Beranda / Romansa / Bukan Cinderella / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Bukan Cinderella: Bab 31 - Bab 40

70 Bab

BC ~ 31

“Kamu tahu siapa yang pagi-pagi datang ke rumah, terus sekarang lagi sarapan?” tanpa menyapa, Lita langsung mengajukan pertanyaan tersebut saat Rindu menerima panggilannya.“Ha? Maksudnya?”“Reno, Rin, Reno,” desis Lita geregetan lalu menjelaskan secara singkat tentang kejadian beberapa saat yang lalu. “Padahal, ibu sudah jelas-jelas nyuruh dia supaya nggak ke sini lagi, tapi dia malah minta sarapan.”“Yaaa ... gimana, ya, Ta.” Rindu terkekeh. “Jujur aku juga nggak suka cara tante Fathiya kemarin. Tapi, Reno, kan, sebenarnya nggak salah. Cuma memang, tante Fathiya yang ... begitu.”“Justru karena tante Fathiya begitu, aku sama ibu sudah nggak mau ada hubungan sama mereka.”“Terus, kamu pikir aku mau ada hubungan dengan mama mertuaku?” balas Rindu ingin menunjukkan sebuah perbandingan. “Nggak gitu juga, Ta.”“Lah, itu sudah resiko.” Lita tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Rindu mengeluh tentang Maria. “Kamu, kan, nikah sama anaknya. Aku, kan, nggak.”“Kalian berdua ini pura-pura bloon at
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

BC ~ 32

“Calon suami?”Lita mengerjap dan tersadar ketika Zaldy mengulang ucapan Reno. Masih syok dan bingung, mengapa Reno sampai mengucapkan hal seperti itu? Andai Lita salah dengar, Zaldy tidak mungkin mengulangi ucapan Reno dengan jelas.“Kamu calon suami Lita?” tanya Zaldy memperjelas pertanyaannya.“Kenapa?” tanya Reno melewati Lita yang terpaku dan kembali berhadapan dengan Zaldy. “Ada masalah?”“Tolong ...” Tiara yang sejak tadi ikut syok melihat kejadian di depan mata, akhirnya berlari ke depan dan menengahi kedua pria tersebut. “Tolong jangan ribut di sini. Kami nggak enak sama tetangga.”Tiara berbalik dan menatap tajam pada Zaldy. “Kamu! Pergi dari sini!”“Bu, saya mau bicara baik-baik, tapi orang ini yang cari masalah.”“Saya sudah suruh kamu pergi dari tadi, kan?” Tiara mendorong tubuh Zaldy. “Pergi dan jangan pernah lagi temui anak saya, apalagi cucu saya!”“Tapi Tirta anak saya!” Zaldy tetap bertahan dengan pendiriannya.“Anak yang pernah kamu suruh gugurkan dan nggak kamu akui
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

BC ~ 33

Sambil menyesap kopinya, Reno memandang rintik hujan dari ruang makan. Duduk dengan satu tangan bersandar pada ujung meja dan memikirkan banyak hal. Salah satunya ialah, perihal pembicaraannya dengan Lita tadi malam.Apa sebenarnya yang Reno inginkan?Mengapa belakangan ini sosok Lita begitu mengusik pikirannya? Sampai-sampai, Reno melakukan beberapa hal yang dirasa tidak masuk akal. Yang terjauh adalah, Reno sampai mengaku-ngaku dirinya adalah calon suami Lita di depan Zaldy."Dah sarapan?"Suara Fathiya seketika memecah lamunan Reno. Ia menoleh pelan dan melihat sang mama duduk berseberangan dengannya."Belum." Pandangan Reno kembali beralih pada rintik hujan di luar sana. "Kemarin, aku ke rumah Lita."Fathiya hanya menarik napas panjang. Tidak berniat merespons, karena mereka pasti akan kembali berdebat. Fathiya bukannya tidak menyukai Lita, hanya tidak ingin wanita itu memiliki hubungan dengan Reno. Menurutnya, biarlah hubungan yang ada hanya seperti saat ini dan tidak berubah sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

BC ~ 34

“Aku mau ngelamar Lita.”Fathiya menghentikan saluran televisi yang ditontonnya di kamar. Menoleh pada Reno yang datang larut malam ke kamarnya dan belum mengganti pakaian. Putranya pasti baru pulang dari kantor dan langsung mendatangi Fathiya untuk membicarakan hal yang cukup mengejutkan tersebut.“Pergilah.” Fathiya melambai tangan dengan gestur mengusir Reno. “Mama nak tidur. Dah malam ni.”Bukannya pergi, Reno justru menghampiri tempat tidur Fathiya lalu duduk bersandar pada headboard. Di samping sang mama.“Gimana kalau aku ngelamar minggu depan?” tanya Reno menoleh pada sang mama yang berbaring dan menarik selimut memunggunginya. “Kalau Mama nggak bisa hadir, aku bisa bawa Dewa sama om Abraham ke rumahnya. Karena aku bisa nebak, tante Maria pasti juga nggak bisa datang.”“Kau kahwin dengan Lita, Mama pegi balik ke KL.”Reno mengambil remote teve, lalu mematikan benda elektronik yang masih menyala itu.“Itu artinya, kalau nanti aku punya anak, pasti diatur-atur sama tante Maria.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

BC ~ 35

“Kenapa nggak masuk?” tanya Dewa sambil menggendong Dewi dan menuruni tangga menghampiri Reno. Pria itu duduk di atas kap mobil sedannya di halaman rumah dan menggeleng.“Kenapa bawa Dewi?” Reno berdiri dan sedikit menjaga jarak. “Aku habis ngerokok. Kalau Rindu tahu, bisa kena amuk aku nanti.”“Bukan cuma Rindu.” Setelah berada tidak jauh dari Reno, Dewa menendang pelan betis sepupunya itu. “Tapi aku juga bisa ngamuk!”“Mana aku tahu kamu ke luar bawa Dewi,” ujar Reno membela diri.“Dia lagi manja sama papanya,” terang Dewa sambil menyingkirkan tangan mungil Dewi yang menutup mulutnya. “Jadi minta sama aku dari pulang kantor. Tapi, kamu ngapain ke sini? Tante Fathiya nggak ada di dalam.”Reno menghela dan kembali duduk di atas kap mobilnya. “Mama tetap nggak setuju sama Lita. Terus, Lita juga kayaknya nggak cinta sama aku. Dia mau diajak nikah karena butuh status untuk Tirta. Ditambah, dia juga bilang nggak ada rencana punya anak dalam waktu dekat, karena takut aku pilih kasih.”“Kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

BC ~ 36

Tawa Lita dan Cici terhenti bersamaan, ketika melihat sebuah mobil SUV hitam berhenti tepat di depan pagar. Seorang pria paruh baya keluar lebih dulu, kemudian disusul oleh wanita dengan usia yang sama.Lita masih bergeming di teras, sampai kedua orang tersebut berjalan melewati pagar rumahnya yang terbuka setengah.“Maaf, cari siapa, ya, Pak?” tanya Lita segera beranjak menghampiri kedua orang tersebut.Baik pria dan wanita yang ditanya oleh Lita belum ada yang menjawab. Tatapan mereka justru beralih pada sosok Tirta, yang sedang berdiri sambil memegang bingkai pintu.Lita mendadak curiga. Merasa harus waspada, karena baru menyadari pria di hadapannya saat ini tampak mirip dengan seseorang.“Ci, tolong bawa anak-anak ke kamarku,” pinta Lita melihat Cici sambil mengangguk kecil. Memberi gestur tidak nyaman, agar Cici bisa memahami kondisi Lita saat ini. “Tutup pintunya. Kunci dari dalam.”Cici yang juga merasa tidak nyaman atas kedatangan tamu tidak diundang tersebut, akhirnya membawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

BC ~ 37

“Kalau dari omongannya, mereka kayaknya mau ngambil Tirta.”Lita bersyukur sekali karena orang suruhan Reno datang di saat yang tepat. Ditambah, seorang satpam juga menghampiri tidak lama kemudian untuk melerai semua perdebatan. Mau tidak mau, kedua orang tua Zaldy akhirnya mengalah dan kembali pulang tanpa bisa melihat Tirta.Sebenarnya, Lita tidak berniat bersikap jahat sama sekali. Ia bahkan tidak akan melarang jika kedua orang tua itu ingin menengok cucunya. Namun, sikap Idris dan Debbylah yang membuat Lita berang, hingga akhirnya Lita mengusir mereka dari rumah. “Bukannya mereka juga sudah punya cucu?” tanya Rindu sambil memangku Dewi yang sedang meminum susu dari botolnya. “Dua kan? Kenapa masih ngeributin Tirta?”“Mungkin ...” Tiara mencoba menebak-nebak. “Karena Tirta itu cucu laki-laki dan yang dua itu, kan, perempuan.”“Hari gini masih sibuk ngurusin gender?” Rindu memutar bola matanya, jika memang kedua orang tua Zaldy berpikiran seperti yang diungkap Tiara.Abraham dan Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

BC ~ 38

“Mama sama Papa juga di sini?” Alin terpaku setelah membuka pintu ruang VIP di sebuah restoran. Tempat di mana Zaldy memintanya datang, untuk makan siang. Namun, Zaldy tidak mengatakan mertuanya juga ikut dalam pertemuan kali ini.Zaldy menghela besar. Andai tidak terpaksa, maka dirinya tidak akan pernah mau melakukan hal seperti ini. Daripada berakhir babak belur lagi karena ancaman seseorang, maka mau tidak mau ia meminta orang tuanya dan Alin untuk bertemu siang ini.“Duduk dulu,” pinta Zaldy menarik meja kosong di sebelahnya. “Sebentar la—”“Sudah lengkap semua.” Reno tersenyum. Berdiri di belakang Alin yang masih terpaku di tempat. Karena wanita itu belum juga bergeser, maka Reno pun menepuk pelan sisi lengan Alin. “Minggir, aku mau lewat.”Alin menoleh bingung. Mengapa pria yang ia jumpai bersama Lita ada di ruangan yang sama?“Kamu—”“Duduk,” titah Reno sambil melewati Alin, lalu duduk di salah satu kursi kosong yang berada di samping Idris.“Kenapa kita semua ada di sini?” Ali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

BC ~ 39

“Ta, ada pak Reno di depan.” Tiara memberitahu sambil mengambil mengambil alih spatula dari tangan Lita. “Temui sana, biar Ibu yang ngaduk puding. Habis ini langsung ditaruh di cetakan, kan? Apa ada lapisannya lagi?”“Ibu bilang aku ada?”“Memangnya mau bilang apa?”“Aku nggak mau ketemu,” tolak Lita. “Bilang aja aku lagi tidur.”“Ibu terlanjur bilang kamu lagi bikin puding.”“Ibuuu.”“Sudahlah, Ta.” Tiara mengibaskan tangan mengusir Lita. “Masalah itu diselesaikan, bukan dihindari. Jadi, ini nanti tinggal tuang, apa gimana?”“Tinggal tuang,” jawab Lita dengan bibir merengut dan pergi meninggalkan Tiara. Karena Tirta masih tidur siang di depan teve, maka ia bisa sedikit santai. “Mau apa lagi datang ke sini?” Lita merapatkan tubuh bagian depannya dengan bingkai pintu. Melihat Reno dengan bibir yang masih saja maju.“Mau jadi kusen pintu,” jawab Reno sambil menunjuk tiang penyangga pintu yang hampir di peluk Lita. “Bisa nggak kira-kira?”“Kemarin-kemarin masih bisa, tapi sekarang nggak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

BC ~ 40

Sebelum membuka pintu kamar inap Fathiya, Reno mengacak-acak rambutnya terlebih dahulu. Menarik sedikit kemejanya dari dalam celana, agar terlihat tidak simetris dan agak berantakan. Setelahnya, Reno memasang wajah lelah lalu membuka pintu kamar Fathiya dan masuk ke dalam.Reno menyapa sang mama lebih dulu dan Lydia setelahnya, sambil terus berjalan lesu menuju sofa.“Kamu boleh pulang, Lyd,” ujar Reno sambil menghempat tubuhnya di sofa dengan menggeram. Meskipun hatinya sedang berbunga-bunga, tetapi Reno tidak boleh menunjukkannya di depan Fathiya. “Makasih buat hari ini.”“Sama-sama, Pak.”Setelah menjawab Reno, Lydia membereskan barang-barangnya lalu berpamitan pada Fathiya.“Macam penat betul?” Fathiya mencibir. Padahal, Reno tidak pergi sampai satu hari full, tetapi wajahnya sudah seperti orang yang pulang lembur. “Capek hati,” jawab Reno dengan sengaja.Fathiya mencebik lalu mematikan teve yang ditontonnya. “Mama dah telefon Rindu,” ucapnya tidak memedulikan perkataan Reno, kar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status