Beranda / Romansa / Bukan Cinderella / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Bukan Cinderella: Bab 11 - Bab 20

70 Bab

BC ~ 11

“Nggak masuk akal.” Rindu memicing, menatap curiga pada Lita.Sempat tinggal satu rumah dengan wanita itu dan kerap mendapat perlakuan tidak baik, wajar rasanya jika Rindu memiliki keraguan pada Lita. Karena itulah, Rindu menarik Lita ke taman kecil yang ada di samping rumah, agar tidak ada yang bisa mendengar pembicaraan mereka.Sementara Tiara dan Fathiya, sedang berada di dalam dengan kedua bayi yang sama-sama sudah terbangun dari tidurnya. Sudah ada seorang baby sitter yang menemani kedua wanita tua itu, sehingga tidak terlalu merepotkan.“Jangan coba-coba bohongin aku, Ta,” sambung Rindu dengan suara pelan, tetapi tegas. Sebelumnya, Tiara sudah bicara dengan Rindu karena wanita itu sejak pagi sudah berada di rumahnya. Tiara menceritakan mengenai keinginan Lita pada Rindu dan ibunya itu pun juga merasa bingung dengan keputusan Lita. “Karena buatku ini nggak masuk akal. Sudah enak-enak kerja di A-Lee, malah mau ngerawat ibunya orang. Apa yang lagi kamu rencanain, Ta?”Lita menatap d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

BC ~ 12

“Besar juga nyalimu berani kerja di sini?”Pagi itu, Reno dengan sengaja menunggu Lita di depan pintu pagar. Mungkin terlihat bodoh, tetapi ada yang harus Reno bicarakan lebih dulu dengan wanita licik yang kali ini diantar oleh adik laki-lakinya. Jelas Reno tahu semua hal tentang Lita, karena wanita itu adalah keluarga Rindu. Tidak ada yang baik dari Lita, karena itulah Reno harus selalu waspada dan tidak bisa tinggal diam ketika wanita itu akan bekerja di rumahnya.Sayangnya, sang mama justru lebih memercayai Lita daripada putranya sendiri. Hanya karena pernah bernasib sama, Fathiya jadi merasa iba sekaligus salut pada Lita yang tidak menggugurkan kandungannya.“Lo mau ngajak ribut pagi-pagi?”Reno mengerjap. Mulutnya terbuka dan membeku sesaat, untuk memproses ucapan Lita yang terdengar tidak sopan. Intonasinya memang terdengar santai, tetapi bentuk kalimat yang dilontarkan Lita tidak seharusnya dikatakan kepada Reno.“Lo lihat gue lagi gendong bayi, kan?” lanjut Lita tidak meninggik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

BC ~ 13

“Jadi dating malam ni?” tanya Fathiya sambil memangku Tirta yang menonton siaran Cocomelon.“Jadi.” Reno menatap ke sekitar sambil menghampiri sang mama, tetapi ia tidak melihat Lita ada di ruangan keluarga. “Ke mana Lita?”“Buat sarapan kat dapur.”“Buat sarapan Mama di dapur,” ralat Reno sambil duduk di samping Fathiya, lalu mencubit gemas paha bayi yang montok itu. “Kenapa jadi Mama yang jaga Tirta? Mama nggak ngerasa dimanfaatin sama Lita? Harusnya, dia yang ngerawat Mama, tapi kenapa jadi begini?”“Tak, kan, kau tak ingat.” Sambil menepuk-nepuk kedua tangan Tirta sesuai irama lagu di televisi, Fathiya melirik Reno. “Tirta ni ubat stres Mama.”“Mama ... nggak punya pikiran mau dekatin aku sama Lita, kan?” Reno rasa, ia harus mempertanyakan langsung hal tersebut pada Fathiya. Semua harus jelas, agar Reno tidak uring-uringan melihat Lita yang selalu menempel pada sang mama.Fathiya melepas tawa begitu saja. "Mama tak pernah ada fikir macam tu."“Mama serius?” Reno menegakkan tubuh.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

BC ~ 14

“Pagi, Mas Willy,” sapa Lita ramah sambil menghampiri pria yang baru keluar dari mobil. “Tumben pagi banget?”“Pagi, Ta,” balas Willy sudah tidak canggung lagi pada Lita. “Ini, mau keluar kota sama pak Reno.” Willy menutup pintu sembari melihat wajah menggemaskan Tirta yang menatapnya. “Baru datang?” tanyanya basa-basi sambil mendekat, lalu mencubit gemas pipi gembul bayi tampan itu.“Iya, biasa juga jam segini.”Hati Lita masih saja tidak karuan karena semua kenyataan yang berada di sekitarnya. Meskipun fisiknya sudah beristirahat selama sehari ketika libur, tetapi hati dan pikirannya tetap tidak bisa tenang.Tidak ingin Willy juga berpikiran buruk tentangnya, maka Lita berinisiatif menyampaikan isi hatinya lebih dulu.“Mas saya mau ngomong sebentar nggak papa, ya?” pinta Lita berusaha bersikap sopan dan merubah image-nya di masa lalu. Mungkin tidak akan mudah, tetapi paling tidak Lita sudah berusaha semaksimal mungkin.“Ngomong aja.” Willy mundur satu langkah dan memperhatikan Lita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

BC ~ 15

“Tumben hari ini Tirta rewel, Neng?” tanya Isah, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Reno.Lita meringis serba salah. Sambil melahap makan siangnya, Lita sibuk menggendong Tirta yang sejak pagi tidak mau lepas dari dirinya. Lita sampai merasa sungkan pada Fathiya, karena sempat mengabaikan tugasnya menyiapkan sarapan.“Nggak tahu, Bu,” ucap Lita mempercepat kunyahannya. “Aku jadi nggak enak sama bu Fathiya. Tapi aku sudah minta ibuku datang buat jemput Tirta.”“Coba ibu lihat,” kata Isah setelah selesai mengaduk bubur di kompor. Ia menghampiri Lita yang sejak tadi tidak berhenti mondar mandir untuk menenangkan putranya. Isah memegang dahi Tirta lalu menggeleng kecil. “Anget ini, Neng. Mungkin masuk angin. Tiap hari diajak jalan terus. Pergi pagi, pulang sampe rumah sudah malam.”“Tadi nggak anget gini, Bu.” Lita memegang tubuh Tirta dan merasakan suhu tubuh putranya. Berusaha terlihat tidak panik, meskipun hatinya sudah khawatir tidak karuan.Isah ikut prihatin karena juga pern
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

BC ~ 16

“Berhenti?” Fathiya segere mematikan walking pad-nya dan turun dari sana. Terkejut, karena Lita menghampirinya dan minta berhenti kerja secara tiba-tiba. “Tirta masih sakit, ke? Awak boleh ambil cuti dulu, kalau ...”Fathiya berhenti bicara saat Lita menggeleng.“Saya minta maaf kalau selama kerja sama di sini selalu ngerepotin Tante.” Lita akan membuktikan ucapannya pada Reno dan akan benar-benar berhenti bekerja di rumah pria itu.Fathiya menggeleng. Merangkul Lita lalu mendudukkan wanita itu di bench press. Sejak tadi, Lita belum memberitahukan alasannya berhenti berkerja.“Awak ada kerja baru, ke?” tanya Fathiya dan langsung dibalas gelengan oleh Lita.“Saya mau coba buka usaha,” ujar Lita menunduk. “Di rumah aja biar bisa sama Tirta, Tan. Jadi, maaf, ini hari terakhir saya kerja di sini. Sekali maaf, kalau selama kerja di sini saya sama Tirta selalu ngerepotin, Tante.”Lagi-lagi Fathiya menggeleng. Namun, ia juga tidak bisa menghalangi Lita karena wanita itu beralasan ingin membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

BC ~ 17

“Yang!” Rindu segera menutup pintu dan menguncinya. Menghampiri Dewa yang baru pulang kerja dan tengah terkapar di tempat tidur. Suaminya itu pasti sangat lelah, karena baru sampai di rumah sekitar pukul delapan malam. “Tante Fathiya tidur di sini lagi.”“Biarlah.” Dewa menjawab tanpa membuka mata. Tubuhnya sangat terasa lengket, tetapi rasanya malas sekali beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. “Untungnya bentar lagi kita pindah ke rumah yang lebih besar, jad—"“Aku juga nggak masalah tante Fathiya tidur di sini, tapi mama itu yang kenapa-napa.”“Mama?” Mata sipit Dewa itu akhirnya terbuka. Menatap Rindu yang sudah duduk bersila di sampingnya. Wajah cantik dan imut itu masih terlihat segar tanpa guratan lelah sama sekali. Dewa menebak, putrinya pasti seharian ada bersama Fathiya dan Rindu hanya berleha-leha menikmati waktu bebasnya.“Iya.” Rindu mengangguk. “Mereka tadi ... nggak ribut, sih. Cuma, kayak debat ... tahu sendiri, kan, mamamu itu gimana?”“Apa yang dideba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

BC ~ 18

“Nanti malam nginap di sini sama ibu, Ta,” ujar Rindu saat baru duduk bersila di sebelah Lita. “Kamu, kan, lagi libur dua hari.”Tatapan Lita reflek tertuju pada Tiara yang duduk di hadapannya. Sedikit melebarkan mata, karena Rindu tidak seharusnya tahu akan hal tersebut. Pastilah Tiara yang mengatakan semua itu pada Rindu.“Kamu, juga, mau ke mall, kan?” sambung Rindu yang sejak tadi tidak memegang putrinya sama sekali. “Jadi, nanti kita sekalian jalan ke sana.”“Tirta nggak aku bawain baju buat tidur,” ucap Lita beralasan. Sebagus dan semewah apa pun rumah baru Rindu, tetapi Lita merasa lebih nyaman berada di rumah sendiri. “Terus, buat besok pagi ju—”“Nanti kita beli di mall,” sela Rindu tidak ingin ribet. “Gampanglah itu. Iya, kan, Bu?” Rindu menodong Tiara dengan senyum tipisnya. “Lagian Ibu nggak pernah nginap di rumahku. Jadi, sekali-sekali nginap sini.”Kendati Rindu bisa memaklumi sikap Tiara yang lebih condong memperhatikan Lita, tetapi sesekali ia juga ingin mendapati sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

BC ~ 19

“Duduk di depan,” titah Reno ketika melihat Lita baru akan duduk di kursi belakang. “Aku bukan sopirmu.”Lita menarik napas. Daripada ribut, lebih baik ia menuruti perintah Reno. Menutup pintu penumpang bagian belakang, lalu beralih ke depan dan duduk di samping pria itu. Lita memasang sabuk pengaman dan tidak berminat bicara sama sekali untuk membuka obrolan.Bukankah lebih baik seperti itu?“Sekarang, cuma ada kita berdua di sini.” Meskipun kesal, tetapi Reno harus tetap berhati-hati ketika mengemudikan mobilnya. Sekali lagi, ia berada dalam keadaan yang tidak tepat, sehingga tidak bisa menolak perintah Fathiya. “Jadi biasa aja. Nggak usah akting.”“Kalau gitu, nggak usah ngomong bisa nggak?” ujar Lita tanpa menoleh. Ia mengeluarkan ponsel dan lebih memilih menunduk untuk melihat isi di dalamnya.“Lo ada masalah apa, sih, sama gue, Ta?”“Nggak ada,” jawab Lita berusaha santai dan tidak terpancing emosi. “Saya cuma mau kita diam. Anggap aja saya nggak ada. Atau, Pak Reno bisa turunin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

BC ~ 20

“Ta, jangan salah paham dulu.” Dengan mudah, Reno menyusul Lita yang baru menaiki eskalator. Menaiki satu tangga di atas Lita, sehingga perbandingan tinggi tubuh mereka semakin timpang.Lita mengangkat tinggi wajahnya, lalu berdecak kecil. Baginya, hari ini sudah sangat menguras tenaga karena tidak bisa menikmati hari istirahat di rumah. Meskipun bisa melakukannya di rumah Rindu, tetapi tetap saja rebahan di rumah sendiri lebih nyaman daripada di rumah orang.Hampir tidak punya tenaga lagi untuk berdebat, Lita bergeser lalu menaiki anak tangga dan melewati Reno tanpa kata. Harusnya, Lita tidak perlu lagi pergi ke mall karena Tirta pasti aman berada bersama Tiara dan keluarga Rindu. Lita juga tidak perlu khawatir mengenai ASI atau camilan Tirta, karena semua sudah ia sediakan.“Ta.” Reno berbalik. Kembali menyusul Lita dengan menaiki tangga. “Ta, dengerin aku dulu.”“Please, Pak, hari ini saya capeeek banget, sumpah!” Lita terus berjalan menuju toilet yang ada di lantai dua dengan langk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status