Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti Suami Buta / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Pengganti Suami Buta: Chapter 101 - Chapter 110

142 Chapters

Chapter-101

Selena cemas-cemas harap, ketika melihat Rania pulang dalam keadaan pingsan. Abrisam meminta bantuan warga setempat untuk mengantar mereka pulang. Dan tentunya, warna juga kaget ketika lihat Abrisam yang tidak bisa melihat sama sekali. Untung saja tempat tinggal sementara ini tidak jauh dari pemukiman warga. Hingga beberapa warga mendatangkan bidan desa tempat ini untuk memeriksa Rania. Dalam hati, Selena berharap pingsannya Rania ini karena hamil. Tapi yang ada, bidan desa itu mengatakan jika Rania merasa lelah dan juga maag naik, itu sebabnya dia pingsan. Bukan karena tanda-tanda orang hamil. Bidan desa juga hanya menemukan satu nadi, perut Rania juga lembek. Tidak ada yang keras dibagian bawah. Mungkin memang belum saatnya Rania hamil. Selena sempat kecewa, pernikahan Abrisam dan Rania sudah terbilang cukup lama jika dihitung dari tanggal mereka menikah. Tapi sampai sekarang Rania juga belum hamil anak Abrisam. Apa dia tidak tahu, jika Selena sudah ingin sekali menggendong cucu
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Chapter-102

Leon tersenyum lebar ketika melihat rumah di depannya. Pria itu memutuskan untuk pergi ke puncak untuk menyusul Rania. Untung saja salah satu tangan katakan Leon cepat menemukan keberadaan Leon dan juga Abrisam. Dan sekarang jarak antara penginapan Leon dan juga Rania hanya berjarak dua rumah. Itu tandanya Leon bisa melihat Rania apapun yang wanita itu lakukan setiap harinya. Pria itu menarik kopernya untuk membawanya ke kamar, menata semua bajunya ke sebuah lemari kecil di ujung ruangan. Rumah ini tidak terlalu besar, hanya ada satu lantai dengan banyak penyekat ruangan. Dapur dan juga ruang tengah, dihalangi oleh satu bufet kaca tinggi yang tidak memiliki isi apapun. Lalu dari pintu dan sebelah kiri pintu, langsung ke ruang tengah. Depan rumah juga ada taman sedikit, dan juga teras yang minimalis yang indah. Leon keluar dari kamarnya, dia pun memutuskan untuk menikmati udara di puncak. Agak dingin, tapi tidak masalah. Menggunakan syal untuk menutup lehernya, Leon pun berjalan di d
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Chapter-103

Bangun lebih dulu, Rania pun memutuskan untuk membantu Mbok Atun memasak di dapur villa. Hari ini akan ada pertandingan sepak bola antara team Rania dan juga Selena. Ya, semalam Selena mengumpulkan seisi rumah ini untuk berunding. Selena menginginkan permainan selama mereka liburan, anggap saja hiburan sementara ini untuk menghibur Selena yang sempat kecewa dengan keadaan. Dimana Rania tidak kunjung hamil.Pagi ini dengan membuatkan nasi goreng telur mata sapi, Rania pun menatap semua masakannya di atas meja. Hingga satu persatu orang keluar dari kamar mereka, termasuk Abrisam. "Selamat pagi." sapa Rania ketika melihat Kara yang baru saja datang dan duduk. "Pagi Kak. Kita jadi main bolanya? Aku nggak jago loh." kata Kara. Rania mengangguk, "Jadi dong. Kamu team aku." Kara mengangguk, dia pun menatap Selena yang sudah siap dengan baju olahraganya. Begitu juga dengan para pria yang datang satu persatu dengan rasa malasnya. Rania langsung berlari kecil ke arah Abrisam, dan menuntunn
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Chapter-104

Suara peluit berbunyi dengan kencangnya. Satu persatu bola masuk ke gawang lawan dan mencetak gol. Permainan dimulai dua jam yang lalu, dimana team Kara dan juga Rania unggul dengan delapan poin. Sedangkan team Mbok Atun dan juga Selena unggul dengan lima poin. Susah dipastikan team Rania dan juga Kara yang memenangkan tantangan kali ini. "Astaga capek banget." keluh Rania dan duduk di samping Abrisam. "Seru mainnya?" tanya Abrisam bersemangat. Rania mengangguk, dia pun menerima satu botol minum yang diberikan Abrisam. Meneguk nya hingga setengah, Rania pun dengan iseng melempar bola itu ke sembarang arah. Hingga dia mendengar suara rintihan yang kencang. "Ehh siapa itu?" pekik Rania kaget. "Ada orang kah?" teriak Kata kencang. Rania menatap setiap penjuru arah, sambil mewanti-wanti jika itu adalah monster hutan, atau mungkin orang jahat. Selena dan yang lain pun bisa langsung kabur jika ada yang mau mencelakai mereka. Dan ternyata, orang itu keluar dari arah samping kanan denga
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Chapter-105

Kara menatap Rania yang mondar mandir di depannya dengan jengkel. Baju tipis itu bergoyang kesana kemari seiring mengikuti arah angin. Belum lagi disini ada tiga pria, yang otomatis juga pasti akan paham dengan situasi seperti ini. Wanita itu masuk ke dalam kamar penginapannya, mengambil beberapa potong baju miliknya lalu dia berikan pada Rania. Meminta kakak iparnya untuk mengganti bajunya yang lebih tebal. Lagian, Kara juga tidak ingin kakak iparnya itu sakit kembali. Jika kemarin kakak iparnya bisa sakit masih, mungkin saja setelah ini kakak iparnya bisa masuk angin. "Kamu serius minjemin baju ini buat aku, Kara?" tanya Rania memastikan. "Iya. Aku pikir-pikir takut Kakak sakit lagi aja." Rania melompat kegirangan layaknya anak kecil. Dia pun buru-buru mengganti baju tipisnya dengan baju tebal milik Kara. Tidak masalah kebesaran sedikit, toh Rania juga suka baju dengan size yang besar. Tidak hanya itu, sangking senangnya dengan baju yang Kara bagi. Rania langsung menemui Abrisa
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Chapter-106

Leon pulang dengan perasaan kesal. Makan siang tadi membuat dirinya ingin sekali marah. Dia harus melihat kemesraan Abrisam dan juga Rania yang ditunjukkan di depan publik. Bisa dibilang sengaja membuat Leon marah. Pria itu masih ingat betul, jika dulu ketika Abrisam memiliki kekasih pria itu tidak seperti ini dengan kekasihnya dulu. Bahkan kebanyakan kekasih Abrisam sekali mengeluh memilih kekasih macam Abrisam yang terkesan cuek dan tidak peduli dengan kekasihnya. Itu sebabnya mereka lebih suka menjalin hubungan dengan Leon karena apa yang mereka dapatkan selalu ada di diri Leon. Perhatian, kasih sayang, dan waktu. Empat hal yang selalu diinginkan wanita ketika memiliki kekasih.Duduk di sofa cream pria itu menatap langit-langit rumahnya dengan mata terpejam. Dalam bayangannya, Leon membayangkan ucapan Rania yang dia dengar tadi. Permainan memakan permen, menjilatinya hingga menggigit. Entah kenapa Leon membayangkan hal yang mengarah pada adegan dewasa. Dimana Rania yang mulai memai
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Chapter-107

Melihat Rania yang berjalan sendiri, Leon pun langsung mendekatinya. Menepuk bahu wanita itu, hingga membuatnya terjangkau kaget. "Pak Leon … " ucap Rania. Leon tersenyum. "Kamu melamun ya." Alis Rania mengerut. "Nggak kok. Saya nggak melamun. Disini, Leon langsung menunjuk satu pohon besar yang berdiri di hadapan Rania. Jika saja Leon tidak menepuk bahu Rania, sudah dipastikan jika wanita itu akan menabrak pohon besar itu. Meringis adalah hal yang dilakukan oleh Rania. Dia tidak tahu jika ada pilih di hadapannya. Dan seingat Rania, pohon begini biasanya ada di pinggiran jalan. Dan Rania berjalan di … melihat arah jalannya Rania pun terkejut, dia tidak lagi berjalan di tengah jalan bebatuan ini. Lebih tepatnya Rania berjalan di pinggir dan nyaris masuk ke selokan. Mungkin benar kata Leon kalau pria itu tidak menepuk bahunya, sudah dipastikan kalau Rania akan menabrak pohon besar ini dan terjatuh. "Huft … terimakasih." kata Rania akhirnya. Setidaknya dia tahu rasa terimakasih pad
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Chapter-108

Sampai akhirnya Leon pun memutuskan untuk mengambil kuliah di luar negeri yang berbeda dengan Abrisam. Sejak saat itu Leon tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan Abrisam, mereka hanya kontak lewat email, social media saja. Yang Leon tahu juga dulu, wanita yang paling dicintai Abrisam itu hanya Starla, selebihnya Leon tidak tahu lagi. Dan jika Rania ingin tahu segalanya dan lebih tahu siapa Abrisam sebenarnya, harusnya Rania bertanya pada Bagas. Mereka tinggal dalam satu rumah dari kecil hingga dewasa. Ketika Abrisam kuliah di luar negeri pun Bagas juga ikut. Yang jelas, Bagas lebih tau segalanya daripada Leon. "Playboy juga ya mas Abri dulu." kekeh Rania. Leon juga ikut tertawa. "Ya gimana ya, namanya juga anak remaja kayaknya wajar aja deh. Kamu juga pasti mengalami hal yang sama." Kalau masalah itu tentu saja tidak. Rania tidak memiliki ke masih satu pun. Jangankan kekasih, dekat dengan satu pria saja Rania tidak pernah. Dia terlalu sibuk bersekolah hingga semua orang menganggap
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Chapter-109

"Pembahasan dari kemarin gak jauh banget dari permen. Itu sebenarnya permen apa sih!!" kata Bagas penasaran. Kali ini mereka hanya ada berdua, tanpa Rania dan juga yang lainnya. Semua orang mendadak pergi satu persatu dan meninggalkan penginapan, begitu juga dengan Rania yang kembali pergi bersama dengan Kara. Sejujurnya Bagas agak khawatir kalau Rania bertemu atau keluar dengan Kara. Wanita satu itu bar-bar dan suka berbuat banyak hal di luar nalar. Dan Bagas takut kalau Rania akan kepancing dan menuruti apapun yang Kara inginkan. Bukannya apa, Bagas sudah hafal bagaimana sifat Kara sejak dulu.Abrisam tertawa kecil. "Permen apa ya … kepo banget sih!!" "Bukannya kepo, Bri. Apa sih nggak paham, atau otak aku yang ngelag jauh banget." Entah kenapa hal itu membuat Abrisam tertawa kecil. Sampai detik ini Bagas selalu saja memiliki pemikiran yang jauh dari apa yang dikatakan Rania. Itu hanya permen tusuk, tapi kenapa pikiran Bagas jauh banget. Harusnya otak Bagas itu dicuci bersih den
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Chapter-110

"Selesai." kata Rania. Wanita itu baru saja meluruskan rambut Kara. Menyisir nya dengan lembut, Rania pun tersenyum. Jika saja rambutnya panjang mungkin akan seindah rambut Kara. Sayangnya rambut Rania tidak begitu panjang. "Rambut kamu bagus banget, lembut lagi pengen pegang terus." ucap Rania kembali. Kara membalik badannya, dia pun menatap Rania dengan tatapan sendu. Dia mengajak Rania ke kamar bukan sekedar untuk meluruskan rambutnya, tapi juga ingin berbicara banyak hal tentang perasaan. Kara tahu pernikahannya dengan Abrisam itu karena perjodohan, tapi apa dia percaya cinta itu datang karena terbiasa?Menjauhkan tangannya dari rambut Kara, Rania pun duduk di pinggiran tempat tidur Kara samb melipat selimut wanita itu. "Cinta itu datang karena terbiasa. Kalau kita bisa menerima takdir dengan baik, menempatkan diri dengan baik. Kita pasti menemukan cinta yang tepat." katanya. "Aku sama mas Abri memang dijodohkan, tapi aku tidak menutup kemungkinan kalau aku akan jatuh cinta de
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status