Semua Bab Istri Pengganti Suami Buta: Bab 81 - Bab 90

142 Bab

Chapter-81

Leon mengetuk tangannya di meja dengan gelisah, dia sendiri juga bingung dengan apa yang dia lakukan saat ini. Tidak mungkin jika dia datang terus menerus ke rumah Abrisam hanya karena ingin melihat istrinya. Yang ada Abrisam akan semakin curiga dengan kedatangan Leon setiap hari. Bangkit dari duduknya mengangik minuman kaleng, Leon pun mendesah. Nyatanya kulkas mini yang ada di dalam ruangannya tidak ada apapun alias kosong. Leon menutup pintu kulkas itu dengan membanting, menelpon seseorang untuk datang ke ruangannya saat ini juga. Hingga tak lama, orang yang dia telepon pun datang. Leon menunjuk kulkas mini miliknya dengan marah. "Kamu itu kerjanya ngapain aja!! Sampai ngebiarin kulkas saya kosong begitu hah!!" teriak Leon. "Maaf, Pak saya tidak tahu jika kulkas itu kosong." "Kamu mau saya pecat, hah!!" Orang itu memohon agar tidak dipecat dari kantor ini. Kalau dia keluar dari kantor ini, dia mau bekerja dimana? Sedangkan hanya ini satu-satunya penghasilan yang orang itu dapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Chapter-82

Abrisam diam, dia pun memiringkan kepalanya sedikit untuk mengenali suara, yang tak lain adalah suara Leon. Dia sudah bereaksi itu tandanya Abrisam harus diam dan menikmati pertunjukan Leon. "Aku pikir aku salah mobil." katanya tertawa kecil. "Ternyata benar, itu kamu Abrisam." lanjutnya penuh dengan percaya diri. Ah, tidak salah orang. Hanya saja Leon tahu jika itu adalah Abrisam, dia sengaja mengikutinya karena melihat Rania yang memilih banyak bumbu dapur. Awalnya Leon berpikir jika dia belanja sendiri, agar Leon bisa melaksanakan aksinya untuk merebut wanita itu. Tapi waktu ingin mendekat, Leon malah lihat Bagas yang mulai mendekati Rania dan juga meminta Rania untuk kembali berjalan di samping Abrisam. Dalam pikiran Leon hanya satu, apa Rania tidak malu keluar dengan Abrisam yang buta? Bahkan jika Leon ditakdirkan menjadi wanita dan harus menikah dengan Abrisam yang buta, lebih baik dia melajang seumur hidup. "Tentunya kamu tau Leon kalau ini mobil ku. Aku bahkan belum ganti m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Chapter-83

Lagi!! David kembali mengirim pesan pada Rania untuk menemuinya di suatu tempat. Rania harus beralasan pada Abrisam dan juga Bagas, jika dia akan pergi sebentar membeli sesuatu. Dan disinilah Rania, duduk di pingsan jalan seperti orang bodoh hanya menunggu ayah tirinya datang. Setengah jam telah berlalu, Rania susah terlalu lelah menunggu David di sini. Antara duduk hingga jalan pun Rania lakukan, agar tidak bosan ketika menunggu seseorang.Bahkan ketika Rania ingin pergi, sebuah mobil berwarna merah hitam terparkir indah di samping Rania. Mobilnya cukup bagus dan Rania yakin jika harga mobil itu setara dengan harga rumah. Mencoba untuk tersenyum ketika David turun, Rania pun segera menghampiri ayah tirinya. "Ada apa Om?" tanya Rania pada intinya.David tersenyum, "kita bahas di situ saja." Rania menurut, dia pun mengikuti langkah kaki David hingga menemukan satu tempat duduk yang lumayan jauh dari jalan raya. Perasaan Rania tak menentu, dia merasa akan terjadi sesuatu padanya. Wa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Chapter-84

Kembali ke rumah, Rania hanya membeli satu kotak donat dengan banyak rasa kecuali matcha. Dia tidak suka rasa matcha yang aromanya sangat menyengat. Rania menata satu persatu donat di atas piring putih dengan corak bunga. Wanita itu tersenyum, setelah ini dia akan menikmati donat bulat bersama dengan Abrisam. “Mbok Atun, lihat Mas Abri nggak?”Mbok Atun yang sedang membereskan vas bunga pun menoleh, “Nggak lihat Non, tadi ada di ruang tengah.Rania mengangguk, dia pun akhirnya berkeliling rumah ini untuk mencari keberadaan Abrisam. Dan nyatanya pria tu hanya berdiri di tengah-tengah taman belakang dekat dengan kamar mandi. Rintikan hujan mulai turun, dan Abrisam masih ada disana.“Mas Abri … udah mau ujan, ayo masuk.” teruak Rania. Abrisam menoleh sejenak dia pun tersenyum. “Kamu aja yang kesini.”“Nanti sakit loh Mas.”“Udah ada dokternya, nggak mungkin sakit.” Mau tidak mau Rania pun mendekat, berniat untuk menarik Abrisam agar tidak terkena air hujan. Yang ada pria itu malah men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Chapter-85

Selena terus berdehem melihat Abrisam dan juga Rania duduk berdua. Tadi, dia sempat mengintip apa yang Abrisam lakukan di bawah derasnya hujan bersama dengan Rania. Entah apa yang mereka bahas, nyatanya Selena tak bisa mendengar dengan jelas suara mereka. Suaranya terlalu kecil, sehingga yang lebih dominan itu suara hujan, yang datangnya keroyokan. Dan sekarang rania harus melihat hidung Abriam yang memerah, wajahnya sangat pucat. karena selama ini Selena selalu melarang abrisam untuk hujan-hujan. bahkan Selena juga khawatir jika Abrisam kembali ingat masa lalunya sebelum buta. malam itu malam yang mengerikan untuk Selena. Mobil Abrisam yang terbalik di tengah derasnya hujan. Selena yang berpikir jika Abrisam sudah tewas pun nyaris pingsan. namun, salah satu suster yang menolong pun memberitahu jika detak jantung Abrisam masih ada dan lemah. Buru-buru Selena meminta para suster untuk membawa Abrisam pergi ke rumah sakit, dia takut jika Abrisam meninggalkannya. Hanya Abrisam saja yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Chapter-86

Setelah menenangkan Abrisam di dalam kamar, Rania pun memutuskan untuk pergi membeli obat. Kata Selena, dia harus membeli obat flu dan juga tes kehamilan. Disini Rania dibuat bingung, ada banyak merek di depannya, dari yang paling murah sampai paling mahal. Rania tidak tahu merk mana yang paling bagus dan akurat.“Mbak sebentar ya, saya telepon mami saya dulu. Ini saya nggak tau kudu beli yang mana, soalnya mami yang suruh beliin.” kata Rania beralasan. Mbak-mbak di depannya pun tersenyum malu. Rania menjaga jarak, lebih tepatnya dia berdiri di depan pintu sambil memunggungi mbak-mbak tadi. Rania meminta Selena untuk memilih tes kehamilan mana yang bagus dan akurat. Ini pertama kalinya, dan Rania sama sekali tidak tahu merek yang bagus apa. Hingga selena meminta Rania untuk membeli yang batang, dimana bentuknya lebih tebal dengan monitor di tengah. Selena juga meminta Rania untuk membeli lebih dari dua, setidaknya kalau beneran hamil, untuk menyakinkan dia bisa menggunakan tes keham
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Chapter-87

Masuk ke dalam kamar, Rania pun langsung menghampiri Abrisam yang duduk di pinggiran ranjang. Wanita itu mendekat, mengupas satu obat dan dia berikan pada Abrisam. "Diminum dulu Mas, biar sakitnya ilang." kata Rania. Abrisam menurut, dia mengadakan tangan ke udara, dan meminta Rania untuk menaruh pil obat sakitnya di telapak tangan Abrisam."Besok-besok, jangan ujan-ujan lagi kalau gak tawar sama air hujan." pesan Rania. Abrisam hanya mampu tertawa kecil. "Tadi itu lagi pengen aja. Makanya ujan-ujan, taunya malah sakit." "Makanya kalau udah tau gak tawar kenapa cari penyakit sih Mas." Namanya juga tidak tahu, Abrisam ingin hujan-hujan tadi, tapi yang ada Abrisam malah jatuh sakit. Mungkin sudah terlalu lama, Abrisam tidak hujan-hujan. Dan terakhir hujan-hujan, ketika dia mengalami kecelakaan bersama dengan mantan kekasihnya. Meneguk pil yang sudah disiapkan oleh Rania. Abrisam langsung memposisikan dirinya tidur terlentang di atas kasur. Baru kali ini Abrisam hujan-hujan sakit,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Chapter-88

Keesokan harinya, Bagas baru saja keluar dari kamarnya. Hari ini Kara akan pulang, dan Selena meminta Bagas untuk menjemputnya. Sejujurnya Bagas agak malas jika harus menjemput wanita itu. Selain menyebalkan, dia juga perginya sudah seperti setan. bahkan ketika Bagas meminta supir lainnya atau Abrisam yang jemput. Pria itu malah beralasan akan pergi ke kantor bersama dengan Rania. Tentunya tidak ada pilihan Bagas lah yang akan berangkat menjemput Kara.Membutuhkan waktu tiga puluh menit, akhirnya Bagas pun sampai di bandara. Dia bisa melihat banyak orang yang menyeret koper mereka satu persatu, yang masuk ke dalam mobil pribadi mereka dan juga taksi. Disini Bagas juga bisa melihat banyaknya kamera yang mengarah pada pintu keluar bandara. Tentunya mereka akan meliput jika tahu kara pulang, atau mungkin mereka akan meliput artis pendatang?Berjalan pelan, Bagas pun berdiri di depan Kara. “Ehem … .”Kara mendongak menatap Bagas yang sudah berdiri di depannya. wanita itu bangkit dari dudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Chapter-89

Merentangkan kedua tangannya, Rania pun memutuskan untuk masuk ke dapur. Dia berjalan cepat ke arah tombol lampu dan menyalakannya. Mengambil bahan yang ada di lemari pendingin, tak lupa juga suara orang bertengkar cukup ketara di telinga Rania. Dia pikir itu adalah suara radio, tapi yang ada Rania kalau di kejutkan oleh Bagas dan Kara saling beradu mulut. Alias berdebat entah apa yang mereka debatkan. Rania ingin mendekat, tapi tepukan dari arah belakang membuat Rania terjongkat kaget. "Astaga ya Tuhan Mami, bikin kaget Rania aja." ucap Rania mengusap dadanya pelan. Alis Selena mengerut. "Rania? Siapa Rania?" Tersadar akan hal itu, Rania pun tersenyum canggung. Rania adalah namanya, banyak orang memanggilnya Rana dengan nama Rania. Tau kan nama Rana itu cukup asing bagi mereka sebut, untuk memudahkan mereka suka memanggilnya Rana dengan sebutan Rania. Disini, Selena mengangguk percaya. Mungkin apa yang dikatakan Rania adalah benar, itu hanya sebuah nama yang tidak ada urusannya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Chapter-90

"Mas … ." panggil Rania. Abrisam bangkit dari duduknya dia pun mengangkat tangannya, hingga yang Rania lakukan adalah meraih tangan itu dan membantunya berdiri dengan tegak."Udah pakai bajunya?" tanya Abrisam."Udah nih, aku pake jaket juga. Kalau dibuat tidur sih kayaknya nggak masalah Mas karena di dalam kamar. Tapi kalah dibuat keluar, mendadak aku malu sendiri. Terus aku pake jaket aja." jelas Rania sambil tertawa. Abrisam juga ikut tertawa. Dia pun menyodorkan dasi hitam pada Rania. Meminta wanita itu untuk memasangkan dasinya dengan benar. Untung saja Rania masih ingat cara mengikat dasi dengan benar. Coba kalah lupa, udah beda cerita. Memberi jarak antara dirinya dan juga Abrisam. Rania pun mulai fokus pada ikatan dasi di depannya. Namun, sepersekian detik berikutnya Rania malah dikejutkan oleh Abrisam yang tiba-tiba saja mendorong tubuhnya, dengan satu tangan kanan yang sudah menyentuh dinding samping Rania. Belum lagi, punggung Rania harus terbentur dinding itu dengan cu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status