Share

Bab 174

Author: Danira Widia
"Kumohon," ucap Janice dengan kesal.

"Hm?" Jason melanjutkan dengan suara yang serak dan memikat, "Bukannya kamu suka manggil aku Paman? Bilang, 'Paman, kumohon.'"

Suara Jason yang hangat dan intim membuat wajah Janice semakin memerah.

Tidak akan! Dia bersikeras untuk tidak menuruti permintaan itu, meskipun seluruh tubuhnya sudah mulai terasa lemah.

Melihat Janice tetap diam, tangan Jason yang besar menyusuri pinggangnya, lalu bergerak perlahan ke atas dan menyentuh kulitnya dengan sengaja.

Janice membelalakkan matanya. Rona merah menjalar dari wajahnya hingga ke seluruh tubuh. Perlawanan yang dia tunjukkan mulai goyah. Tubuhnya terasa lemas seperti tidak memiliki kekuatan untuk melawan.

Akhirnya, dia menyerah.

"Paman, aku mohon padamu ...," katanya pelan.

Tatapan Jason yang kelam sedikit melunak. Jari-jarinya menyentuh pipi Janice dengan lembut, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun akhirnya, dia memilih untuk tidak mengatakan apa pun.

Dia melangkah mundur, lalu membalikkan tubuhnya,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 175

    Janice meringkuk di balik pintu dan mengintip melalui lubang intip untuk melihat situasi di luar.Amanda berada di depan rombongan dan berjalan dengan langkah penuh amarah hingga berhenti di depan pintu ruang istirahat nomor 6. Saat dia mengangkat tangan hendak mengetuk pintu, Vania segera maju dan menghentikannya.Dengan suara rendah, Vania berkata, "Bu Amanda, mengetuk pintu cuma akan memberi mereka waktu untuk merapikan diri. Kalau begitu, kita nggak akan punya bukti apa-apa. Anda sudah sebaik ini sama Janice, tapi dia malah seperti ini.""Apa Anda masih mau memberinya kesempatan untuk menjaga harga diri? Aku benar-benar nggak tahan melihat ini, jadi aku membawa kunci ruang istirahat untuk Anda." Setelah berkata demikian, Vania menyelipkan kunci ruang istirahat ke tangan Amanda.Amanda yang sedang diliputi emosi, kehilangan semua kendali. Dia memikirkan bagaimana suaminya dan Janice mungkin berkhianat di belakangnya, lalu bertindak tanpa berpikir panjang. Dia membuka pintu dengan ka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 176

    Begitu mendengarnya, semua orang terkejut. Namun, Amanda tetap terlihat tenang. Bahkan, dia tersenyum dingin dan membalas, "Kamu baru mengenalku ya? Sebelum nikah, kamu memujiku mandiri. Sekarang, kamu bilang aku terlalu mendominasi? Kenapa nggak bilang kamu terlalu lemah, sampai harus mencari martabat dari wanita?""Kamu ... pokoknya kita cerai! Aku nggak tahan lagi sama kamu!""Memang benar harus cerai. Tapi, kamu nggak boleh mengambil sepeser pun. Lagian, semua orang bisa bersaksi kalau kamu yang salah. Jadi, kalau masih punya urat malu, sebaiknya kemasi barang-barang kalian dan angkat kaki dari sini. Kalau nggak, aku bakal menuntut kalian mencuri dokumen penting studioku.""A ... atas dasar apa? Aku suamimu! Aku mau harta kita dibagi rata!" Wajah dan leher pria itu sampai memerah.Saat Amanda ingin menyuruh suaminya jangan mimpi, Vania tiba-tiba menyela, "Bu Amanda, tenang sedikit. Sebenarnya bukan cuma suamimu yang salah. Jelas-jelas kamu berjasa untuk Janice, tapi dia masih meray

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 177

    Semua orang menatap Herisa dengan tercengang. Penampilan Herisa biasa-biasa saja, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Amanda yang selalu merawat diri. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh suami Amanda?Herisa mengeratkan pakaian di tubuhnya, lalu menjelaskan sambil menangis, "Bu, aku ... aku dijebak. Janice yang menyuruhku datang ke kamar nomor 6. Begitu masuk, tubuhku langsung panas. Setelah itu, aku nggak tahu apa yang terjadi."Semua orang menyaksikan dengan penasaran. Ternyata situasi masih bisa berbalik?Amanda mengernyit menatap Janice dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Janice menggeleng dengan bingung. "Bu, aku juga nggak ngerti kenapa Herisa bicara begitu. Kalaupun aku ingin menjebaknya dan menyuruhnya ke kamar nomor 6, di sini adalah kamar nomor 9."Usai berbicara, Janice menunjuk nomor di atas pintu. Terlihat angka 9 yang besar.Herisa menatap angka itu dengan tidak percaya. Seketika, dia teringat pada sesuatu dan menatap Janice lekat-lekat.Janice menyunggingkan bibirnya, la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 178

    Vania adalah jalur pintas bagi Malia untuk masuk kalangan atas. Dia tentu tidak akan mengambil risiko untuk orang seperti Herisa. Makanya, dia memberi tahu semuanya kepada Vania.Vania dan Malia pun bekerja sama. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tetap bisa melepaskan diri dengan mudah.Sayangnya, Herisa terlambat untuk memahaminya. Dia menatap Janice dengan enggan. "Kamu yang menukar nomor kamar. Gimana kamu begitu yakin aku bakal ke kamar ini?""Kamu terlalu percaya diri. Sejak kamu meletakkan fotomu bersama suami Bu Amanda di meja kerja yang begitu mencolok, aku tahu kamu akan datang untuk menikmati hasil karyamu," jelas Janice."Aku memang kalah, tapi kamu juga nggak menang." Herisa menyeringai. Bagaimanapun, masih ada Vania dan Malia.Setibanya di depan pintu, Janice berhenti dan meliriknya dengan dingin. "Kamu bukan targetku."Usai berbicara, Janice langsung pergi.....Di aula pesta, suasana hening saat Janice masuk. Vania merangkul Jason dan berdiri di tengah aula. Mereka s

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 179

    Di mobil, begitu Jason dan Vania duduk, sopir yang memakai sarung tangan putih berbalik dan menatap Jason dengan agak malu. "Tuan, kalau bukan ke perusahaan, berarti aku lewat Jalan Huadi ya?""Ya." Jason merespons dengan singkat, lalu memejamkan mata untuk beristirahat.Vania baru menyadari bahwa sopir di depan adalah sopir baru. Dia bertanya dengan penasaran, "Kenapa tiba-tiba ganti sopir? Sopir baru pasti nggak tahu jalan."Jason yang memejamkan mata lantas menyahut dengan dingin, "Pelan-pelan juga hafal. Untuk apa mempekerjakan orang yang nggak bisa mengenali bos mereka?"Ekspresi Vania langsung membeku. Tangannya terkepal erat. Meskipun begitu, dia tetap tersenyum dan mengiakan. "Ya."Setelah itu, keduanya tidak berbicara. Sesampainya di rumahnya, Vania tidak berani berlama-lama. Setelah berpamitan, dia buru-buru turun dari mobil. Jason juga langsung pergi.Mungkin karena terlalu gugup, sekujur tubuh Vania terasa tidak nyaman. Dia merasa mual. Dia pun mendorong pelayan yang hendak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 180

    "Ka ... kamu pasti iri padaku! Suami sendiri saja nggak bisa dijaga!" Herisa membanting kardus di tangannya."Heh." Amanda tersenyum sinis dan langsung pergi. Dia malas meladeni Herisa yang membosankan ini."Apa maksudmu? Siapa suruh kamu pergi begitu saja?" Herisa berlari ke arah Amanda, tetapi Bella segera mengadang.Bella lantas memanggil, "Satpam, seret dia keluar. Sekaligus sampah-sampahnya itu."Dengan begitu, Herisa diseret keluar. Ketika melihat ini, Janice tidak merasakan apa pun. Lagi pula, semua ini akibat dari perbuatan Herisa sendiri.Saat menunduk untuk bekerja, Janice kebetulan melihat Vania yang duduk di sisi lain. Wanita itu menutup mulutnya dan tampak tidak nyaman. Ketika tidak ada yang memperhatikan, Vania bangkit dan pergi.Janice merasa ada yang aneh. Saat dia hendak mencari tahu, tiba-tiba ponselnya bergetar.[ Besok aku di rumah. Kamu datang ya? ][ Oke. ][ Aku buatkan makanan favoritmu. Datang lebih awal. ][ Oke. ]Janice tersenyum membaca pesan. Besok dia tid

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 181

    Sebenarnya tidak ada yang salah dengan departemen ginekologi. Masalahnya adalah Janice melihat sesosok yang familier di sini, yaitu Vania.Meskipun berpakaian sangat tertutup, Janice tidak akan melupakan sosok yang telah mengacaukan kehidupannya ini, baik itu kehidupan lampau ataupun kehidupan sekarang. Namun, untuk apa Vania datang ke departemen ginekologi?"Janice, ada apa?" panggil Tracy yang berjalan di depan."Nggak apa-apa." Janice segera menyusul. Ketika dia menoleh, Vania sudah hilang.Tracy menarik tangan Janice, lalu menunjuk tangga di depan. "Kita naik dari sini saja."Janice mengangguk, lalu menemani Tracy menaiki tangga sambil merenung. Apa mungkin Vania melewati departemen ginekologi juga karena tidak ingin berdesakan di lobi?Setelah naik, Janice membantu Tracy mengambil nomor antrean. Dokter spesialis di rumah sakit ini adalah teman Tracy. Tracy sangat memercayainya. Makanya, dia lebih baik menunggu daripada pergi ke rumah sakit lain.Janice tentu memahaminya. Orang kay

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 182

    "Eh? Aku ...." Janice termangu sejenak sebelum menyadari bahwa dokter ini salah mengenali orang."Usia kehamilanmu masih muda. Kamu mengalami sedikit pendarahan. Perhatikan kesehatanmu. Jangan terlalu aktif. Jangan makan sembarangan juga.""Bukan, aku ....""Sudah, pasien selanjutnya!" Dokter melambaikan tangannya untuk memanggil pasien selanjutnya.Wanita selanjutnya pun mendorong pintu dan masuk. Janice merasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi sehingga buru-buru keluar.Begitu berbalik, dia malah menabrak seseorang. Dia menunduk untuk meminta maaf, "Maaf, aku nggak sengaja."Ketika Janice hendak pergi, pergelangan tangannya tiba-tiba diraih seseorang. "Kamu menipuku? Kamu hamil?"Suara yang biasanya terdengar tenang malah terdengar marah sekarang. Janice pun mendongak, lalu mendapati orang di depannya adalah Jason.Kenapa Jason ada di sini? Apa dia datang untuk menemani Vania? Namun, Vania meminta dokter menggugurkan kandungannya.Janice tidak tahu apa yang terjadi. Hanya saja, pe

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 364

    Jason tidak lagi mengirim pesan, sehingga Arya berpikir percakapan sudah selesai. Saat dia hendak meletakkan ponsel, tiba-tiba muncul sebuah gambar.[ Gimana kalau ini? ]Arya tidak tahu apa yang dilakukan Jason tengah malam begini, sampai-sampai meminta seseorang melukis potret. Namun, dia tetap membuka gambar itu dengan sabar.Hanya dengan sekali lihat, Arya langsung terpaku di tempat dan ketakutan. Terlebih lagi, dia sedang sendirian di lorong rumah sakit yang sunyi. Punggungnya sampai terasa dingin.Sambil mempercepat langkahnya, Arya membalas pesan.[ Persis. Awalnya aku kira itu Janice waktu kecil, tapi sekarang aku akhirnya melihat perbedaannya. Mata ini persis dengan matamu! ]Arya masuk ke kantor, lalu menutup pintu dan meneguk air untuk menenangkan diri. Dia selalu berpikir bahwa mimpi hanyalah sesuatu yang tidak nyata. Namun, sekarang dia mulai merasa ragu.[ Oke, aku sudah paham. ]Jason tidak lagi mengirim pesan setelah itu. Arya sampai tidak bisa tidur sepanjang malam kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 363

    Arya sontak berdiri. "Nggak boleh! Lukamu baru saja sembuh. Sejak kembali dari Kota Gunang, kamu hampir nggak pernah istirahat. Tubuhmu nggak bakal tahan!""Kamu pulang saja. Malam ini aku sudah tukar jadwal malam dengan dokter lain. Aku yang akan membantumu berjaga. Lagi pula, bukankah orang-orangmu juga mengawasi secara diam-diam?" Sambil berbicara, Arya mendorong Jason dengan pelan.Jason mengusap pelipisnya sambil mengangguk pelan. Pada akhirnya, dia berbalik dan keluar dari kantor.....Larut malam, Jason duduk di ruang kerjanya. Kedua tangannya menopang dagunya. Rokok di jarinya perlahan-lahan habis terbakar, sementara asap yang membubung menyembunyikan ekspresinya.Di meja, ponselnya terus memutar ulang rekaman yang didapat dari Malia."Jadi, kamu diam-diam ingin menikah dengan Jason! Bahkan ingin punya anak dengannya! Kamu ingin anak perempuan atau laki-laki?""Anak perempuan.""Anak perempuan ....""Anak ...."Ketika pertama kali mendengar rekaman ini, Jason merasakan perasaan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 362

    Saat cairan dalam jarum suntik sepenuhnya masuk ke selang infus, dokter itu menunjukkan senyuman puas di matanya.Namun, detik berikutnya, matanya terbelalak tak percaya. Dia bahkan tidak sempat menoleh, tubuhnya seperti robot yang kehilangan daya dan langsung terjatuh ke lantai.Setelah dokter itu terjatuh, sosok pria di belakangnya pun terlihat. Wajahnya tampan, tetapi memancarkan aura membunuh yang samar.Jason mengelap tangannya. "Bawa dia pergi."Norman melangkah maju, lalu menyeret pria itu keluar dengan mudah.Akhirnya, ruangan itu kembali sunyi. Jason duduk di tepi ranjang. Dengan hati-hati, dia membuka selotip di punggung tangan Janice. Jarum infus itu ternyata tidak benar-benar menembus kulitnya, hanya trik untuk mengelabui.Jason mengusap punggung tangan Janice perlahan, menatap wajahnya yang pucat dan tenang saat tidur. Matanya yang dalam menyimpan emosi yang sulit dibaca. Pada akhirnya, dia menunduk untuk menyembunyikan emosinya. Namun, dia menggenggam tangan Janice semaki

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 361

    Sosok Jason menyihir perhatian orang, tetapi sekaligus membuat mereka takut. Jason telah datang.Dia mendekati Janice, tetapi Vania tiba-tiba memutar kursi rodanya dan memeluk Jason. "Jason, aku baik-baik saja. Jangan salahkan Janice. Aku cuma ingin berbicara dengannya. Lagi pula, sebulan lagi kita akan menikah.""Nggak ada yang perlu dibicarakan dengannya." Jason berbicara dengan dingin sambil membantu Vania duduk dengan baik di kursi roda.Vania mengerutkan alisnya, bersandar pada Jason. "Jason, jangan begini. Bagaimanapun, dia juga keluarga.""Bukan," jawab Jason dengan tatapan tanpa emosi sedikit pun."Bukan keluarga? Jadi, dia orang luar?" tanya Vania sambil menatap Janice dengan wajah bingung yang dibuat-buat.Sekujur tubuh Janice terasa dingin. Suara yang datang dari kehidupan lain tiba-tiba terngiang di pikirannya."Janice, kamu bersama Jason 8 tahun, tapi nggak bisa menandingiku. Begitu aku kembali, dia langsung ingin kamu menyerahkan tempatmu untukku dan anakku. Dia bahkan bi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 360

    Ketika Janice kembali sadar, dia sudah mengenakan pakaian bersih dengan bantuan Ivy dan suster, bahkan darah di kepalanya sudah dicuci bersih.Rambutnya yang setengah kering terurai di pipinya, memberikan kesan indah yang rapuh. Namun, matanya benar-benar hampa, membuatnya seperti boneka kayu yang digerakkan dengan tali.Arya menunduk sambil memotong kulit mati di jarinya dengan hati-hati. Saat melihat jari Janice bergerak sedikit, dia segera menenangkan, "Sebentar lagi selesai, tahan sedikit."Janice mengangguk dengan bengong, lalu bertanya, "Gimana dengan Vania?""Keguguran, pendarahan hebat, tapi sekarang sudah stabil," jawab Arya dengan nada canggung.Mendengar itu, Janice menggertakkan giginya dan mencengkeram tepi ranjang. Dia mengangguk, lalu menggeleng. "Aku nggak mendorongnya."Arya mendongak dengan kaget. Dia menatap mata suram itu dan merasa kasihan. "Sebenarnya ...."Sebelum dia selesai bicara, pintu bangsal dibuka. Vania masuk dengan kursi roda, didorong oleh Risma. Dia me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 359

    Segera, Jason melangkah perlahan ke arah Malia. "Setelah ini, kirimkan rekaman itu padaku.""Baik." Malia menjawab dengan mata merah, wajahnya tampak penuh kepedihan. "Pak Jason, aku benaran nggak nyangka Janice bisa sekejam ini. Semua ini salahku.""Aku nggak tahan lagi dengan cara dia diam-diam bersekongkol dengan orang lain untuk menindasku. Makanya, hari ini aku datang untuk memohon agar dia melepaskanku. Aku nggak nyangka dia malah memanfaatkan kesempatan ini untuk mencelakai Vania.""Siapa?" Mata Jason yang tajam menatap Malia."Maksudmu?" Malia terkejut."Dia bekerja sama dengan siapa? Sebutkan namanya.""Eee ...." Bahu Malia mulai bergetar.Tepat pada saat itu, pintu ruang operasi terbuka. Seorang dokter keluar dengan ekspresi panik. "Maaf, Pak Jason. Kami nggak bisa menyelamatkan bayinya. Sekarang pasien juga mengalami pendarahan hebat dan membutuhkan transfusi darah."Sebelum dokter selesai bicara, perawat sudah berlari masuk dengan kantong darah di tangan.Anwar yang mendeng

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 358

    "Apa buktinya?" tanya Risma dengan tidak sabar.Malia langsung membuka rekaman suara di ponselnya. Layar menunjukkan tanggal rekaman itu diambil pada malam Natal tahun lalu. Saat itu, hubungan Janice dan Malia sangat baik. Tidak ada rahasia di antara mereka.Janice sontak teringat pada sesuatu. Wajahnya menjadi pucat pasi, bahkan tangan yang terkepal erat gemetaran. Di kehidupan sebelumnya, Malia bisa terus berada di sisi Vania tentu karena punya kemampuan. Wanita ini diam-diam mengumpulkan aib orang lain.Rekaman mulai diputar."Janice, kenapa melamun melihat kembang api? Kamu diam-diam membuat permohonan ya?""Nggak." Suara Janice terdengar sengau, ada rasa malu seolah-olah rahasianya terungkap."Jangan bohong, wajahmu sampai merah. Kamu memikirkan Jason lagi?""Sstt! Jangan sampai ada yang dengar! Dia sudah bersama orang lain.""Tenang saja, cuma kita yang tahu. Ayo, katakan. Barusan kamu pikirin apa?"Malia terus bertanya dengan penasaran. Setelah ragu sejenak, Janice akhirnya ters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 357

    Setelah bersumpah, Malia segera bersujud. Suara yang timbul akibat kepalanya yang menyentuh lantai menggema di sepanjang koridor. Siapa pun yang melihatnya akan merasa bahwa dia tidak berbohong.Ivy yang biasanya tidak pernah marah, sampai terengah-engah sambil memegang dadanya. Dia memelototi Malia dengan murka. "Kamu bohong! Kapan aku pernah mengancammu?"Ketika mendengar suara itu, Malia seketika merangkak mundur dengan ketakutan dan bersembunyi di balik kaki Anwar. "Bu, tadi kamu bahkan memukulku dengan tasmu. Kamu masih berani bilang nggak ada yang terjadi? Semua orang di studio melihatnya!""Kamu ...." Ivy terdiam, tidak bisa berkata-kata lagi.Saat ini, tangisan Risma semakin menjadi-jadi. Dia menghampiri Anwar sambil menunjuk darah di bajunya. "Pak, kamu harus memberi Vania keadilan. Setelah tahu dia mengandung anak Jason, dia sangat bahagia. Setiap hari dia mengajak anaknya mengobrol. Tapi sekarang, karena Janice, nyawanya dan anak itu terancam! Padahal, itu anak pertamanya!"

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 356

    Di tengah keributan, Janice melihat Vania tiba-tiba mendekatinya. Dia langsung merasa ada yang tidak beres dan segera melepaskan tangan Malia.Namun, Janice tetap terlambat selangkah. Malia yang terlihat seperti sedang memohon ampun dan kehilangan akal sehat, diam-diam mendorong Janice ke arah Vania.Terdengar jeritan tajam, lalu Vania jatuh terguling dari tiga anak tangga. Dia meringis kesakitan sambil memegangi perutnya dan berkata dengan wajah penuh penderitaan, "Perutku ... sakit sekali ...."Seorang rekan kerja langsung memarahi, "Janice! Vania bermaksud baik karena khawatir padamu, tapi kamu malah memperlakukannya seperti ini?"Rekan lainnya yang membantu menopang Vania, melihat ke arah rok Vania dan berseru ketakutan, "Darah! Banyak sekali darah!"Vania mengerang kesakitan. "Anakku ...."Mendengar itu, reaksi pertama Janice adalah segera menolongnya. Dia ingin mengulurkan tangan untuk membantu Vania, tetapi tiba-tiba seseorang muncul dan menabraknya ke sisi tangga. Lengan Janic

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status