Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 131 - Chapter 140

520 Chapters

Bab 131

Plak! Plak! Suara tamparan keras menggema. Tamparan itu membuat sudut bibir Malia langsung berdarah.Vania mencengkeram lehernya, lalu berbicara dengan dingin, "Bahkan hal sekecil ini saja nggak bisa kamu selesaikan. Semua keuntungan yang kuberikan selama ini sia-sia! Kalau bukan karena aku, kamu pikir bisa menginjakkan kaki di gedung ini?""Malia, karena sudah memilih jadi anjing, lakukan tugasmu dengan benar!" hina Vania. Kemudian, dia melempar tubuh Malia dengan kasar ke arah lain, seolah-olah sedang melampiaskan amarahnya.Malia yang baru saja dihina oleh wanita tadi sudah kelelahan. Kali ini, tubuhnya kembali terbanting ke dinding. Dengan kekuatan yang tersisa, dia hanya bisa jatuh lemas ke lantai.Saat ini, Vania secara anggun berjalan mendekat dengan memakai sepatu hak tinggi kulit domba. Ujung sepatu tajamnya terlihat menekan pipi Malia.Kemudian, Vania memberi tahu, "Nanti siang, kita pergi ke Vila Krisan untuk bertemu Bu Sera. Aku akan cari alasan agar kamu bisa ikut. Pokokny
Read more

Bab 132

Di dalam mobil, Janice duduk berhadapan langsung dengan Jason. Pria itu menyilangkan kaki dengan jari telunjuk panjang bersandar di dahinya. Matanya penuh rasa ingin tahu saat memandangi Janice terus-menerus.Berhubung merasa gugup, Janice buru-buru menunduk. Dia mencari tombol di kursi untuk memutar posisinya agar menghadap ke arah pengemudi. Namun, dia malah salah menekan tombol.Kursi pijat otomatis menyala dan menghasilkan suara yang memenuhi kabin mobil. Sontak, rasa malunya makin memuncak.Saat Janice dengan panik mencari tombol yang benar, sepasang tangan dengan santai bersandar di sandaran kursinya. Jason agak membungkuk ke arahnya. Aroma dingin yang khas pun tercium.Di sisi lain, Janice sontak bersandar ke belakang untuk menghindar, tetapi dia tidak bisa menghindarinya. Tatapan mereka akhirnya bertemu.Janice cepat-cepat mengalihkan pandangan. Sebaliknya, Jason hanya menunduk dengan santai. Tangannya dengan cekatan menekan beberapa tombol di sandaran kursi. Alhasil ...."Rusa
Read more

Bab 133

Saat kakinya tersentuh sesuatu, Janice yang memegang cangkir teh sempat terpaku sejenak. Ketika dia menunduk, pandangannya jatuh pada sepatu kulit pria yang menyentuh sepatu hak tingginya. Ukuran kakinya termasuk standar, nomor 39. Itu tidak besar juga tidak kecil. Hanya saja ketika dibandingkan dengan sepatu pria itu, sepatu kulit hitamnya yang matte terlihat seperti mainan.Janice mengangkat pandangannya dengan mengikuti garis sepatu pria itu ke atas. Sepasang kaki panjangnya terbungkus rapi dalam celana bahan hitam pekat. Garis lipatan yang tajam menambah kesan dingin dan tertutup yang begitu dominan.Janice tak ingin melihat lebih lama. Dalam pikirannya, mungkin sepatu pria itu hanya tidak sengaja menyentuh sepatunya. Dengan sikap penuh pengertian, dia menggeser sedikit kakinya.Tidak disangka, sopir tiba-tiba mengerem. Tubuh Janice terayun ke depan karena efek inersia. Kakinya juga ikut bergerak tanpa sengaja.Ketika Janice akhirnya berhasil menstabilkan tubuhnya, matanya tertuju
Read more

Bab 134

Namun, Jason sama sekali tidak bergerak. Janice bahkan merasa seperti melihat secercah senyuman yang samar di balik kegelapan matanya yang pekat.Tepat sebelum cahaya dari luar terowongan menyinari mobil, Janice merasakan bahunya tiba-tiba tertarik ke belakang. Barulah dia menyadari bahwa sejak tadi dia lupa mengenakan sabuk pengaman.Saat mobil keluar dari terowongan, interior kabin kembali terang. Jason duduk tegak di kursinya dan kaki panjangnya disilangkan dengan santai. Semuanya terlihat seperti biasa, seolah-olah napasnya yang terasa hangat di telinga Janice barusan sama sekali tidak nyata.Dengan perasaan gelisah, Janice mengangkat cangkir teh. Dia berharap seteguk teh bisa menenangkan hatinya. Namun ketika melihat cangkirnya, dia mendapati teh di dalamnya sudah penuh kembali. Kapan diisi ulang?Sebuah firasat muncul di benaknya. Janice mendongak cepat dan memandang Jason di seberang. Pria itu mengangkat cangkir teh untuk minum dengan santai. Di tepi cangkir itu, ada bekas lipst
Read more

Bab 135

Melihat sosok Janice yang berdiri di tepi semak bunga, Sera mengangkat alis sedikit seolah menyadari sesuatu.Sera hendak membuka mulut untuk berbicara, tetapi Vania langsung berjalan ke arahnya dan mengulurkan tangan. Wanita itu menyapa, "Halo, Bu Sera. Aku tunangan Jason, Vania."Sera menatap Vania sebentar, lalu melirik tangannya yang terulur. Dia membalas sambil tersenyum, "Maaf, Nona Vania. Aku baru memangkas bunga, jadi tanganku kotor."Tangan Vania membeku sesaat, lalu perlahan dia menariknya kembali dengan canggung. Tepat setelah dia menurunkan tangannya, Sera mengambil handuk dari pelayan dan mengelap tangannya dengan santai. Kemudian, dia melangkah lebih dekat ke Jason.Tanpa sedikit pun memperhatikan keberadaan Vania, Sera duduk di samping Jason. Dia menuangkan teh untuknya sambil melirik orang-orang lainnya.Sera memberi tahu, "Kalian juga duduklah. Semua data kalian sudah diberikan Amanda padaku. Nggak perlu repot-repot memperkenalkan diri. Aku ini orang yang cukup santai.
Read more

Bab 136

Mendengar itu, Sera tertawa makin keras. Herisa yang tidak tahan lagi mencoba berdiri. Namun, Janice mengangkat tangan dengan lembut. Dia berusaha menghentikannya agar tidak terlalu terburu-buru bicara.Sayangnya, Herisa menghindari tangannya dan berdiri dengan percaya diri. Dia memberi tahu, "Aku juga merasa cincin bunga krisan lebih cocok untuk Bu Sera. Tempat ini bernama Vila Krisan, jelas menunjukkan bahwa Bu Sera adalah orang yang mencintai dan menghargai bunga."Sera tersenyum sambil memutar cincin di jarinya. Ekspresinya sulit ditebak. Saat itu, Malia juga berdiri. Dia berkata dengan nada rendah hati dan penuh penghormatan, "Bu Sera, meskipun kemampuanku nggak sehebat mereka, aku merasa padparadscha lebih cocok untukmu.""Sebagai seorang wanita yang kuat dan percaya diri, kamu jelas membutuhkan sesuatu yang lebih menonjol dan bercahaya," tambah Malia.Sera menoleh ke arah Malia dengan dagu bertumpu di tangannya. Kemudian, dia berkomentar sambil mengangkat alis, "Kamu cukup menar
Read more

Bab 137

Janice melihat senyuman Malia yang polos dan tak berbahaya, tetapi dia tahu bahwa Malia dan Vania sudah mulai gelisah. Bagaimana mungkin kedua orang itu akan membiarkan dirinya bersinar di depan Sera?Daripada terus menunggu serangan diam-diam yang sulit diantisipasi, lebih baik Janice memberi mereka kesempatan lalu menghadapi serangan itu secara langsung.Di perjalanan menuju kamar mandi, Malia sesekali mencuri pandang ke arah Janice. Dia bertanya dengan nada penuh prasangka, "Janice, saat aku bicara tadi, kenapa kamu nggak menghentikanku?"Janice sudah menduga Malia akan mengajukan pertanyaan seperti itu. Alasanya pun sudah dipersiapkannya.Dengan ekspresi tak berdaya, Janice menarik tangannya sambil berujar, "Malia, aku pikir kamu cuma datang buat kasih hadiah. Aku mana tahu kamu akan coba menonjolkan diri? Kamu juga nggak memberitahuku sebelumnya. Jadi, gimana aku bisa menghentikanmu?"Malia buru-buru menjelaskan karena takut Janice menjadi curiga, "Aku bukan coba menonjolkan diri.
Read more

Bab 138

"Bicara sama orang yang terlalu pintar memang membosankan," keluh Sera. Dia awalnya ingin membahas isi kontrak, tetapi tiba-tiba mendengar teriakan panik."Kebakaran! Kebakaran! Tolong!"Jason menoleh ke arah paviliun, lalu segera berbalik dan berlari menuju sumber suara. Sera mematikan rokoknya dengan santai. Dia berdecak sambil berpikir bahwa vila ini sudah lama tidak seberisik ini.....Vila itu berada di dekat pegunungan. Berhubung sekarang musim gugur, daun-daun kering dari gunung sering terbawa angin ke dalam vila. Itu sebabnya, langkah pencegahan kebakaran di sana selalu sangat ketat.Kali ini, api menyala begitu cepat. Meski berhasil dipadamkan oleh staf vila, taman kecil yang indah tetap saja menjadi korban. Bunga-bunga krisan yang biasanya cerah dan memikat, kini hangus terbakar hingga tak lagi berbentuk.Janice bergegas keluar dari kamar mandi saat mendengar teriakan. Di kejauhan, dia melihat Jason berlari cepat menuju arah yang sama. Hanya saja sebelum Jason sampai ke kamar
Read more

Bab 139

Malia diseret maju oleh seorang pelayan."Lepas, lepaskan aku ...," kata Malia sambil meronta di hadapan semua orang.Sera menatap Malia dengan dingin dan bertanya, "Kenapa kamu sembunyi di sana? Apa kamu yang menyulut api?"Malia merosot di tanah dan menggeleng takut. Dia berucap dengan nada memelas, "Bukan aku, Bu Sera, sungguh! Aku dan Janice tadi pergi ke toilet. Karena Janice terlalu lama, aku berjalan-jalan sebentar di sekitar. Tapi, aku tersesat, lalu pelayan membawaku ke sini."Usai berkata begitu, Malia menunjuk pelayan yang berdiri paling pinggir. Pelayan itu mengangguk ke arah Sera, mengonfirmasi ucapan Malia.Mendengar itu, Sera pun mengalihkan pandangan pada Janice dan Vania. Dia berkata dengan mata menyipit, "Dengan kata lain, yang paling mencurigakan adalah kalian berdua. Korek api ini milik Vania, jadi ...."Mata Vania berkaca-kaca. Dia membalas dengan nada tercekat, "Aku juga punya saksi. Tadi aku ketemu pelayan yang sedang menyiram tanaman, kami bahkan mengobrol seben
Read more

Bab 140

"Oh?" Sorot mata Sera berubah. Nada suaranya juga menjadi dingin saat dia berucap, "Apa maksudmu?""Kamu mengenakan cincin krisan itu di jari kelingkingmu, sengaja menghindari jari manis yang melambangkan cinta," ujar Janice."Sepuluh tahun lalu, suamimu meninggal dalam kecelakaan mobil. Faktanya, ada orang lain di TKP. Dia adalah simpanannya, wanita itulah yang menyukai bunga krisan. Wanita itu bahkan masih memeluk erat bunga krisan pemberian suamimu sebelum meninggal. Vila Krisan ini juga hadiah untuknya yang dibeli suamimu dengan uangmu. Kini vila ini adalah trofimu," lanjut Janice.Sambil berkata begitu, Janice menghampiri taman kecil yang terbakar itu. Kemudian, dia tiba-tiba menoleh ke arah Sera yang memasang ekspresi muram.Janice berucap lagi dengan nada lembut, "Bu Sera, bunga-bunga ini bermekaran dengan indah."Sera menyahut dengan dingin, "Tentu saja, mereka dirawat dengan baik. Tapi, apa hubungan hal ini dengan alasanmu membakarnya?""Setiap tahun Bu Sera tinggal sebentar d
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
52
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status