco dan Raymond. “Belum ada komandan baru?” tanya Binsar. “Belum kepikiran untuk memilih komandan.” jawab Marco. Binsar melangkah menuju foto komandan. Dalam foto itu, keduanya memakai syal leher, topi rimba, dan menggendong ransel. Binsar mengalihkan pandangan ke sisi lain. Ada foto cowok gondrong sedang berdiri sendirian di bawah climbing wall, dengan latar belakang langit sore. “Itu foto kamu?” tanya Binsar.Marco mengikuti arah telunjuk Binsar. “Itu Raymond, bukan saya!” “Kok, mirip ya?” Binsar rada tercengang. “Kalau yang difoto gayanya kayak cover boy, itu pasti Raymond.” Marco tersenyum. “Saat SMA, Raymond pernah jadi model.” Marco geleng-geleng kepala dengan waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

bab 37. Urusan Bengkel

Dari kampusnya Marco, Ipda. Binsar pergi ke kampus lain, untuk menemui adik kandungnya yang kuliah di Bandung. Adiknya itu perempuan, bernama Raulina, yang baru punya motor untuk aktivitasnya.Saat awal memberikan motor itu pada adiknya, Binsar lupa memberi tahu bahwa motor butuh perawatan berkala di bengkel, bukan sekadar diisi bensin. Hingga akhirnya sang adik meneleponnya, mengatakan bahwa motor sudah tidak nyaman saat dikendarai. Binsar baru sempat datang ke tempat kos adiknya pada sore itu, setelah sebelumnya ngobrol-ngobrol di homebase dengan Marco dan Maryam.“Bang, lama sekali baru ke mari. Motorku mungkin rusak, Bang. Coba Abang tengok motorku.” rengek Raulina.“Ayo bawa ke bengkel, paling juga butuh ganti oli.”“Abang tak pernah kasi tau aku soal ganti oli?”“Lupa Abang.”“Sudah sore begini, masih ada bengkel yang buka?”“Masih banyak yang buka. Kita cari bengkel yang cukup besar, yang paling dekat sini.”“Kayaknya ada tuh Bang, nama bengkelnya Black Falcon, kalau tak salah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

bab 38. Tentang Tukang Ojek

Belum juga Binsar mulai bicara, sudah muncul pembeli lain. Seorang wanita berjilbab lebar datang, dan Mang Ujo langsung bangkit dari duduk.“Itu kan, Maryam.” pikir Binsar.Maryam berdiri di dekat gerobak, menaruh sebuah lunc box. Dia beli bakso, tapi tidak akan disantap di situ. Maryam belum menyadari kehadiran Binsar yang duduk di bangku kayu.Mang Ujo bicara, “Neng ini kan, yang kos di pondokan buat mahasiswi, ya? Yang dekat laundry?”“Iya Mang.”“Kalau pondokan khusus perempuan mah, pasti banyak yang beli bakso. Makanya Mang Ujo mah, hapal pondokan khusus perempuan, banyak langganan di situ. Ini mau campur mi, sayur, bihun? Atau bakso aja?”“Nggak pake mi, pake sawi aja. Kuahnya yang rada banyak, ya Mang. Ini buat teman sekamar saya yang lagi sakit, dia pengin makan nasi pake kuah.”“Oh iya atuh, semoga lekas sembuh. Kalau sudah makan bakso Mang Ujo mah, dijamin badan seger lagi.”“In Syaa Allah.” ucap Maryam. “Oh iya Mang, sudah ada empatpuluh harian Almarhumah?”“Iya Neng, sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

bab 39. Jaket Bergambar Burung

Kosim ada di rumahnya. Binsar memperkenalkan diri sebagai polisi yang ingin menyelidiki kasus tabrak lari itu.“Bagaimana keadaan Kang Kosim?” tanya Binsar.“Saya masih sering pusing, belum bisa kerja lagi. Sekarang cuma ngandalin penghasilan istri saya, jadi pembantu di rumah tetangga.” tutur Kosim.“Apakah motor ojek itu rusak parah?” tanya Binsar lagi.“Ya, dan masih ada di kantor polisi, buat pemeriksaan. Yang punya motor itu tetangga. Saya setor sama dia setiap hari, kalau saya ngojek. Masih untung dia nggak minta ganti kepada saya karena motornya rusak parah. Cuma mungkin… saya malu kalau mau minta kerja lagi sama beliau, sebagai tukang ojek. Kalau badan saya sudah lebih sehat, saya mau kerja di proyek bangunan saja, atau jadi kuli angkut di terminal, atau pasar induk. Masak sih, Allah nggak ngasi rejeki, kalau saya berusaha keras.”“Bagaimana ciri-ciri mobil itu?”“Mobilnya warna hitam, atau warna gelap pokoknya. Nggak jelas merk mobilnya, soalnya mobil itu menepi agak jauh dar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status