Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti Suami Buta / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Istri Pengganti Suami Buta: Chapter 111 - Chapter 120

142 Chapters

Chapter-111

Satu minggu sudah Rania dan juga keluarga Abrisam berlibur. Mereka memutuskan untuk pulang. Setelah kejadian Kara menangis, Abrisam sempat menuduh Rania yang menyebabkan Kara menangis. Sedangkan yang sebenarnya Rania juga tidak tahu penyebab utama Kara menangis apa. Dia hanya mencoba menenangkan Kara dan juga mendengar keluh kesah yang Kara rasakan. Untung saja Kara membantu Rania menjelaskan pada Abrisam hingga salah paham ini usai. Selama satu minggu berada di puncak, banyak sekali yang mereka lakukan. Setiap pagi Kara selalu mengajak Rania untuk jalan-jalan sebentar, menikmati udara dingin puncak yang katanya sudah lama sekali Rania tak merasakannya. Siang hari Rania membantu Selena dan juga mbok Atun memasak, meskipun kadang Selena suka menolak dan meminta Rania untuk masuk ke kamar. Belum lagi keusilan Selena yang selalu berulah mengunci Rania dan juga Abrisam berdua di dalam kamar, tak tanggung-tanggung Selena juga pernah mengunci mereka berdua di dalam kamar. Dengan harapan ji
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Chapter-112

Keesokan harinya Rania dan Abrisma pun duduk berdua dengan gugup. Mereka harus menunggu selama tiga puluh menit untuk melihat hasil periksa Abrisam dan juga Rania. Rania harap-harap cemas dengan semua ini, begitu juga dengan Abrisam yang cemas tapi masih terlihat santai dan tenang. Disini tidak hanya mereka tapi juga dengan Selena, Kara dan juga Bagas yang ikut serta menemani pemeriksaan mereka. Rania mencoba untuk lebih rileks, berkali-kali dia menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya secara perlahan. jantungnya berdebar kencang, apalagi tangan Abrisam yang mulai menggenggamnya dengan erat, sangat erat hingga Rania merasakan kesakitan yang luar biasa. “Sakit Mas.” lirih Rania memukul tangan Abrisam pelan. “Grogi Ran, takut kalau aku beneran mandul.”Rania menghela nafasnya berat. “Kayak apapun hasilnya, aku nggak peduli Mas. kamu hamil atau tidak itu hanya menurut Dokter, bukan menurut Tuhan.”“Tapi Ran kalau hasilnya positif, mami pasti kecewa sama aku yang nggak bisa ngasih d
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Chapter-113

Menarik tangan Abrisam dan berlari, Rania memutuskan mengajak Abrisam ke pantai. Sore ini, selain menghibur Abrisam, Rania juga ingin menikmati matahari tenggelam dengan Abrisam. Wanita itu sudah membayangkan, jika dirinya duduk di atas pasir putih, dengan dua buah kelapa muda dan negara melihat detik-detik matahari tenggelam. Dari dulu, Rania paling suka dengan lantai. Dia akan betah berlama-lama di pantai hanya menikmati udara sore hari. Belum lagi, kalau Rania libur bekerja begitu juga dengan Gaby. Sesekali mereka pergi ke pantai dan bermain air. Tiket masuk juga tidak begitu mahal, bahkan Rania harus patungan dengan Gaby untuk masuk ke tempat ini. Masalah makan, mereka akan menikmati satu mangkuk bakso dan juga segelas es teh manis. Tapi kali ini, impian Rania terwujud. Duduk di pinggiran dengan orang yang spesial dalam hidupnya, sambil menikmati kelapa muda di sisi kiri wanita itu. "Mas Abri, mataharinya udah mau tenggelam." kata Rania. Abrisam hanya diam saja, ada banyak hal y
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Chapter-114

Rania mengerang nikmat, ketika sesuatu yang hangat membasahi rahimnya. Wanita itu bahkan sampai mencakar bahu Abrisam hingga terluka. Tangan mungil Rania menyentuh luka itu dan membuat Abrisam meringis.Ya, akhirnya setelah mandi untuk mengusir rasa gugupnya, tapi yang ada Abrisam malah lebih dulu menyerang Rania dan tak memberikan wanita itu ampun. Dia ingin membuktikan jika dirinya tidak ada kekurangan apapun. Dia masih memiliki kesempatan untuk memiliki anak. Hanya saja memang belum waktunya saja. Benar kata Rania tapi jika salah, atau tidak bisa diprediksi, sudah dipastikan Abrisam akan menyarankan Rania untuk bayi tabung. "Sakit Mas?" tanya Rania tiba-tiba. Abrisam mengangguk, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rania. Hingga wanita itu mampu memeluk tubuh Abrisam tak memakai apapun di atasnya."Maaf." hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir Rania. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan, selain memeluk tubuh Abrisam yang polos. Pria itu hanya mengangguk kecil, sa
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Chapter-115

Rania datang ke rumah Grace dengan gugup, dia harus merubah penampilan nya hanya karena ingin bertemu dengan ibunya. Jantungnya berdetak kencang dan dia takut jika Grace mengetahui jika dirinya Rania bukan Rana. Membuka pintu rumah ini dengan kasar, wanita itu langsung menunjukkan wajah sombongnya. Ingat kata Rana, jika dirinya memiliki wajah yang judes dan sombong, tidak pernah tersenyum dan terkenal arogan. "Mama … " panggil Rania. Grace tersenyum, dia pun menuju majalahnya dengan cepat dan menyambut kedatangan Rania dengan senang. Wanita itu bangkit dari duduknya dan memeluk Rania dengan erat."Akhirnya kamu datang." kata Grace, dan Rania pun hanya mengangguk. "Duduk dulu ya, Mama pengen ngomong sama kamu." lanjutnya. Duduk manis disamping Grace, Rania lebih memilih menatap sekeliling rumah ini dan memastikan jika ayah tirinya yang gila itu tidak ada di rumah. Dan nyatanya memang benar, rumah ini kosong hanya ada ibunya dan juga para pembantu. Rania kembali menatap Grace dengan
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Chapter-116

"Selamat malam, apa Ranaw ada di sini?" tanya Bagas. Ya, setelah tahu Tania tidak ada dirumah. Apalagi Kara yang memutuskan untuk tinggal satu malam di rumah Selena, Bagas pun meminta mbok Atun untuk menjelaskan kepergian Rania. Untung saja Mbok Atun tahu, jika Rania akan bertemu dengan ibu dan ayahnya. Awalnya Bagas berpikir jika Rania masih ada dirumah ibunya. Tapi yang ada Abrisam malah meminta Bagas untuk mengantar dirinya pergi ke rumah ayah kandung Rania, karena Abrisam berpikir jika Rania pasti ada disana. "Abri … masuk dulu, Rania baru saja pergi mandi." Abrisam mengangguk, begitu juga dengan Bagas yang langsung menuntun Abrisam untuk masuk ke rumah ini. Pria itu belum hafal jalan rumah ini agar tidak nabrak. "Bos kita–" "Kamu bisa pulang, Gas." usir Abrisam. Mata Bagas mendelik sempurna mendengar ucapan Abrisam barusan. Bahkan dia juga meminta Abrisam untuk mengulanginya kembali. Jika pria itu baru saja mengusirnya Tentu saja dengan kan yang Abrisam meminta Bagas untu
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Chapter-117

Rania nampak gelisah tidur di samping Abrisam. Dia memikirkan banyak cara untuk menghadapi tetangganya besok. Sudah dipastikan jika.besok akan menjadi berita terheboh di sepanjang jalan rumah Rania. Bergerak kesana kemari, dengan pelan, agar tempat tidur ini tidak berbunyi, Rania pun terkejut melihat Abrisam.yang bergerak cepat dengan mata terpejam menghadapi dirinya. Wanita itu tersenyum simpul, merubah posisi duduknya juga menghadapi Abrisam. Tangannya terangkat menyentuh pipi pria itu dan mengusapnya dengan lembut. Kegelisahan itu pergi, digantikan dengan ketakutan yang luar biasa. Mungkin besok dia masih bisa mencari alasan untuk menghadapi tetangganya yang suka bergosip. Lalu bagaimana nantinya Rania menghadapi dunia, ketika Abrisam tahu siapa dirinya dan memilih pergi? Menarik nafasnya dalam, air mata Rania tiba-tiba saja turun dengan perlahan. Perasaan ini tak seharusnya sama, dan tak seharusnya Rania merasakan hal yang mengerikan ini. Dan tak seharusnya juga Rania menaruh h
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Chapter-118

Keesokan lagunya, Adhitama gelisah ketika membuka pintu rumahnya. Ini sudah jam sembilan pagi dan tidak ada tanda-tanda pintu kamar Rania terbuka. Sebenarnya Adhitama curiga dengan apa yang mereka lakukan, semalam Adhitama juga tidak mendengar suara apapun dari kamar Rania. Meskipun Adhitama sampai menempelkan telinganya di dinding samping kamar Rania. Adhitama membuka pintu rumah ini dan terkejut melihat sebuah mobil hitam terparkir indah di depan rumahnya. Belum lagi para tetangga yang sudah ada yang bergerombol di samping mobil itu dengan berbisik. Pria itu keluar dengan tarikan nafas yang dalam. Hal ini pasti akan terjadi, dan jika Adhitama tidak angkat bicara akan ada banyak opini dari mereka tentang Rania dan juga Abrisam. Mendekati mobil itu dan mengetuk kaca mobilnya, Adhitama pun menyapa satu persatu tetangga yang melewatinya. Hingga tak lama kaca mobil ini pun turun dengan perlahan, menunjukkan wajah bantal Bagas. "Nak Bagas semalaman tidur di mobil?" tanya Adhitama pela
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Chapter-119

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk mengingat semalam lagi di rumah Adhitama. Rania pergi ke pasar setelah berdebat dengan Abrisam hanya karena baju. Bagas yang selalu mengolok Abrisam karena tidur tanpa menggunakan baju. Sedangkan pria itu sudah menjelaskan jika kamar Rania itu panas, tidak ada pendingin ruangan maupun kipas angin. Itu sebabnya Abrisam tidur tanpa mengenakan baju apapun. Lagian, Abrisam juga tidak mungkin tega semalaman Rania tidak tidur hanya karena menjadikan buku sebagai kipas. Itu sebabnya Abrisam memilih tidur tanpa menggunakan baju. Tapi yang ada dipikiran Bagas itu bega cerita. Kata Adhitama, tempat tidur Rania itu sedikit menimbulkan bunyi jika bergerak. Jadi secara tidak langsung mereka bisa melakukan hal begitu di lantai, atau posisi berdiri di pojokan. Bisa jadi kan panas menjadi alasan Abrisam sebagai tutup, jika mereka juga sempat melakukan hal itu juga kan? "Bisa nggak punya pikiran bagusan dikit! Nama doang yang Bagus pikiran nggak!" dengus Abrisam
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Chapter-120

Malam hari, Rania mengajak Adhitama untuk bersama malam bersama di salah satu makanan lesehan yang tak jauh dari rumahnya. Memesan empat ayam dan juga empat gelas minuman manis, akhirnya Rania memutuskan untuk menyuapi Abrisam lebih dulu. Bukannya apa, Rania juga tidak tega jika harus membiarkan Abrisam makan sendiri dengan keadaan yang makannya saja harus menggunakan tangan. Takut salah makan dan salah ambil, belum lagi Abrisam juga tidak suka kol sab juga dedaunan. "Mas Abri lagi diet ya?" tanya Rania tanpa sadar.Beberapa hari ini dia memang melihat Abrisam ada sedikit aneh. Tubuh pria itu semakin hari semakin kurus, atau mingguan efek melihat Abrisam tidur tanpa menggunakan baju, makanya Rania bilang jika tubuh Abrisam sedikit kurusan. "Nggak. Kenapa?" tanya Abrisam heran. "Tubuh Mas kok kurusan sih. Atau aku yang–" menyadari arah ucapannya Rania pun menghentikan ucapannya. Ingat kata Abrisam, Bagas itu memiliki pikiran kotor yang luar biasa. Apa yang Rania katakan selalu saja
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status