All Chapters of Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!: Chapter 251 - Chapter 260

272 Chapters

Sekretaris yang Menderita

Sebelum Jeandra sempat menjawab, suara langkah kaki lain terdengar mendekat dari arah belakang. “Kenan, aku baru saja akan mencarimu.”Jeandra menoleh, dan menatap pria berkacamata dengan setelan jas hitam yang berdiri di dekat mereka. Ia menebak bahwa pria tersebut adalah Gavin, asisten Kenan yang akan mewawancarai dirinya sebentar lagi.Gavin tampak sedikit terkejut melihat Jeandra dan Kenan dalam jarak sedekat ini, tetapi ia segera menutupi ekspresi itu dengan profesionalisme. "Ah, Nona Jeandra. Anda sudah datang. Perkenalkan, saya Gavin," katanya dengan sopan, lalu melirik ke arah Kenan sejenak, seperti menunggu reaksi pria itu. Jeandra menelan ludah. Jadi ini benar-benar Kenan, CEO Pradipta Group, target utama dari misi pentingnya.Kenan pun mengalihkan pandangan dari Jeandra, lalu memandang Gavin dengan ekspresi yang sama dinginnya. "Pastikan dia benar-benar memenuhi kualifikasi," titahnya pendek, sebelum melangkah masuk ke lift.Jeandra tetap berdiri di tempatnya, menga
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Pembawa Keberuntungan

Jeandra berjalan dengan langkah tergesa menuju parkiran basement. Setibanya di mobil, ia membuka pintu dengan cepat lalu duduk di kursi pengemudi. Tangannya segera melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidungnya, lalu mengurai rambut panjangnya ke bahu.Dengan terampil, Jeandra melepas ikatan rambutnya dan meraih sisir dari dalam tas. Setelah merapikan diri dan membenahi riasan di wajahnya, Jeandra menyalakan mesin dan melajukan kendaraan beroda empat itu meninggalkan gedung Pradipta Group.Perjalanan menuju mansion terasa lebih panjang, mungkin karena ia tidak sabar lagi untuk bertemu dengan sang adik. Begitu gerbang mansion terbuka, Jeandra memarkirkan mobilnya lalu turun dengan langkah ringan. Tujuan utamanya adalah ke ruang makan, di mana aroma makanan yang lezat tercium dari kejauhan. Senyum Jeandra mengembang kala menangkap pemandangan yang begitu akrab—kedua orang tuanya, Jevandro, dan Rakyan yang sedang duduk mengitari meja makan.Tanpa berpikir panjang, Jeandra ber
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

Jaga Cinta Kita Selalu

Tak terasa, empat hari sudah berlalu sejak Liora pergi untuk menjalankan tugas mulia. Empat hari yang terasa begitu lama bagi Jevandro. Untung saja kepulangan Rakyan ke mansion, bisa sedikit mengisi kekosongan hari-harinya tanpa sang kekasih.Suasana masih begitu sunyi, ketika Jevandro terbangun oleh dering ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dengan mata masih setengah terpejam, ia meraih benda pipih itu, dan melihat nama yang tertera di layar—Liora. Seketika, rasa kantuk Jevandro lenyap. Senyum lelaki itu mengembang, semangatnya bangkit hanya dengan melihat nama calon istrinya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menggeser layar untuk menerima panggilan. "Baby," sapa Jevandro dengan suara masih sedikit parau.Dari seberang, terdengar suara lembut Liora, seperti alunan melodi yang sudah lama ingin didengarnya. "Maaf, Sayang, aku mengganggu tidurmu sepagi ini. Aku hanya ingin memberitahu, kalau setengah jam lagi aku akan pulang ke kota Velmora.”Mata Jevandro sontak terbuka leba
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Duka Cita yang Menghancurkan

"Terima kasih, Bu Marisa. Saya pasti bekerja semaksimal mungkin untuk perusahaan,” balas Serin tak mampu menyembunyikan rasa bahagia. Bisa terpilih di antara sekian banyak pelamar, adalah sebuah karunia yang patut ia syukuri. “Senin nanti, Anda harus membawa fotokopi KTP dan rekening bank atas nama Anda sendiri. Selain itu, datanglah dengan pakaian yang rapi dan profesional, rambut disanggul rapi ke atas, sesuai dengan standar penampilan dari staf call center Verdant Group.”"Baik, Bu. Saya akan menyiapkannya." Serin mengangguk, meskipun ia tahu lawan bicaranya tak bisa melihat.“Kalau begitu, selamat bergabung dengan Verdant Group. Saya tunggu kedatangan Anda Senin nanti.”Begitu panggilan berakhir, Serin menurunkan ponselnya perlahan, masih belum sepenuhnya percaya bahwa apa yang ia dengar adalah kenyataan. Ia diterima bekerja di perusahaan besar.Air mata haru mulai menggenang di sudut mata Serin. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa dunia tak pernah berpihak padanya. Namun, har
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Jangan Sentuh, Liora!

Jevandro menoleh dengan gerakan lambat, tatapan matanya masih kosong. Suaranya bergetar ketika akhirnya satu kata terlontar dari bibirnya, begitu lirih tetapi penuh luka. "Liora.…”Hanya nama itu yang mampu ia ucapkan. Satu nama yang selama ini mengisi hatinya. Satu nama yang selalu ia bayangkan akan menghabiskan sisa hidup bersamanya. Rakyan tertegun. Ia menunduk, mengambil ponsel Jevandro yang masih tergeletak di meja. Layar ponsel itu telah gelap, panggilan sudah terputus. Tanpa banyak berpikir, Rakyan mencari nomor terakhir yang baru saja menghubungi Jevandro, kemudian menghubungi nomor tersebut dengan ponselnya sendiri. Nada sambung terdengar beberapa kali, sebelum suara serak dan penuh kesedihan menyapa dari seberang. "Halo, siapa ini?”"Om Kenzo, saya Rakyan. Apa yang sebenarnya terjadi?" sapa Rakyan sedikit bergetar. Perasaannya dipenuhi oleh firasat buruk.Terdengar helaan napas berat di seberang sana. Ada jeda panjang, seolah kata-kata itu begitu sulit untuk diucapka
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Tidak Akan Pernah Mencintai Lagi

Seperti singa yang terluka, Jevandro menuju pintu ruang operasi yang tertutup rapat. Lampu merah masih menyala, pertanda bahwa prosedur sedang berlangsung. Namun, ia tidak peduli sama sekali.Dengan mata memerah dan napas terengah-engah, lelaki itu mengangkat tangan dan menggedor pintu dengan keras."Buka pintunya! Jangan sentuh, Liora!"Jevandro tidak ingin menerima kenyataan ini. Tidak sekarang, maupun selamanya. Amarah bercampur kesedihan membuat Jevandro lepas kendali. Ia mengangkat kakinya, mencoba menendang pintu operasi sekuat tenaga. Buru-buru, Rakyan menariknya ke belakang, menahannya supaya sang kakak tidak berbuat semakin nekat.“Sabar, Kak. Jangan seperti ini.”Namun, Jevandro tetap meronta-ronta. “Tidak boleh ada yang mengambil Liora dariku! Liora masih ….”Kalimatnya terputus oleh isakan. Tiba-tiba, Jevandro terhuyung dan jatuh berlutut di depan pintu ruang operasi, dadanya naik turun, bahunya berguncang hebat. Melihat kondisi Jevandro, Kenzo bergegas mendekat. Ia men
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Kesedihan yang Tak Mau Pergi

Meski langit mulai gelap, Jevandro masih bersimpuh di depan makam Liora. Rasa kehilangan menekan dadanya begitu kuat, membuat lelaki itu sulit untuk bernapas. Butiran tanah yang terselip di jari-jarinya terasa nyata, mengingatkan Jevandro bahwa sang kekasih telah meninggalkan dunia fana. Rakyan dan Jeandra berjongkok di samping Jevandro, wajah mereka penuh iba. "Jevan," suara Jeandra lirih, hampir tak terdengar di antara suara desir angin. "Kita harus pulang." Jevandro tetap diam, matanya masih terpaku pada nisan di hadapannya, seakan berharap jika ia menatap cukup lama, keajaiban akan terjadi. "Kondisimu masih lemah, Kak," kali ini Rakyan yang berbicara. "Kakak harus istirahat." Jevandro menjawab dengan anggukan kepala. Ia tahu, tinggal di sini lebih lama pun tidak akan mengubah kenyataan. Dengan perlahan, ia menerima uluran tangan Jeandra yang menggenggam erat jemarinya, sementara Rakyan menopang bahunya dengan kokoh. Mereka bertiga berjalan meninggalkan area makam yang s
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Sengaja Bersembunyi

Tubuh Serin menegang. Ia tidak menyangka calon suami mendiang Liora akan semarah itu padanya. “A-aku tidak bermaksud melukai siapapun. Aku hanya menerima tawaran dari pihak yayasan,” jawab Serin. Suaranya melemah, nyaris seperti seorang anak yang tidak mengerti kenapa ia harus disalahkan atas sesuatu yang di luar kendalinya. “Aku mengerti, Serin. Tapi, pria itu sepertinya sedang kehilangan akal sehat.” Dara menegaskan, suaranya semakin cemas.Kemudian, gadis itu mencodongkan tubuh ke depan, supaya Serin bisa mendengar suaranya dengan lebih jelas. “Nanti saat penghilatanmu sudah pulih, kamu harus mengingat ciri-ciri pria itu. Dia berwajah tampan, bermata hazel, tingginya sekitar 180cm, dan penampilannya seperti eksekutif muda.”Serin mencoba membayangkan seseorang dengan ciri-ciri itu dalam benaknya. Namun, semuanya masih gelap. Yang terlintas di pikirannya, justru sosok seorang pria dewasa yang garang dan tak mengenal belas kasihan. “…dan kalau aku tidak salah dengar, namanya Jev
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Tak Bisa Lari Dariku

Suasana di ruang makan keluarga Albantara tampak tenang, tetapi samar-samar ada ketegangan yang menyelinap. Jeandra dan Rakyan baru saja turun dari lantai atas. Dengan langkah ringan, kedua kakak beradik itu duduk di samping Suri dan Romeo.Jeandra melirik sekeliling meja dan bertanya dengan nada heran, “Mama, Jevan belum turun?” Suri, yang tengah menuangkan susu ke dalam cangkir Rakyan, mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis.“Bukan belum turun, justru Jevan sudah pergi. Katanya mau jalan-jalan sebentar, lalu langsung ke kantor.”“Benarkah, Ma?” tanya Jeandra terkejut, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Rakyan ikut mengernyit, meletakkan sendoknya, dan menyandarkan punggung ke kursi. “Mama yakin dia pergi ke kantor? Kak Jevan masih terguncang dan kondisi emosinya belum stabil. Seharusnya, dia tidak boleh pergi sendirian,” ujar Rakyan. Ada nada cemas yang tak bisa disembunyikan dari suaranya. “Mama dan Papa tidak bisa mencegahnya,” ujar Suri pelan, jemarinya saling mengge
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Menyambut Terang yang Baru

Tak berselang lama, Jevandro memanggil Mateo melalu interkom. Begitu asistennya itu masuk, Jevandro memberikan sebuah instruksi tegas, tanpa memalingkan wajahnya dari layar.“Mateo, batalkan rencana mencari detektif.”“Maaf, Tuan?” tanya Mateo hati-hati, seolah tak yakin akan perintah yang baru saja keluar.“Kemarilah, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."Jevandro memutar laptopnya menghadap Mateo. Telunjuknya terangkat, menunjuk lurus ke arah foto yang masih terbuka di layar laptop. “Gadis itu yang kucari," katanya lirih, “dan, dia akan menjadi karyawan Verdant Group.”Mata Mateo ikut tertuju ke layar. Ia memandangi wajah yang sama—Serin Aurelia. Ia mengingat jelas bagaimana Jevandro menyelamatkan gadis itu di lobi kantor beberapa waktu lalu. Gadis yang buta, yang kini akan menjadi bagian dari perusahaan. Seketika Mateo mengangguk pelan. Namun, ada sesuatu yang terasa mengganggu benaknya—sorot mata Jevandro.Bukan hanya ketegasan yang ia lihat di sana, tetapi juga kobaran emosi y
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more
PREV
1
...
232425262728
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status