Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 171 - Chapter 180

324 Chapters

Bab 171

Begitu memasuki ruangan, Janice segera menyadari bahwa Malia yang tadi mengikutinya telah menghilang.Malia mungkin sengaja menghindar karena takut berhadapan langsung dengannya. Dia lebih memilih untuk muncul belakangan, berpura-pura berperan sebagai "sahabat baik" yang siap menyalahkan Janice saat situasi memburuk.Namun, ada satu hal yang Malia lupakan. Tanpa kehadirannya, Janice bebas mengarang sesuai keinginannya. Janice tersenyum sopan kepada suami Amanda. "Terima kasih, tapi saya merasa tetap perlu memberikan penjelasan."Suami Amanda melirik istrinya dengan cemas, lalu buru-buru berkata, "Nggak perlu dijelaskan, aku percaya padamu."Pernyataannya itu justru menimbulkan lebih banyak spekulasi di benak orang-orang."Nggak," Janice menjawab dengan lembut. "Saya bukan menjelaskan kepada Anda, tapi kepada Bu Amanda." Dia menatap Amanda dengan wajah memerah. "Gaun yang kupakai ini ... adalah imitasi."Orang-orang langsung terkejut mendengarnya.Janice melanjutkan dengan nada penuh ra
Read more

Bab 172

"Pakaian yang kamu beli sama dengan punya Amanda. Gimana kalau dia mengira kamu sengaja menantangnya? Itu sebabnya aku bilang pakaianmu ini imitasi. Aku sebenarnya lagi bantu kamu. Kalau kamu nggak suka, kita bisa pergi sekarang dan menjelaskan semuanya sama Amanda."Janice tahu Malia tidak akan berani mengambil risiko seperti itu.Benar saja, setelah beberapa detik terdiam, Malia mengubah nada bicaranya. "Janice, perutku rasanya nggak enak. Kamu bisa pergi ke resepsionis dan ambilkan obat untukku? Bawa ke ruang istirahat nomor 6, ya?""Oke, tunggu sebentar," jawab Janice dengan tenang."Iya, tolong cepat ya. Perutku benar-benar sakit," desak Malia."Ya, aku segera ke sana."Setelah menutup telepon, Janice berbalik dan berjalan keluar dari aula pesta.....Di sisi lainSera yang berdiri tidak jauh dari sana, menunggu momen saat Vania sibuk berbicara dengan teman-temannya. Dia lalu mendekati Jason dengan segelas anggur di tangan.Sambil mengangkat gelasnya, dia memberi isyarat kepada Ja
Read more

Bab 173

Janice terkejut dengan tindakan Jason yang semakin tidak terkendali. Semakin keras dia berusaha melawan, Jason terlihat semakin menikmati situasi ini.Akhirnya, gaun Janice perlahan melorot dari bahunya. Dalam kepanikan, dia berusaha menutupi tubuhnya, tapi Jason telah mencengkeram kedua pergelangan tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya.Tangan lainnya mencengkeram dagu Janice dengan lembut. Dia mendekatkan wajah mereka dan mencium Janice. Janice tidak kuasa menahan erangan kecil yang keluar dari bibirnya. Meski demikian, dia tetap menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menolak ciuman Jason yang lebih dalam.Mendengar suara tertahan itu, Jason malah semakin kehilangan kendali. Melihat wajah Janice yang merah merona dan penuh emosi, Jason menggigit bibirnya dengan lembut.Saat Janice tertegun sejenak, Jason berhasil menguasai bibirnya.Melalui pakaiannya, Jason bisa merasakan kehangatan kulit Janice. Namun baginya, itu masih belum cukup ....Janice merasa sulit bernapa
Read more

Bab 174

"Kumohon," ucap Janice dengan kesal."Hm?" Jason melanjutkan dengan suara yang serak dan memikat, "Bukannya kamu suka manggil aku Paman? Bilang, 'Paman, kumohon.'"Suara Jason yang hangat dan intim membuat wajah Janice semakin memerah.Tidak akan! Dia bersikeras untuk tidak menuruti permintaan itu, meskipun seluruh tubuhnya sudah mulai terasa lemah.Melihat Janice tetap diam, tangan Jason yang besar menyusuri pinggangnya, lalu bergerak perlahan ke atas dan menyentuh kulitnya dengan sengaja.Janice membelalakkan matanya. Rona merah menjalar dari wajahnya hingga ke seluruh tubuh. Perlawanan yang dia tunjukkan mulai goyah. Tubuhnya terasa lemas seperti tidak memiliki kekuatan untuk melawan.Akhirnya, dia menyerah."Paman, aku mohon padamu ...," katanya pelan.Tatapan Jason yang kelam sedikit melunak. Jari-jarinya menyentuh pipi Janice dengan lembut, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun akhirnya, dia memilih untuk tidak mengatakan apa pun.Dia melangkah mundur, lalu membalikkan tubuhnya,
Read more

Bab 175

Janice meringkuk di balik pintu dan mengintip melalui lubang intip untuk melihat situasi di luar.Amanda berada di depan rombongan dan berjalan dengan langkah penuh amarah hingga berhenti di depan pintu ruang istirahat nomor 6. Saat dia mengangkat tangan hendak mengetuk pintu, Vania segera maju dan menghentikannya.Dengan suara rendah, Vania berkata, "Bu Amanda, mengetuk pintu cuma akan memberi mereka waktu untuk merapikan diri. Kalau begitu, kita nggak akan punya bukti apa-apa. Anda sudah sebaik ini sama Janice, tapi dia malah seperti ini.""Apa Anda masih mau memberinya kesempatan untuk menjaga harga diri? Aku benar-benar nggak tahan melihat ini, jadi aku membawa kunci ruang istirahat untuk Anda." Setelah berkata demikian, Vania menyelipkan kunci ruang istirahat ke tangan Amanda.Amanda yang sedang diliputi emosi, kehilangan semua kendali. Dia memikirkan bagaimana suaminya dan Janice mungkin berkhianat di belakangnya, lalu bertindak tanpa berpikir panjang. Dia membuka pintu dengan ka
Read more

Bab 176

Begitu mendengarnya, semua orang terkejut. Namun, Amanda tetap terlihat tenang. Bahkan, dia tersenyum dingin dan membalas, "Kamu baru mengenalku ya? Sebelum nikah, kamu memujiku mandiri. Sekarang, kamu bilang aku terlalu mendominasi? Kenapa nggak bilang kamu terlalu lemah, sampai harus mencari martabat dari wanita?""Kamu ... pokoknya kita cerai! Aku nggak tahan lagi sama kamu!""Memang benar harus cerai. Tapi, kamu nggak boleh mengambil sepeser pun. Lagian, semua orang bisa bersaksi kalau kamu yang salah. Jadi, kalau masih punya urat malu, sebaiknya kemasi barang-barang kalian dan angkat kaki dari sini. Kalau nggak, aku bakal menuntut kalian mencuri dokumen penting studioku.""A ... atas dasar apa? Aku suamimu! Aku mau harta kita dibagi rata!" Wajah dan leher pria itu sampai memerah.Saat Amanda ingin menyuruh suaminya jangan mimpi, Vania tiba-tiba menyela, "Bu Amanda, tenang sedikit. Sebenarnya bukan cuma suamimu yang salah. Jelas-jelas kamu berjasa untuk Janice, tapi dia masih meray
Read more

Bab 177

Semua orang menatap Herisa dengan tercengang. Penampilan Herisa biasa-biasa saja, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Amanda yang selalu merawat diri. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh suami Amanda?Herisa mengeratkan pakaian di tubuhnya, lalu menjelaskan sambil menangis, "Bu, aku ... aku dijebak. Janice yang menyuruhku datang ke kamar nomor 6. Begitu masuk, tubuhku langsung panas. Setelah itu, aku nggak tahu apa yang terjadi."Semua orang menyaksikan dengan penasaran. Ternyata situasi masih bisa berbalik?Amanda mengernyit menatap Janice dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Janice menggeleng dengan bingung. "Bu, aku juga nggak ngerti kenapa Herisa bicara begitu. Kalaupun aku ingin menjebaknya dan menyuruhnya ke kamar nomor 6, di sini adalah kamar nomor 9."Usai berbicara, Janice menunjuk nomor di atas pintu. Terlihat angka 9 yang besar.Herisa menatap angka itu dengan tidak percaya. Seketika, dia teringat pada sesuatu dan menatap Janice lekat-lekat.Janice menyunggingkan bibirnya, la
Read more

Bab 178

Vania adalah jalur pintas bagi Malia untuk masuk kalangan atas. Dia tentu tidak akan mengambil risiko untuk orang seperti Herisa. Makanya, dia memberi tahu semuanya kepada Vania.Vania dan Malia pun bekerja sama. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tetap bisa melepaskan diri dengan mudah.Sayangnya, Herisa terlambat untuk memahaminya. Dia menatap Janice dengan enggan. "Kamu yang menukar nomor kamar. Gimana kamu begitu yakin aku bakal ke kamar ini?""Kamu terlalu percaya diri. Sejak kamu meletakkan fotomu bersama suami Bu Amanda di meja kerja yang begitu mencolok, aku tahu kamu akan datang untuk menikmati hasil karyamu," jelas Janice."Aku memang kalah, tapi kamu juga nggak menang." Herisa menyeringai. Bagaimanapun, masih ada Vania dan Malia.Setibanya di depan pintu, Janice berhenti dan meliriknya dengan dingin. "Kamu bukan targetku."Usai berbicara, Janice langsung pergi.....Di aula pesta, suasana hening saat Janice masuk. Vania merangkul Jason dan berdiri di tengah aula. Mereka s
Read more

Bab 179

Di mobil, begitu Jason dan Vania duduk, sopir yang memakai sarung tangan putih berbalik dan menatap Jason dengan agak malu. "Tuan, kalau bukan ke perusahaan, berarti aku lewat Jalan Huadi ya?""Ya." Jason merespons dengan singkat, lalu memejamkan mata untuk beristirahat.Vania baru menyadari bahwa sopir di depan adalah sopir baru. Dia bertanya dengan penasaran, "Kenapa tiba-tiba ganti sopir? Sopir baru pasti nggak tahu jalan."Jason yang memejamkan mata lantas menyahut dengan dingin, "Pelan-pelan juga hafal. Untuk apa mempekerjakan orang yang nggak bisa mengenali bos mereka?"Ekspresi Vania langsung membeku. Tangannya terkepal erat. Meskipun begitu, dia tetap tersenyum dan mengiakan. "Ya."Setelah itu, keduanya tidak berbicara. Sesampainya di rumahnya, Vania tidak berani berlama-lama. Setelah berpamitan, dia buru-buru turun dari mobil. Jason juga langsung pergi.Mungkin karena terlalu gugup, sekujur tubuh Vania terasa tidak nyaman. Dia merasa mual. Dia pun mendorong pelayan yang hendak
Read more

Bab 180

"Ka ... kamu pasti iri padaku! Suami sendiri saja nggak bisa dijaga!" Herisa membanting kardus di tangannya."Heh." Amanda tersenyum sinis dan langsung pergi. Dia malas meladeni Herisa yang membosankan ini."Apa maksudmu? Siapa suruh kamu pergi begitu saja?" Herisa berlari ke arah Amanda, tetapi Bella segera mengadang.Bella lantas memanggil, "Satpam, seret dia keluar. Sekaligus sampah-sampahnya itu."Dengan begitu, Herisa diseret keluar. Ketika melihat ini, Janice tidak merasakan apa pun. Lagi pula, semua ini akibat dari perbuatan Herisa sendiri.Saat menunduk untuk bekerja, Janice kebetulan melihat Vania yang duduk di sisi lain. Wanita itu menutup mulutnya dan tampak tidak nyaman. Ketika tidak ada yang memperhatikan, Vania bangkit dan pergi.Janice merasa ada yang aneh. Saat dia hendak mencari tahu, tiba-tiba ponselnya bergetar.[ Besok aku di rumah. Kamu datang ya? ][ Oke. ][ Aku buatkan makanan favoritmu. Datang lebih awal. ][ Oke. ]Janice tersenyum membaca pesan. Besok dia tid
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status