Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 141 - Chapter 150

320 Chapters

Bab 141

Mendengar bahwa mereka diatur untuk tinggal di kamar yang sama, Vania bersandar ke dada Jason dan berucap dengan malu-malu, "Bu Sera, sepertinya ini kurang baik."Sera mengangkat alisnya dan membalas sambil tersenyum, "Kalau kamu malu, aku bisa aturkan kamar lain untukmu. Nggak masalah." Usai bicara, dia melambai untuk memanggil kepala pelayan.Bibir Vania berkedut-kedut. Dia buru-buru berkata, "Bu Sera benar-benar pintar bercanda, terima kasih."Sera menatap gadis itu dan tersenyum penuh arti. Ingin bersandiwara polos di depannya, hm?Mendengar Sera bersedia mengatur ulang ruangan, Janice juga mencari-cari alasan untuk pindah. Namun, sebelum dia sempat bicara, Sera sudah pergi untuk menjawab telepon.Janice menghela napas pasrah dan terpaksa berjalan ke kamarnya. Ketika dia hendak berbalik, Malia tiba-tiba menarik lengannya dari belakang."Janice, kamu takut sendirian, nggak? Gimana kalau aku temani kamu?" tanya Malia.Lengan Janice bergetar pelan dan giginya sontak digertakkan. Namun
Read more

Bab 142

"Nona Janice, ini aku, Norman," kata orang di balik pintu."Ada apa?" ​​tanya Janice sambil menahan sakitnya."Pak Jason menyuruhmu menemuinya," ujar Norman.Menemuinya? Untuk apa? Apa Jason ingin pamer setelah bercinta dengan Vania?Janice marah dan membalas, "Aku sudah mau tidur. Beri tahu Paman, daripada mencariku, lebih baik dia rawat diri dan minum lebih banyak jamu kuat." Usai berkata demikian, dia kembali berbaring di ranjang.Norman yang berdiri di depan pintu merasa linglung karena ditolak mentah-mentah. Akhirnya, dia hanya bisa kembali ke ruang kerja sementara yang Sera siapkan untuk Jason."Pak Jason, Nona Janice bilang dia sudah mau tidur," lapor Norman."Kamu percaya dengan kata-katanya?" balas Jason.Jason duduk menyilangkan kaki di kursi kayu samping jendela. Satu tangannya menopang dagu, sementara tangan lainnya membalik halaman kontrak yang dibacanya."Anu ... mungkin dia kelelahan. Tapi, dia masih memperhatikan Pak Jason," ucap Norman."Oh?" gumam Jason.Aneh sekali.
Read more

Bab 143

Malia berkata sambil terisak-isak, "Huhuhu. Aku takut, aku paling takut kegelapan. Aku nggak bisa lihat apa-apa ... akh!"Sepertinya Malia tersandung sesuatu, langkahnya menjadi sedikit kacau. Dari suaranya, Janice memprediksi gadis itu akan jatuh ke arahnya.Kebetulan ada Jason yang berdiri di depan Janice. Malia benar-benar pintar memanfaatkan situasi. Segera setelahnya, terdengar suara dua tubuh bertabrakan. Tampaknya Malia benar-benar berhasil.Janice baru hendak mendengus ketika bayangan gelap tiba-tiba menghalangi pandangannya. Sebelum dia sempat bereaksi, napas hangat yang akrab sudah menekannya.Janice dicium tanpa peringatan hingga lupa untuk kabur. Aroma tubuh pria itu seperti udara di bawah pancaran matahari musim dingin. Sedikit hangat, tetapi juga terasa dingin.Tidak seperti sebelumnya, ciuman Jason tidak menuntut. Seakan-akan dia hanya ingin menutup mulut Janice. Napasnya bahkan sangat terkontrol.Janice tersadar kembali saat mendengar erangan orang yang terjatuh di lant
Read more

Bab 144

"Kemarilah," ujar Jason.Janice mengatupkan bibirnya, tidak bisa menebak jalan pikiran pria itu. Namun, dia juga tidak bisa keluar. Jadi, dia terpaksa menurut.Saat Janice hendak duduk, tangannya yang terluka tiba-tiba ditarik. Jason mengeluarkan salep luka bakar dari saku, lalu mengoleskannya di luka Janice.Janice tertegun. Bagaimana Jason bisa tahu dirinya terluka? Sensasi dingin di tangan menggantikan kebingungannya. Tubuhnya seketika terasa lebih rileks. Ditambah aroma menenangkan dari lilin, dunia seketika terasa lebih cerah.Jason menundukkan kepala dengan ekspresi tidak terbaca. Dia berucap dengan datar, "Dari mana kamu tahu masa lalu Bu Sera? Kejadian itu sudah berlalu 10 tahun. Dia juga menyuruh orang untuk menarik berita tentang kecelakaan itu."Tubuh Janice yang tadinya sudah rileks kembali menegang. Jari-jarinya sontak mengepal erat. Dia menatap Jason dan tersenyum pahit di dalam hati. Semua berkat pria itu.Di kehidupan sebelumnya, Janice mendengar banyak potongan informa
Read more

Bab 145

Lakukan sendiri? Biarpun hatinya tengah membara, punggung Janice refleks menegang. Dia mendongak dan menatap mata Jason. Di bahwa cahaya redup, sorot mata pria itu bak jurang tak berdasar.Jason bertopang dagu, menatapnya dengan penuh minat. Senyuman samar tersungging di wajahnya.Janice teringat akan hubungan asmaranya yang tidak berjalan menyenangkan. Dia sontak memalingkan wajahnya dengan hati pahit.Janice menggigit bibirnya dengan kuat, membuat darah memenuhi mulutnya. Namun, panas tubuhnya masih sangat menyiksa. Dia pun terpaksa menggigit bibirnya dengan lebih kuat.Tiba-tiba, rahang Janice terasa sakit. Darah menetes dari sudut bibirnya yang sedikit terbuka.Jason menyipitkan matanya yang berapi-api. Dia berucap dengan marah, "Sebenci itu, kah? Kalau begitu, kenapa kamu memprovokasiku?"Janice tidak menyahut dan tidak ingin memandangnya. Tiba-tiba, dagunya dicengkeram dengan kuat.Janice kesakitan dan mendongakkan matanya yang berkaca-kaca. Bulu matanya yang lentik basah dan ber
Read more

Bab 146

Kurang lebih setelah Janice turun dari ranjang, pintu langsung dibuka dari luar. Sekelompok orang segera masuk. Selain Vania dan Malia, masih ada Herisa, kepala pelayan, bahkan beberapa pria lain.Vania langsung maju dan memandang ke setiap sudut ruangan."Apa yang kalian lakukan? Apa ini cara kalian memperlakukan tamu di vila ini? Gimana kalau aku lagi nggak pakai baju?" ujar Janice sambil menatap kepala pelayan dengan marah.Kepala pelayan itu tertegun, lalu refleks memandang Vania. Gadis itu adalah tunangan Jason. Ketika Vania bersikeras mendesaknya untuk membuka pintu, bagaimana dia berani menolak?Kepala pelayan mengalihkan pandangannya dan  menyahut, "Maaf, Nona Janice. Nona Vania bilang kalau kamu nggak menanggapinya. Dia khawatir kamu kenapa-kenapa, makanya dia menyuruhku membuka pintu."Janice memandang ke arah jam dinding, lalu berkata, "Ini baru jam 7 lewat. Kalau aku nggak merespons, apa lagi yang bisa kulakukan selain tidur? Kalaupun dia cemas, dia bisa meneleponku, 'kan?"
Read more

Bab 147

Saat berkata begitu, tatapan Sera sengaja ditujukan ke arah Vania. Dia berucap lagi, "Kamu nggak keberatan, 'kan?"Sorot mata Vania terlihat tidak nyaman. Dia membalas, "Bu Sera, kesalahpahaman sudah diluruskan. Lebih baik biarkan masalah ini sampai di sini. Aku nggak ingin membuang waktumu dan Jason."Sera terkekeh-kekeh dan berkata, "Vania, kamu terlalu pengertian. Tapi, itu sama sekali nggak membuang waktu, kok. Kalian yang di sana, kenapa berdiri saja? Cepat geledah kamar Vania.""Baik!"Ketika kepala pelayan dan yang lainnya hendak pergi, Vania segera mengadang mereka dan mengingatkan, "Bu Sera, bagaimanapun ini kamarku dan Jason. Sepertinya ini kurang pantas.""Vania, kamu nggak boleh punya standar ganda. Janice yang wanita lajang tidur sendiri, lalu kamu menerobos masuk dengan membawa begitu banyak pria. Dia bahkan nggak bilang apa-apa. Apa yang kamu takutkan? Kamu nggak mungkin menyembunyikan sesuatu, 'kan?" balas Sera penuh arti."Nggak, nggak ada!" sahut Vania sambil menggele
Read more

Bab 148

Vania berusaha menyelamatkan harga dirinya dengan berucap, "Aku dan Jason mesra banget semalam. Dia bahkan nggak bisa sabar sebelum kami sampai di ranjang. Video di ponsel itu hanya untuk menambah suasana. Orang sepertimu yang butuh obat untuk menggoda pria nggak akan mengerti."Janice membalas dengan nada sinis, "Kalau ada waktu, mendingan kamu buatkan jamu kuat untuk Paman.""Kamu ...," geram Vania.Janice malas meladeni Vania. Dia menarik tangannya, lalu kembali ke kamarnya.Senjata makan tuan. Vania ingin menangkap basah Janice, tetapi rencananya malah berbalik menyakiti diri sendiri. Namun, dari mana Sera tahu bahwa Vania memiliki video seperti ini di ponselnya?....Sera berjalan dengan anggun di koridor dan bertanya sambil tersenyum, "Jason apa kamu puas dengan aksiku tadi? Tapi, apa kamu nggak marah karena aku mempermalukan tunanganmu?"Setelah menelepon kemarin, Sera bermaksud untuk membahas detail kontrak dengan Jason. Namun, begitu sampai di depan pintu, dia mendengar suara-
Read more

Bab 149

Anwar memanggil kepala pelayan dan menyuruhnya mengosongkan tempat sampah. "Buang sampah-sampah ini, menganggu saja," ucapnya."Baik, Tuan," sahut si kepala pelayan. Di depan Jason, dia merobek kertas bertuliskan "konsep artistik" tadi dan meremasnya menjadi bola. Setelah itu, dia memasukkannya ke dalam kantong sampah hitam dan pergi dari ruang kerja.Anwar mengangkat cangkir teh dan meniupnya sejenak sebelum mengingatkan dengan suara berat, "Kerja sama ini sangat penting, jangan sampai ada kesalahan. Vania adalah tunanganmu, reputasinya memengaruhi reputasimu. Jangan biarkan orang lain melihat keburukannya.""Ya, aku pergi dulu," sahut Jason sambil berdiri. Dia pun berbalik dan melangkah pergi.....Sejak kembali, Janice tidur hingga sore. Setelah bangun dan makan malam, dia mulai mengerjakan rancangan desainnya.Saat ini, Ivy datang dengan membawa sepiring buah. Dia mengangkat garpu buah ke depan bibir Janice, memamerkan cincin rubi besar di jarinya.Janice menggigit buah yang disodo
Read more

Bab 150

Ivy mengomel, "Sebenarnya apa bagusnya Vania? Jelas-jelas kamu dan Jason ....""Bu, jangan mengada-ada. Aku lagi sibuk, Ibu istirahat saja dulu," potong Janice sambil menatap ibunya dengan penuh peringatan.Ivy menggigit bibirnya. Akhirnya, dia menghela napas dan terpaksa meninggalkan ruangan.Janice kembali mengerjakan rancangan desain, tetapi dia tidak bisa berkonsentrasi. Setelah beberapa lama, akhirnya dia bangun dan memandang langit di luar jendela.....Tiga hari kemudian, Janice akhirnya berhasil membuat desain perhiasan yang membuatnya puas. Hari ini Sera juga akan datang ke studio untuk menetapkan drafnya.Janice gugup sekaligus antusias saat memikirkan klien pertama dalam hidupnya. Begitu memasuki studio, seseorang bergegas mengikutinya ke kantor. Dia adalah Malia."Janice, kamu keliharan lagi senang banget. Sepertinya kamu percaya diri banget sama desainmu buat Bu Sera," ujar Malia dengan suara lantang, sengaja ingin menarik perhatian para rekan di sana. Sambil berkata begit
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status