Semua Bab Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!: Bab 221 - Bab 230

282 Bab

Godaan di dalam Air

Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan apartemen. Romeo keluar lebih dulu untuk membukakan pintu untuk Suri. “Mau kugendong lagi ke atas?” tanyanya setengah menggoda.Suri tertawa kecil. “Tidak perlu. Aku baik-baik saja.” Sambil bergandengan tangan, keduanya berjalan berdampingan memasuki lobi. Begitu mereka sampai di unit apartemen, langkah Suri langsung tertuju ke kamar, hatinya berdebar penuh kerinduan. Di sana, dua bayi kembar mereka, Jevandro dan Jeandra, sedang menyusu dari botol yang berisi ASI perah. Mata mungil mereka yang jernih berkedip-kedip saat melihat ibunya datang. Dengan mata berkaca-kaca, Suri mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi lembut bayi-bayinya. Ia bersyukur karena telah kembali dengan selamat. Dan, yang terpenting, ia bisa berkumpul lagi dengan kedua buah hatinya. Romeo berdiri di samping Suri, tersenyum melihat pemandangan indah itu. Rasa bahagia terus mengalir dalam hatinya, bagai aliran sungai yang tak pernah surut. Sungguh, keluarga k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Masih Saja Membenci Suri

Pagi hari di rumah sakit terasa begitu muram bagi Aira. Sejak membuka mata, ia tidak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan, ketika Nyonya Valerie menatap wajahnya dengan penuh kasih sayang, Aira tetap mematung, seakan suaranya telah hilang entah ke mana. Sorot matanya kosong, menatap lurus ke langit-langit kamar tanpa ekspresi. Nyonya Valerie mencoba mengajak Aira mengobrol tentang hal-hal kecil, berharap bisa membangkitkan semangat putrinya. Namun, Aira tetap diam, seolah jiwanya telah tercabut dari tubuhnya. Bibirnya tertutup rapat seperti seseorang yang telah bersumpah untuk tidak berbicara lagi. "Aira, Sayang, Mama di sini,” tutur Nyonya Valerie lirih.Tangannya terulur, mengusap punggung tangan Aira dengan penuh kelembutan. Namun, putrinya tetap bergeming, tidak menoleh, tidak menunjukkan tanda-tanda mendengar. Aira seperti berada di dunia lain. Hati perempuan paruh baya itu semakin perih saat menyadari penyebab utama kebisuan Aira. Semalam, Aira mengetahui kenyataan pahit yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Harapan yang Mulai Tumbuh

Romeo menatap ibunya yang masih termenung di kursi, sorot matanya kosong, seolah pikirannya mengembara entah ke mana. Ia bisa saja melanjutkan perdebatan, menumpahkan semua ketidakpuasan yang selama ini tertahan, tetapi itu tidak ada gunanya. Percuma berbicara dengan seseorang yang masih menutup hati, terlebih ketika suasana begitu rapuh. Alih-alih memperpanjang ketegangan, Romeo memilih mendekati ranjang tempat Aira terbaring. Gadis itu masih dalam posisi yang sama, kedua matanya terpejam dan napasnya teratur. Namun, gerakan samar di kelopak matanya mengisyaratkan bahwa Aira tidak benar-benar tidur. Romeo tahu adiknya mendengar setiap kata yang ia ucapkan tadi. Tanpa ragu, Romeo berlutut di samping brankar. Tangannya bertumpu pada pagar besi di sisi tempat tidur, menatap wajah pucat adiknya dengan penuh kelembutan. "Aira, bagaimana perasaanmu hari ini? Apakah ada yang tidak nyaman?" tanya Romeo penuh kesabaran.Tak ada jawaban. Seperti yang sudah ia duga, Aira tetap dalam kehenin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Permintaan Seorang Anak

Di samping tempat tidur Aira, Nyonya Valerie ikut memandang layar tak berkedip. Wajah bayi dalam gendongan Suri seakan menariknya kembali ke masa lalu, saat Romeo lahir di dunia. Tanpa sadar cairan bening menggenang di pelupuk wanita itu. Jevandro mirip sekali dengan bayi Romeo. Bahkan lekukan kecil di dagunya, cara matanya berkedip perlahan, dan ekspresi polosnya hampir sama. Hati Nyonya Valerie berdenyut nyeri. Dahulu, ia pernah menuduh bayi dalam kandungan Suri sebagai anak haram, meyakini dengan buta bahwa Suri telah mengkhianati Romeo. Namun sekarang, melihat bayi lelaki itu di layar, semua prasangkanya runtuh. Tidak ada kebohongan di sini. Tidak ada kesalahan yang dilakukan Suri. Yang berdosa justru dirinya—seorang ibu yang telah dengan mudahnya melontarkan tuduhan, tanpa sedikit pun memberi kesempatan untuk menjelaskan. Suri tampak menyerahkan Jevandro kepada pengasuh di luar layar, dan beberapa detik kemudian, ia kembali dengan bayi perempuan di gendongannya. “Dan ini,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Hilang Kewarasan

Di dalam apartemen yang nyaman, Suri telah menyelesaikan rutinitas malamnya. Usai memandikan dan menyusui si kembar, ia menyelimuti mereka dengan hati-hati, memastikan mereka tidur dengan nyenyak di dalam boks bayi. Jeandra menggeliat sedikit, sedangkan Jevandro tampak lebih tenang, terlelap dalam tidurnya. Suri menatap mereka penuh kasih. Hatinya menghangat saat menyentuh rambut Jevandro dengan ujung jari, lalu berpindah membelai pipi Jeandra yang terasa lembut seperti kapas. Kedua buah hatinya adalah keajaiban paling indah yang ia miliki.Puas memandangi Jevandro dan Jeandra, Suri lantas beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Ia sudah menghafal dengan baik kebiasaan suaminya. Romeo pasti lapar setelah menemani Aira di rumah sakit, dan sebagai istri, ia ingin menyambut kepulangan sang suami dengan makanan lezat. Dengan penuh perhatian, Suri mulai menata meja makan, menyajikan hidangan hangat yang telah ia siapkan sejak tadi. Baru saja ia selesai, suara pintu apartemen te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Kembalinya Sang CEO

Suri berdiri di depan lemari, tangannya terampil memilih kemeja dan jas untuk Romeo yang akan kembali bekerja, setelah satu tahun absen dari kantor. Ia harus memastikan bahwa suaminya tampil dengan sempurna pada hari yang istimewa ini. Romeo baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih lembap. Ia mengangkat satu alis, saat melihat istrinya begitu sibuk menyiapkan baju, bahkan lebih sibuk dari dirinya sendiri. Dengan ekspresi serius, Suri memeriksa satu per satu jas yang tergantung rapi. Keningnya sedikit berkerut saat menilai potongan dan warnanya. "Sebenarnya, kamu ingin aku terlihat seperti apa hari ini, hem?" goda Romeo dengan nada rendah, seraya mendekati istrinya yang tengah merapikan lipatan jas. Suri melirik sekilas, lalu tersenyum tipis. "Seperti seorang CEO yang kembali ke tahtanya, setelah sekian lama menghilang," ujarnya ringan.Usai menimbang-nimbang, Suri mengambil dasi cokelat tua dengan pola sederhana, kemudian menyamakan dengan kemeja cokelat muda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bayangan Kematian

Di gang sempit yang terhimpit antara bangunan tua dan rumah kontrakan sederhana, seorang pria berjalan tergesa-gesa. Ia mengenakan jaket hitam dengan topi yang sengaja ditarik rendah, menutupi wajahnya dari tatapan orang-orang yang mungkin mengenalnya.Udara di gang sempit itu terasa pengap, menyimpan aroma lembap dari tembok-tembok yang berlumut. Ivan berjalan dengan kepala tertunduk, sesekali menoleh ke belakang seperti seorang buronan.Pikirannya dipenuhi kecemasan yang terus menghantui, sejak ia melarikan diri dari apartemen. Tak ada tempat aman lagi baginya. Tak ada perlindungan.Di tangan lelaki itu, hanya tersisa uang lima puluh ribu rupiah—jumlah yang bahkan tak cukup untuk menyewa tempat persembunyian baru. Itu hanya bisa untuk membeli makanan hari ini, sekadar mengganjal perut yang sudah kelaparan. Ivan menelan ludah. Perutnya yang kosong berkontraksi, menciptakan rasa sakit yang merayap hingga ke dada.Ia berharap bisa menemukan warung murah di ujung gang, sekadar membeli
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Nenek dan Tante yang Baik

Suri menarik napas dalam-dalam, lalu mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Sejenak, ia memejamkan mata, meredam debar di dadanya yang meningkat dua kali lipat.Benar saja. Begitu pintu terbuka, Romeo berdiri di hadapannya dengan senyum cerah.Satu lengan Romeo melingkar di bahu Aira —adik perempuan yang selama ini dikenal Suri sebagai sosok angkuh dan penuh percaya diri. Namun, gadis yang berdiri di hadapannya bukanlah Aira yang ia kenal dulu. Tubuh Aira tampak lebih kurus, wajahnya pucat, dan matanya kehilangan binar kesombongan. Sekilas, Suri menangkap kelelahan yang menguar dari raut wajah gadis itu, seakan beban yang ia pikul terlalu berat untuk tubuhnya yang ringkih. Di belakang mereka, Nyonya Valerie berdiri diam. Tidak seperti biasanya, perempuan paruh baya tersebut sedikit menunduk, tak mengucapkan sepatah kata pun.Suri segera menyadari kecanggungan yang menyelimuti mereka. Dengan seulas senyum lembut, ia menyapa Aira dan Nyonya Valerie. “Silakan masuk, Aira, Mama Valeri
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Perjodohan Dini

Aura kebahagiaan terasa menyelimuti seluruh ruangan apartemen. Suri dan Romeo lantas mengajak Nyonya Valerie ke kamar mereka untuk melihat Jeandra. Langkah mereka terasa ringan, seakan-akan beban masa lalu telah terangkat dari bahu mereka.Setibanya di kamar, Suri dengan cekatan mulai mengganti popok Jevandro, dibantu oleh Romeo yang memegang botol bedak bayi. Mereka berbagi tawa kecil saat Jevandro meronta-ronta, kakinya yang mungil menendang udara.Di sudut ruangan, Nyonya Valerie duduk di samping Aira yang masih menggendong Jeandra. Diam-diam, ia merasa bersyukur karena putrinya telah menemukan kasih sayang dalam kehangatan seorang bayi.Tatapan mata Nyonya Valerie melembut saat ia membelai kepala Jeandra, merasakan ketenangan yang mengalir dari kulit lembut sang cucu. "Ini adalah kebanggaan terbesar bagi keluarga Albantara," gumam Nyonya Valerie terharu, matanya menatap Jeandra dengan penuh kasih. "Dua cucu sekaligus. Keluarga kita kini semakin lengkap."Aira mengangguk, air mat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Hanya Kamu yang Ada di Hatiku (Season 2)

Di ruang rapat utama Verdant Group, seluruh jajaran manajer dan dewan direksi telah duduk rapi, menunggu kedatangan pemimpin mereka. Presentasi dan laporan tahunan disiapkan dengan detail, dan para petinggi perusahaan nampak berbisik satu sama lain. Mereka membahas pencapaian luar biasa yang telah diraih perusahaan, di bawah kepemimpinan sang CEO muda.Jam digital di dinding menunjukkan pukul sembilan tepat, ketika pintu ruangan terbuka perlahan. Seorang pria tinggi dengan jas biru gelap melangkah masuk terlebih dahulu.Mateo, asisten pribadi sang CEO, memiliki perawakan tegap dengan rahang tegas. Matanya tajam seperti elang yang siap mengawasi segala situasi. Aura profesionalisme dan dedikasi terpancar dari setiap gerak-gerik lelaki itu.Tak berselang lama, sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul.Jevandro Albantara, CEO Verdant Group, melangkah masuk. Jas abu-abu tua yang terjahit sempurna, mempertegas posturnya yang tinggi dan atletis. Rambut hitam tebal serta bentuk hidung yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status