Semua Bab Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!: Bab 241 - Bab 250

282 Bab

Semua Ada Imbalannya

Serin baru saja menyelesaikan tugas paginya—menyapu halaman, memastikan tak ada satu pun daun kering yang berserakan. Udara pagi begitu segar, tetapi ada sesuatu dalam rumah ini yang membuatnya tetap terasa pengap.Serin tidak peduli. Ia harus segera bersiap untuk mengantar Tristan ke sekolah. Sambil mengetukkan tongkat, Serin kembali ke kamar untuk mengganti baju dengan kemeja lengan panjang serta celana longgar. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai.Baru saja ia hendak meraih ponsel untuk memesan taksi, suara dingin menghentikan gerakannya. "Serin!"Suara itu berasal dari pintu kamarnya yang terbuka lebar. Berdiri di sana seorang wanita dengan wajah penuh keangkuhan, mengenakan daster sutra mahal. “Siapkan nasi goreng untuk Zico,” titah Nadya dengan nada melengking.Serin menoleh, wajahnya sedikit pucat. "Tapi, Ma … aku harus segera mengantar Tristan ke sekolah. Kalau terlambat, dia akan menangis." Nadya melipat tangan di depan dadanya, seolah tidak mau tahu. "Itu bukan urus
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bertemu Gadis dalam Mimpiku

Perasaan haru langsung menggenangi dada Serin. Untuk sesaat, ia hampir tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Dengan kondisi fisiknya yang terbatas, ternyata sebuah perusahaan besar bersedia memberinya kesempatan wawancara. Mata Serin berkaca-kaca, tetapi ia segera menguatkan suaranya agar tetap terdengar profesional. "Tentu saja, Bu. Saya bisa hadir," jawab Serin penuh semangat. "Baik, Ibu Serin. Wawancara akan diadakan di kantor pusat kami, lantai dua, ruang HRD. Kami tunggu kehadirannya.""Terima kasih, Bu. Saya akan datang tepat waktu."Panggilan berakhir, tetapi debar jantung Serin masih terasa begitu kencang. Berulang kali ia mengusap layar ponselnya, seolah memastikan bahwa panggilan itu bukan mimpi. Peluang ini… Ini adalah kesempatan yang sudah lama ia nantikan. Setitik cahaya yang mungkin bisa membawanya keluar dari belenggu rumah itu, dari bayang-bayang Nadya dan Zico.Tiba-tiba, dunia tidak lagi terasa begitu suram. Serin mengangkat wajah, tersenyum untu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Resah Tak Tentu Arah

Jevandro menggelengkan kepalanya pelan. Pastilah ini hanya halusinasi semata. Mungkin karena ia kurang tidur semalam, pikirannya menjadi terlalu liar, menciptakan kesamaan yang seharusnya tidak ada. Gadis muda ini—dengan rambut panjang yang tergerai lembut dan wajah yang menyimpan keheningan mendalam—mungkin hanya sekadar orang asing. Tidak ada hubungannya dengan mimpinya. Jevandro menarik napas panjang, lalu dengan cepat melepaskan genggamannya dari lengan gadis itu. Ia harus kembali fokus. Urusan perusahaan jauh lebih penting daripada memikirkan hal yang tak masuk akal.Tanpa menoleh lagi, ia memanggil Mateo, asisten kepercayaannya. “Mateo, kemari!”Mateo segera melangkah mendekat dengan sigap, sedikit bingung dengan perubahan ekspresi bosnya. “Ya, Tuan Jevandro?”Jevandro mengarahkan dagunya ke arah gadis itu. “Tanyakan apa keperluannya di Verdant Group. Pastikan dia mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.”Mateo mengangguk, meski di dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan. Men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Kandidat Misterius

"Silakan duduk," kata Bu Marisa, membimbing Serin dengan lembut ke kursi yang berhadapan dengannya."Apakah Anda membawa berkas lamaran?"Serin menggelengkan kepala. "Tidak, Bu. Saya langsung datang ke kantor tanpa sempat mampir ke rumah."Bu Marisa mengangguk mengerti. "Tidak masalah. Saya sudah membuka file lamaran Anda di laptop."Telinga Serin mendengar jari-jemari Bu Marisa yang mengetik di atas keyboard, disertai suara gesekan lembut mouse yang digerakkan. "Saya membaca di sini bahwa Anda adalah lulusan terbaik di SMA, dan menguasai tiga bahasa asing. Itu adalah pencapaian yang bagus.Serin menahan senyum. Ia jarang mendapatkan pujian, sebab sebagian besar orang lebih sering menyoroti keterbatasannya dibandingkan prestasinya.“Kenapa Anda tidak melanjutkan ke universitas?” tanya Bu Marisa ingin tahu.“Karena … saya mengalami kecelakaan dan kehilangan penglihatan, Bu. Saya sudah diterima di jurusan bisnis, tetapi saya mengundurkan diri,” ungkap Serin apa adanya. Bahu gadis itu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Wanita yang Berbeda

Di ruang CEO, Kenan duduk di balik meja kerjanya yang tertata rapi. Tumpukan berkas laporan tersusun di satu sisi, sementara laptopnya terbuka, menampilkan angka-angka serta grafik yang menjadi bagian dari laporan keuangan proyek yang sedang ia periksa. Alis lelaki itu sedikit berkerut, matanya yang tajam menelusuri setiap detail laporan dengan penuh konsentrasi. Sesekali, jemari Kenan mengetuk pelan permukaan meja, sebuah kebiasaan yang sering muncul saat pikirannya sibuk menganalisis sesuatu. Saat itu, notifikasi email berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Kenan sekilas melirik layar laptopnya dan membaca subjek email yang baru saja ia terima: "Kandidat Sekretaris"Pesan itu dari Gavin. Namun, Kenan mengabaikannya.Ia masih tenggelam dalam pekerjaan, memeriksa laporan yang tak kunjung habis. Bagi Kenan, urusan sekretaris baru bukanlah prioritas utama saat ini. Beberapa menit kemudian, suara ketukan terdengar di pintu ruangannya. Kenan tidak perlu bertanya siapa itu. Ia sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Lolos dari Tragedi

Serin duduk dengan tenang di dalam sebuah taksi yang melaju di antara hiruk-pikuk kota. Di sebelahnya, seorang bocah laki-laki duduk sambil memainkan botol air mineral, sesekali ia melihat ke luar jendela dengan tatapan polos. Tristan, keponakannya, baru saja dijemput dari sekolah setelah ia menyelesaikan wawancara di Verdant Group. Serin menoleh ke arah Tristan. Meski matanya tidak bisa melihat, ia bisa merasakan kehadiran bocah itu dengan sangat jelas—aroma khas anak-anak yang masih segar, suara napasnya yang tenang, dan gerakan kecil yang selalu membuatnya merasa nyaman. “Tristan, boleh Tante bertanya sesuatu?” tanya Serin memegang tangan kecil sang keponakan.Tristan menoleh, suaranya lembut dan penuh rasa ingin tahu. “Apa, Tante?”Serin menggigit bibirnya, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati. “Jika suatu hari nanti… Tante mengajakmu pindah ke rumah yang lebih sederhana, apakah kamu mau?”Tristan terdiam sejenak, lalu tanpa ragu mengangguk. “Mau, Tante. Aku akan ikut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Tak Ingin Berpisah

Jevandro tengah bersiap-siap di dalam kamarnya. Pagi ini, ia mengenakan kaus lengan panjang yang membalut tubuh tegapnya, dipadukan dengan celana jeans hitam. Ia terlihat sangat berbeda dari penampilannya yang biasa, ketika sedang menjadi CEO perusahaan. Setelah dirinya siap, Jevandro mengambil kunci mobil dan beranjak keluar dari kamar. Saat menuruni tangga menuju ruang makan, ia mendapati kedua orang tuanya baru saja keluar dari kamar. Langkah Suri terhenti begitu melihat putranya duduk lebih dahulu di meja makan. “Jevan, pagi-pagi begini kamu mau ke mana?” tanyanya dengan nada heran. “Aku sedang cuti, Ma. Aku akan mengantar Liora ke yayasan. Hari ini, dia akan berangkat bersama timnya ke luar kota," jawab Jevandro seraya menuang jus jeruk ke dalam gelas.Suri mengangguk paham, lalu tersenyum lembut. “Mama hampir lupa. Kalau begitu, tunggu sebentar. Mama sudah menyiapkan satu tas penuh kue untuk Liora dan teman-temannya.”“Terima kasih, Ma,” ucap Jevandro,Romeo, yang sejak tad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Sang Dokter Muda

Jevandro berdiri sendirian di terminal kedatangan. Tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, sementara matanya terus mengawasi pintu otomatis yang sesekali terbuka, memperlihatkan para penumpang yang baru saja turun dari pesawat. Suasana bandara pagi ini cukup ramai. Orang-orang berlalu lalang dengan koper mereka, beberapa di antaranya bertemu keluarga yang menyambut dengan pelukan hangat.Jevandro menghela napas perlahan. Sudah hampir satu tahun sejak terakhir kali ia melihat adiknya, Rakyan. Waktu itu, mereka hanya bertemu sebentar ketika Rakyan kembali ke kota ini. untuk menghadiri ulang tahun pernikahan orang tua mereka. Ia melirik arlojinya. Setengah jam hampir berlalu, tetapi Rakyan belum juga muncul.Dan tepat pada saat itu, di antara kerumunan yang keluar dari pintu kedatangan, Jevandro menangkap sosok yang begitu familiar.Seorang pria muda tampan dengan jaket cokelat dan kacamata hitam, berjalan santai sambil mendorong koper hitam. Rambut tebalnya sedikit berantakan, teta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Tebar Pesona

Di balik kemudi, Jevandro melirik adiknya yang duduk di kursi penumpang. Rakyan terlihat tidak sabar, sesekali menoleh ke luar jendela, matanya berbinar seperti anak kecil yang akhirnya pulang ke rumah setelah lama merantau. Di luar, matahari semakin meninggi, membingkai cahaya menyilaukan yang terpantul di kaca jendela mobil.Begitu mobil mendekati gerbang besar mansion keluarga Albantara, para penjaga segera bergerak. Salah seorang dari mereka mengenali mobil Jevandro, dan langsung memberi tanda kepada rekannya. Gerbang tinggi itu perlahan bergerak, menciptakan derit lembut yang seolah menyambut kedatangan dua putra keluarga Albantara.Rakyan tersenyum lebar. Matanya menelusuri bangunan megah di depan sana, halaman luas yang rindang dengan ari mancur kecil, tanaman hias dan bunga-bunga yang telah menjadi bagian dari masa kecilnya."Akhirnya, aku pulang juga," gumam Rakyan, lebih kepada dirinya sendiri. Sedangkan, Jevandro yang mendengar hanya tersenyum simpul. Mobil itu terparkir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Kesan Pertama yang Memalukan

Jeandra melajukan mobilnya perlahan, saat gerbang Pradipta Group tampak di hadapannya. Gedung berlantai sepuluh yang berdiri di tengah pusat bisnis itu, menjulang tinggi dengan struktur beton yang kokoh. Pintu gerbangnya dijaga ketat oleh beberapa petugas keamanan berseragam hitam, menunjukkan bahwa tempat ini bukanlah perusahaan sembarangan. Ketika mobilnya mendekat, salah seorang petugas keamanan melangkah maju, mengangkat satu tangan untuk memberi isyarat agar Jeandra berhenti. "Selamat pagi, Nona. Siapa nama Anda dan ada keperluan apa?" tanya petugas itu. Buru-buru, Jeandra meraih kacamata tebal berbingkai hitam yang sudah ia siapkan sebelumnya. Sekali lagi, ia memastikan bahwa rambutnya tetap rapi dalam kuncir ekor kuda sederhana.Perlahan, ia menurunkan kaca jendela dan menampilkan senyumnya yang ramah. “Saya Jeandra. Kandidat sekretaris yang akan mengikuti wawancara hari ini.”Sambil berkata demikian, Jeandra menyerahkan kartu identitas yang telah dipersiapkan. Petugas ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status