Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 151 - Chapter 160

320 Chapters

Bab 151

Amanda datang. Ketika melihat kekacauan di lantai beserta sketsa desain Vania dan Janice yang kotor, dia mengernyit.Sebelum ada yang berkomentar, Malia maju untuk menyalahkan Herisa dengan ekspresi kecewa. Dia mengadu, "Bu Amanda, Herisa menumpahkan kopi ke gambar Vania dan Janice!"Raut wajah Amanda menjadi muram. Dia menoleh dan melihat Herisa yang ketakutan.Herisa menjelaskan dengan wajah merah, "Bu Amanda, aku benar-benar nggak sengaja. Aku melakukan hal ini setiap hari dan nggak pernah terjadi kesalahan. Semua orang di sini bisa bersaksi untukku."Para rekan yang pernah mendapatkan bantuan dari Herisa segera membelanya."Bu Amanda, Herisa memang membantu menyiapkan kopi untuk semua orang setiap hari. Dia sangat hati-hati, nggak pernah melakukan kesalahan. Kejadian kali ini pasti nggak disengaja.""Herisa biasanya yang paling rajin bekerja dan nggak pernah mengeluh. Dia juga nggak punya niat buruk."Semua orang memberikan pembelaan untuk melindungi Herisa. Hal ini membuat Malia y
Read more

Bab 152

Vania memegang flashdisk dengan erat. Lagi pula, tujuannya sudah tercapai. Proses sudah tidak penting.Vania memperingatkan, "Lain kali, lakukan sesuatu dengan hati-hati. Aku membawamu masuk, tapi kamu malah nggak sebaik Herisa. Setidaknya ada rekan kerja yang membelanya. Dia juga mendapatkan keuntungan tanpa usaha, sedangkan kamu ....""Maaf," ucap Malia sambil menunduk dengan bersalah.Vania malas bicara omong kosong dengan Malia. Dia berjalan melewatinya dan masuk ke ruang kantor.Beberapa saat kemudian, Malia mengangkat kepalanya dengan perlahan. Tatapannya sangat tajam. Ketika berbalik, dia hampir bertabrakan dengan Herisa.Herisa tidak mengatakan apa-apa dan langsung pergi. Setelah berjalan beberapa langkah, dia tiba-tiba berbalik dan tersenyum pada Malia.Malia seketika tersentak. Ketika dia hendak memastikan sesuatu, Herisa sudah pergi. Apakah ini ilusi?Satu jam kemudian, di ruang rapat. Sera dan Amanda saling menyapa sebelum duduk."Silakan mulai. Aku masih ada urusan lain na
Read more

Bab 153

Setelah Vania memberi isyarat, para rekan di ruang rapat menatap Janice. Beberapa di antara mereka sedang menunggu menyaksikan pertunjukan bagus.Janice bertumpu pada meja dan berdiri dengan perlahan, lalu berucap, "Maaf, kakiku kesemutan. Vania, terima kasih atas perhatianmu. Aku juga menyiapkan versi digital sepertimu."Begitu ucapan ini dilontarkan, Vania seketika tertegun. Dia melihat Janice mengeluarkan flashdisk. Dibandingkan keterkejutan Vania, ekspresi Herisa tampak tenang dan tidak gelisah.Herisa memang mencuri konsep desain Janice. Jika tidak mendapatkan inspirasi mendadak dalam satu jam terakhir, Janice tidak akan menghasilkan desain yang bagus. Begitu desain muncul di layar, Herisa terbelalak dengan tidak percaya. Janice menjelaskan dengan percaya diri, "Temaku adalah ... air. Semua orang hanya tahu ketegasan Bu Sera. Tapi, hujan di vila membuatku melihat kelembutan Bu Sera."Janice bertutur, "Jadi, aku mendesain set kalung ini dengan konsep tetesan air hujan. Bentuk kese
Read more

Bab 154

"Baik, aku pasti nggak akan mengecewakan Bu Sera," sahut Vania.Vania berdiri dan mengangguk dengan pelan. Senyumannya seolah-olah mengejek Sera. Dia sudah mengatakan sejak awal bahwa Sera akan memilih desainnya.Sera pasti sangat kesal memakai perhiasan yang melambangkan kekasih mendiang suaminya di setiap acara besar. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Vania adalah tunangan Jason.Herisa tidak bisa menahan diri saat mendengar hasilnya. Dia memprotes, "Nggak mungkin! Bu Sera, kenapa kamu bisa memilih desainnya? Dia jelas-jelas ...."Sera menatap Herisa dengan dingin sebelum bertanya, "Kenapa? Kamu mau meragukan keputusanku?"Herisa tertegun. Dia segera menggeleng dan membalas, "Bukan begitu. Aku hanya mengira Bu Sera akan memilih desain Janice."Herisa benar-benar mencari masalah.Janice tersenyum sembari berkata, "Aku menghormati pilihan Bu Sera. Ke depannya, aku akan terus berusaha."Ekspresi Sera tampak lebih tenang. Dia menunjuk Janice seraya bertutur, "Aku pamit dulu karena masih
Read more

Bab 155

Beberapa hari kemudian, ketika Vania sibuk berurusan dengan Herisa, Janice fokus menyelesaikan desainnya secara diam-diam. Lantaran khawatir timbul masalah, dia memutuskan untuk mengantarnya sendiri ke perusahaan Sera.Sera mengelus perhiasan itu dengan puas. Dia mengangkat alisnya sembari menatap Janice dan bertanya, "Apa kamu nggak mau tahu kenapa aku memilih desainmu juga?"Janice sangat menyadari posisinya sendiri. Jadi, dia tidak banyak bertanya. Dia tersenyum seraya menimpali, "Yang penting Bu Sera suka."Sera bertopang dagu sambil tersenyum dan berkata, "Sepertinya ada yang akan rugi besar." "Hm? Apa maksudnya?" tanya Janice memandang Sera dengan bingung.Sera tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dia bertanya, "Kamu naik apa kemari?"Janice tertegun sejenak sebelum menjawab, "Naik taksi."Sera tersenyum menggoda sembari berujar, "Kalau begitu, aku minta orang untuk mengantarmu kembali."Janice membalas, "Nggak perlu, nggak ...."Sera mengabaikan penolakan Janice dan langsun
Read more

Bab 156

"Apa maksudmu?" Janice membelalakkan matanya."Menurutmu?" Tatapan Jason terlihat mendalam.Di ruang kantor, Sera membaca pesan dari Jason. Memang tidak ada yang gratis di dunia ini.Sera segera menelepon ruang pemantauan. "Matikan CCTV yang mengarah ke ruang kantorku.""Baik."Nyatanya, kedua orang yang berada di dalam lift tidak melakukan apa-apa. Lebih tepatnya, ponsel Jason tiba-tiba berdering saat dia ingin melakukan sesuatu.Janice melirik layar ponselnya. Itu adalah panggilan dari Vania. Dia menatap Jason yang begitu dekat dengannya, lalu memperingatkan, "Paman, calon istrimu."Jason tidak merespons ataupun melepaskan Janice, hanya menjawab panggilan. Di ujung telepon, terdengar suara lembut Vania."Jason, gaun yang kamu kasih indah sekali. Aku suka. Terima kasih. Hari ini, Bu Sera akan memakai rancanganku. Aku mau sampai lebih awal supaya bisa foto dengannya untuk promosi. Kapan kamu balik?""Sebentar lagi." Suara Jason terdengar datar, tetapi membuat orang yang mendengarnya me
Read more

Bab 157

Sesampainya di sana, Janice menyebutkan namanya. Staf menyambutnya dengan hormat. Setelah membawa Janice ke sofa, staf menyajikan teh dan camilan."Tunggu sebentar ya, Bu. Aku suruh orang bawakan gaunnya.""Oke."Janice menyesap tehnya. Ketika hendak merilekskan diri, berita tentang pesta malah muncul di layar lebar depan. Toko gaun ini seharusnya mensponsori selebritas.Janice tiba-tiba teringat pada ucapan Jason yang menyuruhnya menonton berita malam nanti. Atas dasar apa?Janice mengambil remot di meja teh dan hendak mematikannya. Namun, staf tiba-tiba kembali dan berdiri di depannya sehingga menghalangi layar lebar."Bu, ini gaunmu. Silakan diperiksa dulu.""Ya."Janice menghela napas, lalu meletakkan remot dan bangkit. Meskipun sudah pernah dipakai, Janice selalu takjub dengan gaun ini.Staf mengangkat ujung gaun dan tersenyum. "Gaun ini memang sangat cocok denganmu. Apalagi, gaun ini dibuat sesuai ukuran tubuhmu. Aku rasa nggak ada orang yang bisa memakai gaun ini selain kamu."T
Read more

Bab 158

"Ya." Jawaban Jason ini langsung membuat semua orang menatap Vania dengan iri. Sepertinya, perhiasan misterius itu adalah hadiah ulang tahun untuk Vania.Wajah Vania tersipu. Reporter mengarahkan mikrofon kepadanya. "Bu Vania, apa kamu punya keyakinan dengan perhiasan rancanganmu?"Jelas-jelas hanya pertanyaan sederhana, tetapi Vania tidak lupa memamerkan kemesraan. Vania mengejapkan matanya, lalu menyahut dengan lembut, "Jason mendukungku, aku tentu yakin. Perhiasanku dirancang berdasarkan bunga krisan. Kalian akan berkesempatan melihatnya nanti. Jangan lupa dipotret ya."Tiba-tiba, suasana menjadi makin heboh. Ternyata Sera sudah tiba. Vania pun mengangkat dagunya sedikit, bersiap-siap untuk menerima pujian.Sera tampak memakai gaun satin berwarna hijau tua dengan ekor panjang. Pinggang dan bokong seksinya membuatnya terlihat sangat menggoda. Namun, kalung yang dipakainya bukan hasil rancangan Vania, melainkan hasil rancangan Janice. Kalung itu membuat auranya terlihat lembut.Mengej
Read more

Bab 159

Sera mengelus anjingnya, lalu tersenyum dan meneruskan, "Apa yang kamu pikirkan? Tentu saja karena pupuk yang kupakai bagus. Bu Vania, kamu harus ingat margamu belum berubah jadi Karim. Dalam hal ini, Janice lebih dewasa darimu."Jadi, jangan sombong sebelum jadi Nyonya Ketiga Keluarga Karim. Selesai berbicara, Sera pun pergi tanpa menghiraukan Vania lagi.Vania sungguh gusar. Dia berbalik dan hendak mengadu kepada Jason, tetapi Jason sudah berjalan pergi. Dia hanya bisa tersenyum kepada kamera, lalu menyusul Jason."Jason, aku ....""Aku nggak mau dengar penjelasan sampah. Kamu seharusnya tahu konsekuensi tema desainmu," ucap Jason."Tapi, kamu bisa memperingatkanku." Vania tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia sampai mengeluhkan sikap Jason.Jason lantas memicingkan mata menatapnya dengan tatapan suram dan dingin. "Kamu merusak hubungan kerja samaku dengan Bu Sera. Aku bakal menarik semua investasi untuk Keluarga Tanaka.""Jangan! Kamu nggak boleh begitu padaku. Kamu janji bakal
Read more

Bab 160

Itu artinya, Jason tidak bisa mengancamnya lagi.Janice menghampiri staf dan bertanya, "Permisi, aku mau tanya, Pak Jason buat baju untuk siapa ya?"Kedua staf itu seperti melihat setan. Mereka terperanjat. "Bu, kamu belum pergi?""Belum. Kebetulan aku mendengar obrolan kalian tadi.""Kamu salah dengar. Permisi, kami masih punya kerjaan."Kedua staf itu langsung kabur. Sepertinya, dia tidak bisa mendapat informasi apa pun. Janice hanya bisa menghela napas.....Janice awalnya ingin pulang dan menyerahkan gaunnya kepada Ivy. Namun, di mobil, dia tiba-tiba mendapat telepon dari Hamdan."Janice, kenapa kamu belum pindah dari asrama? Semua orang sudah pindah. Kalian sudah magang sekarang. Asrama akan direnovasi untuk siswa baru. Cepat kemasi barang-barangmu.""Ya, aku sudah tahu."Janice baru teringat pada pesan di grup obrolan dua hari lalu. Mereka menyuruhnya untuk pindah. Karena terus memikirkan desain untuk Sera, dia jadi lupa masalah ini.Hamdan berujar dengan kesal, "Besok sudah haru
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status