Semua Bab Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!: Bab 201 - Bab 210

285 Bab

Kamu, Pahlawanku

Setelah memastikan bahwa ketiga 'bayinya' telah tertidur pulas, Suri menghela napas lembut. Dua bayi kecilnya, Jevandro dan Jeandra, berbaring nyaman di box bayi mereka. Sementara satu bayi besar lainnya, yang tidak lain adalah sang suami, Romeo, terlelap di sampingnya. Suri tersenyum kecil, mengamati wajah ketiganya secara bergantian. Ada kemiripan yang begitu jelas di antara mereka—garis rahang, hidung mancung, bahkan ekspresi damai saat terlelap.Senyum Suri semakin merekah, hatinya terasa penuh dengan kebahagiaan. Mereka bertiga adalah hartanya yang paling berharga saat ini, sumber dari segala cinta dan kebahagiaan yang ia miliki.Jika ini hanya mimpi, ia tidak ingin bangun lagi.Lelah yang menggelayuti tubuh akhirnya menyeret Suri ke dalam tidur. Entah berapa lama ia terlelap di sisi Romeo, sampai ia merasa sesuatu yang hangat dan basah di lehernya. Kelopak mata Suri pun bergerak, sebelum terbuka perlahan. Ia terkejut melihat Romeo yang sedang menyurukkan wajah di lekuk leherny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Ancaman di balik Kegelapan

Tatapan Romeo bertemu dengan Suri, seolah mereka berbagi pikiran yang sama. Tak ingin mengganggu istrinya yang mungkin mendapat kabar serupa, Romeo memilih keluar dari kamar. Pria itu menutup pintu dengan hati-hati, agar tidak membangunkan bayi-bayi mereka. Suri menarik napas dalam-dalam, kemudian tanpa ragu, ia menekan tombol jawab. "Halo, Om Josua.”"Maaf mengganggu istirahatmu, Suri," suara Tuan Josua terdengar di ujung sana. "Aku ingin menyampaikan kabar penting."Jantung Suri berdegup lebih cepat. Ia merasakan firasat buruk menyelimuti pikirannya. "Tidak apa-apa, Om. Ada apa?" tanyanya, berusaha menjaga ketenangan walau telapak tangannya mulai berkeringat. "Barusan aku mendapat konfirmasi dari pihak kepolisian. Pelaku utama yang menabrak Romeo sudah tertangkap. Dia dibawa kembali ke kota Velmora untuk menjalani proses hukum.""Siapa dia?" tanya Suri sembari mencengkeram ponselnya erat-erat."Namanya Toni. Ia seorang kriminal bayaran yang sebelumnya memiliki catatan kejahat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Kejutan Bertubi-tubi untuk Nyonya Valerie

Dalam tidurnya, Aira bermimpi. Ia berdiri di tengah padang rumput luas yang luas, angin bertiup lembut mengibarkan helaian rambutnya. Namun, ada sesuatu yang aneh. Langit di atasnya gelap, jauh lebih gelap dari seharusnya. Dalam kesunyian, ia mendengar suara lirih. "Mama.…”Suara lembut itu terdengar samar, seolah datang dari kejauhan. Aira menoleh, mencari asal suara itu. Dan di sana, berdiri seorang anak kecil perempuan.Anak itu menatapnya dengan mata bulat besar, wajahnya tidak jelas, tetapi Aira bisa merasakan tatapan penuh kesedihan darinya. "Kenapa, Ma? Kenapa Mama membenci aku?"Aira terperangah. Dadanya terasa sesak. Ia mencoba berjalan mendekat, tetapi setiap langkah yang ia ambil justru membuat anak itu semakin jauh. “Tunggu, Mama tidak membencimu ... Mama hanya…," Aira berbisik, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Dan kemudian, dalam hitungan detik, seluruh dunia di sekelilingnya runtuh, jatuh ke dalam kehampaan. Aira tersentak bangun. Dadanya naik turun den
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Perempuan Mandul

Ruangan itu mendadak terasa sunyi di tengah percakapan yang belum tuntas. Tatapan tajam kedua polisi yang berdiri di ambang pintu, membuat jantung Nyonya Valerie berdegup lebih cepat. Perasaan tidak nyaman menjalari seluruh tubuhnya, seperti firasat buruk yang menggantung di udara. “Kami datang untuk menanyakan keberadaan Diva Adinda,” ulang salah satu polisi dengan nada serius. Nyonya Valerie mengerutkan dahi. “Ada apa dengan Diva?” Salah satu polisi menatapnya dengan ekspresi datar. “Saudari Diva telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tabrak lari terhadap Romeo Albantara.” Wajah Nyonya Valerie menegang. Matanya membelalak lebar, mulutnya sedikit terbuka tetapi tidak ada suara yang keluar. Ia sampai harus berpegangan pada dinding untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.“I-ini tidak masuk akal,” lirih Nyonya Valerie hampir berbisik. Ia menggelengkan kepala, napasnya tercekat di tenggorokan. “Apa Anda tidak salah menyebut nama? Diva tidak mungkin melakukan hal seperti itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Tidak Akan Lengah Melindungi Mereka

Di rumah Suri dan Romeo, suasana pagi itu dipenuhi kesibukan. Para bodyguard berlalu lalang, mengawasi setiap sudut dengan penuh kewaspadaan. Sopir Romeo telah datang lebih awal, membawa satu mobil tambahan yang sarat dengan perlengkapan bayi—tempat tidur bayi, kotak mainan, stroller, serta koper-koper besar berisi pakaian. Mereka sudah memutuskan untuk pindah ke apartemen Romeo —tempat yang lebih aman, dengan penjagaan ketat.Suri berdiri di tengah ruang tamu. Matanya mengikuti pergerakan para pekerja yang sibuk membereskan barang-barangnya. Romeo, yang sedari tadi juga mengawasi, sesekali membantu, memastikan semuanya terkemas dengan rapi. Dengan penuh kehati-hatian, Suri menggendong Jeandra, membenamkan wajah sesaat di rambut lembut bayi perempuannya sebelum melangkah menuju mobil. Di sisi lain, Romeo mengambil Jevandro dari baby sitter dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. “Sudah siap?” tanya Romeo, menatap istrinya penuh perhatian. Suri mengangguk, matanya menyiratka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Kagum Pada Kebaikan Hatimu

Romeo masih berdiri di dekat jendela, pikirannya melayang jauh. Hatinya terasa berat sejak menerima kabar dari Yonas. Entah mengapa bayangan wajah Aira yang tergolek lemah di rumah sakit terus mengganggu benaknya. Sementara itu, Suri masih duduk bersandar pada kepala ranjang sambil menyusui bayi kembarnya. Suara isapan kecil terdengar jelas di antara keheningan kamar. Ia sesekali membelai kepala kedua buah hatinya dengan penuh kasih sayang. Namun, Suri bisa merasakan bahwa sang suami tengah mencemaskan sesuatu. Tatapannya pun beralih, memperhatikan Romeo yang tampak gelisah. “Sayang, ada apa?"Suara Suri yang lembut membuat Romeo tersentak dari lamunan. Pria itu menekan bibirnya sebelum melangkah mendekati ranjang. Sorot matanya terlihat sendu, menyiratkan kesedihan yang tertahan. "Aira… sekarang berada di rumah sakit. Kondisinya kritis karena mengalami pendarahan," tutur Romeo lirih.Suri menghentikan gerakan jemarinya yang semula mengelus punggung Jeandra. Matanya melebar, det
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Murka - Dia Tidak akan Lolos

Romeo melangkah tergesa-gesa memasuki rumah sakit. Begitu melewati pintu utama, tatapannya langsung menyapu ruangan, mencari bagian informasi. "Permisi," suaranya terdengar tegas meski diselubungi ketegangan. "Saya mencari pasien atas nama Aira Albantara." Resepsionis, seorang wanita muda dengan seragam putih, segera meneliti layar komputer di hadapannya. Jemarinya bergerak cepat di atas keyboard, sebelum akhirnya ia mengangkat kepala. “Pasien Aira Albantara sedang menjalani operasi di lantai tiga. Anda bisa menuju ke sana dengan lift di sebelah kanan.” Tanpa menunggu lebih lama, Romeo segera berbalik, melangkah lebar menuju lift. Jemarinya menekan tombol dengan gerakan cepat, lalu ia masuk begitu pintu logam itu terbuka. Hatinya semakin berdebar, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan.Saat angka di panel menunjukkan lantai tiga, pintu terbuka, dan ia bergegas melangkah keluar. Pandangannya segera menangkap sosok yang amat ia kenal. Di depan ruang operasi, nampak sang ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Cara Mengalahkan Diva

Kamar apartemen masih terasa hangat setelah sesi penuh gairah yang baru saja mereka lalui. Ivan berbaring dengan satu tangan di belakang kepala, sementara Patricia menyandarkan tubuhnya ke dada pria itu, jari-jarinya dengan manja menggambar pola tak beraturan di kulitnya. “Sayang,” rengeknya dengan nada menggoda. “Aku lapar. Pesankan sesuatu untukku dari Restoran Steak House. Aku ingin makan sesuatu yang enak.” Ivan menghela napas panjang. Pikirannya tengah kalut dengan banyak hal, tetapi Patricia justru memikirkan makanan mahal. Ia menoleh sekilas, sebelum menggeleng. “Tidak usah dari sana. Kita makan di warung mie ayam dekat sini,” sahutnya santai.Dahi Patricia mengernyit, lalu bibirnya membentuk seringai meremehkan. “Serius, Ivan? Aku tidak mau makan di pinggir jalan yang kotor. Kenapa kita tidak makan di restoran yang lebih layak?” Ivan mengalihkan pandangan ke langit-langit. Ia tahu Patricia akan bersikap seperti ini, tetapi mau tak mau perempuan itu harus mulai memahami
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Penyesalan yang Terlambat

Lampu putih keperakan memancarkan sinarnya, menyelimuti suasana ruang observasi dengan kesan steril dan dingin. Romeo duduk di kursi dekat brankar. Kedua sikunya bertumpu pada lutut, sementara pandangannya tak lepas dari tubuh adiknya yang masih terbaring tak sadarkan diri. Di sebelahnya, Nyonya Valerie menangkupkan kedua tangan, jari-jari saling meremas dengan gelisah. Mata perempuan paruh baya itu terus mengawasi putrinya yang terlihat begitu pucat. Tiba-tiba, jemari Aira yang terkulai lemah itu bergerak sedikit.Romeo, yang sejak tadi penuh kewaspadaan, langsung menegakkan tubuhnya. “Aira bergerak, Ma.” Mata Nyonya Valerie membelalak. “Iya, Romeo. Cepat, panggil perawat!”Tanpa membuang waktu, Romeo segera menekan tombol panggil di sisi tempat tidur.Tak butuh waktu lama, seorang perawat bergegas masuk dan memeriksa kondisi Aira. Senter kecil diarahkan ke matanya, denyut nadinya dicek, sementara alat pemantau menunjukkan peningkatan respons.“Pasien sudah mulai menunjukkan tand
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Biarkan Aku Memelukmu

Tanpa ragu, Romeo mengangkat panggilan dari Suri di hadapan ibu dan adiknya."Halo, Sayang," ujar Romeo dengan lembut.Di seberang sana, suara Suri menyusup ke telinganya, tenang dan menyiratkan ketulusan. "Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaan Aira. Apakah operasinya sudah selesai?" Sekilas, mata Romeo melirik ke arah adiknya yang masih berbaring dengan wajah pucat. Sementara itu, Nyonya Valerie yang duduk di sisi ranjang tetap dalam posisi yang sama, merasa enggan untuk mendengarkan percakapan yang terjadi. "Sudah selesai. Aira juga sudah siuman," jawab Romeo, singkat tetapi cukup untuk menggambarkan situasi."Syukurlah," ucap Suri lirih. "Kalau kamu masih ingin menemani Aira, aku tidak masalah, Sayang. Makan malam dengan Raysa dan Kenzo bisa ditunda besok. Aku akan menghubungi mereka." Romeo menggeleng pelan, tatapannya kini terarah ke jendela kamar rawat yang menampilkan pemandangan senja."Tidak usah. Aku akan pulang satu jam lagi. Tunggu aku di apartemen." "Baiklah. H
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status