Share

BC ~ 38

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2024-10-14 17:05:22

“Mama sama Papa juga di sini?” Alin terpaku setelah membuka pintu ruang VIP di sebuah restoran. Tempat di mana Zaldy memintanya datang, untuk makan siang. Namun, Zaldy tidak mengatakan mertuanya juga ikut dalam pertemuan kali ini.

Zaldy menghela besar. Andai tidak terpaksa, maka dirinya tidak akan pernah mau melakukan hal seperti ini. Daripada berakhir babak belur lagi karena ancaman seseorang, maka mau tidak mau ia meminta orang tuanya dan Alin untuk bertemu siang ini.

“Duduk dulu,” pinta Zaldy menarik meja kosong di sebelahnya. “Sebentar la—”

“Sudah lengkap semua.” Reno tersenyum. Berdiri di belakang Alin yang masih terpaku di tempat. Karena wanita itu belum juga bergeser, maka Reno pun menepuk pelan sisi lengan Alin. “Minggir, aku mau lewat.”

Alin menoleh bingung. Mengapa pria yang ia jumpai bersama Lita ada di ruangan yang sama?

“Kamu—”

“Duduk,” titah Reno sambil melewati Alin, lalu duduk di salah satu kursi kosong yang berada di samping Idris.

“Kenapa kita semua ada di sini?” Ali
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (20)
goodnovel comment avatar
Siti Zakia
hmmmm orang kaya mah bebaaaas..... ciee Reno udah berbunga bunga ke .... dapet lampu kuning inget No..... klo disini kuning disebrang masih ijo ato bahkan masih merah tetep hati hati ya.....
goodnovel comment avatar
herka ratri
bang reno keluar aslinya..
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
abaaaang kok aku takut tapi seneng yah lihat kelakuanmu.. hehehe ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Cinderella   BC ~ 39

    “Ta, ada pak Reno di depan.” Tiara memberitahu sambil mengambil mengambil alih spatula dari tangan Lita. “Temui sana, biar Ibu yang ngaduk puding. Habis ini langsung ditaruh di cetakan, kan? Apa ada lapisannya lagi?”“Ibu bilang aku ada?”“Memangnya mau bilang apa?”“Aku nggak mau ketemu,” tolak Lita. “Bilang aja aku lagi tidur.”“Ibu terlanjur bilang kamu lagi bikin puding.”“Ibuuu.”“Sudahlah, Ta.” Tiara mengibaskan tangan mengusir Lita. “Masalah itu diselesaikan, bukan dihindari. Jadi, ini nanti tinggal tuang, apa gimana?”“Tinggal tuang,” jawab Lita dengan bibir merengut dan pergi meninggalkan Tiara. Karena Tirta masih tidur siang di depan teve, maka ia bisa sedikit santai. “Mau apa lagi datang ke sini?” Lita merapatkan tubuh bagian depannya dengan bingkai pintu. Melihat Reno dengan bibir yang masih saja maju.“Mau jadi kusen pintu,” jawab Reno sambil menunjuk tiang penyangga pintu yang hampir di peluk Lita. “Bisa nggak kira-kira?”“Kemarin-kemarin masih bisa, tapi sekarang nggak.

    Last Updated : 2024-10-15
  • Bukan Cinderella   BC ~ 40

    Sebelum membuka pintu kamar inap Fathiya, Reno mengacak-acak rambutnya terlebih dahulu. Menarik sedikit kemejanya dari dalam celana, agar terlihat tidak simetris dan agak berantakan. Setelahnya, Reno memasang wajah lelah lalu membuka pintu kamar Fathiya dan masuk ke dalam.Reno menyapa sang mama lebih dulu dan Lydia setelahnya, sambil terus berjalan lesu menuju sofa.“Kamu boleh pulang, Lyd,” ujar Reno sambil menghempat tubuhnya di sofa dengan menggeram. Meskipun hatinya sedang berbunga-bunga, tetapi Reno tidak boleh menunjukkannya di depan Fathiya. “Makasih buat hari ini.”“Sama-sama, Pak.”Setelah menjawab Reno, Lydia membereskan barang-barangnya lalu berpamitan pada Fathiya.“Macam penat betul?” Fathiya mencibir. Padahal, Reno tidak pergi sampai satu hari full, tetapi wajahnya sudah seperti orang yang pulang lembur. “Capek hati,” jawab Reno dengan sengaja.Fathiya mencebik lalu mematikan teve yang ditontonnya. “Mama dah telefon Rindu,” ucapnya tidak memedulikan perkataan Reno, kar

    Last Updated : 2024-10-15
  • Bukan Cinderella   BC ~ 41

    “Ada urusan apa, sampe pak Reno datang ke sini malam-malam?” Radit segera menginterogasi Lita setelah Reno pergi dari rumahnya. Ia khawatir, Lita kembali membuat masalah dan menyusahkan keluarga.Lita mengendik sambil menurunkan Tirta dari gendongan. “Nggak ada apa-apa. Kita cuma ngobrol-ngobrol.”“Nggak mungkin.” Radit menghalangi langkah putrinya yang hendak berbelok ke kamar. “Kamu nggak bikin masalah lagi, kan?”“Nggak,” jawab Lita singkat, lalu menunduk dan kembali menggendong Tirta. Lebih baik cepat-cepat masuk ke kamar, daripada menghadapi bapak yang terus saja curiga kepadanya.“Terus ngapain dia ke sini?” Radit tetap saja menghalangi jalan Lita, karena belum puas dengan jawaban putrinya. Demi apa pun itu, Radit tidak ingin membuat masalah dengan keluarga Dewa. Ancaman yang pernah menantunya berikan saat itu, cukup membekas di ingatan dan Radit tidak akan bisa melupakannya. “Dengar, Ta. Pak Dewa—”“Dia mau ngajak jalan sabtu nanti.”Daripada tidak bisa masuk ke kamar, dengan t

    Last Updated : 2024-10-15
  • Bukan Cinderella   BC ~ 42

    Lita tidak langsung berjalan setelah menutup pintu mobil. Ia memandang Tirta di gendongan Reno, yang terlihat semakin menggemaskan dengan setelan baju model tuxedo berwarna navy.“Ayo masuk.” Reno meraih tangan Lita dan menggenggamnya. Mereka sudah seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kok aku jadi malas ketemu mereka, ya?” Untuk pertama kalinya, Lita menggenggam erat tangan Reno seperti seorang kekasih. Meskipun tidak ada komitmen yang terucap, tetapi semua sikap Reno kepadanya sudah cukup membuat Lita yakin melangkah bersama pria itu.“Sudah, nggak papa,” ujar Reno segera membawa Lita memasuki restoran dengan konsep terbuka yang family friendly. Ada tempat bermain untuk anak, meskipun Reno tidak yakin Tirta bisa bermain dengan bebas di sana. “Oia, aku hampir lupa. Kalau lihat Riko atau yang lainnya di dalam, pura-pura aja nggak tahu.”“Mereka masih ngawasin?”“Iya.”Kali ini, Riko dan orang-orangnya tidak hanya mengawasi Lita, tetapi Tirta juga mendapat perlakuan yang sama. Untuk sa

    Last Updated : 2024-10-16
  • Bukan Cinderella   BC ~ 43

    “Reno, Reno, Reno!” Anin menggeram kesal, tetapi tidak berdaya ketika Alin menariknya menjauh dari meja. “Reno siapa, sih, dia! Apa susahnya ngasih tahu nama belakangnya? Jangan-jangan, dia itu cuma pura-pura kaya!”“Nggak lihat bajunya dia bermerek semua!” desis Alin masih memegang lengan Anin dan membawa sang kakak menjauh. Jangan sampai Zaldy di pecat dari pekerjaannya, karena status Alin di mata teman-temannya pasti merosot dalam sekejap. Belum lagi, ada mental dua anak perempuannya yang menjadi taruhan. “Ruang VVIP di resto yang aku ceritain kemarin juga dia yang sewa. Aku yakin itu uang haram, karena dia punya banyak preman! Mana bawa-bawa senjata. Gila tu orang!”“Tapi cakeeep, Liiin! Sumpah!” Anin berhenti melangkah setelah menyadari jaraknya sudah lumayan jauh. “Enak banget hidupnya si pèlacur itu!” Anin bersedekap dan menunjuk Lita dengan dagunya. “Lihat sendiri, kan, penampilannya berubah drastis! Padahal baru kapan kita nyemprot dia di mall, tapi sekarang ... dia berubah! C

    Last Updated : 2024-10-16
  • Bukan Cinderella   BC ~ 44

    Alin menahan ekspresi tercengangnya, ketika melihat sedan mewah yang digunakan Reno. Semakin bertanya-tanya, siapakah sebenarnya Reno dan apa pekerjaan pria itu sebenarnya. Namun, Alin merasa ada yang janggal ketika melihat nomor plat mobil sedan tersebut.B 121 NDUBukankah, pelat nomor polisi tersebut dapat dibaca RINDU?Apa itu berarti, pemilik dari sedan tersebut adalah Rindu?Tidak perlu difoto pun, Alin sudah bisa menghafal nomor tersebut dengan mudah.Dengan begini, kecurigaan Alin pun semakin menjadi-jadi. Mungkin saja, pria yang bersama Lita saat ini adalah sopir seorang pengusaha atau pejabat di ibukota.“Rindu,” pancing Alin ketika Reno meletakkan beberapa paper bag pemberian Debby di bagasi.Baru pertama bertemu, tetapi kedua mertuanya sudah memberikan banyak barang untuk Tirta. Alin juga yakin, di antara semua barang tersebut pasti ada pemberian Zaldy. Tidak ada yang bisa Alin lakukan selain bersabar, karena mereka semua pada dasarnya memang menginginkan cucu laki-laki.“A

    Last Updated : 2024-10-16
  • Bukan Cinderella   BC ~ 45

    Lita pernah beberapa kali menjalin kasih dengan sejumlah pria di masa lalu. Namun, tidak ada satu orang pun yang pernah mengajak Lita pergi ke restoran mewah, untuk makan malam romantis seperti sekarang.Terlebih-lebih ketika ia menjalin hubungan gelap dengan Zaldy. Lita hanya mendapatkan uang pria itu, tetapi tidak pernah jalan bersama di depan umum seperti saat ini.“Tadinya aku mau nyewa ruang outdoor supaya nggak ada yang ganggu,” ucap Reno sambil menggandeng Lita dan berjalan di belakang pelayan yang akan menunjukkan meja mereka. “Tapi karena reservasinya dadakan, jadi nggak bisa karena mejanya hampir full.”Tidakkah Lita semakin tersanjung dengan sikap Reno yang romantis ini?Reno adalah satu-satunya pria yang memperlakukan Lita layaknya ratu. Ya, walaupun hubungan mereka di awal sempat ricuh, tetapi semua yang didapatkan Lita saat ini sungguh lebih dari yang pernah ia bayangkan.“Ini juga udah bagus banget.” Lita berhenti di samping jendela kaca besar, yang membentang sebagai di

    Last Updated : 2024-10-17
  • Bukan Cinderella   BC ~ 46

    “Dewa di mana?” tanya Reno sambil menggaruk kepala saat berhenti tidak jauh dari Rindu. Ia baru keluar dari kamar dan belum berniat mandi pagi untuk menikmati hari liburnya.Bukannya menjawab, Rindu justru meledek Reno sambil melewati pria itu menuju ke dapur. “Duuh si Abang, pagi-pagi gini tuh, enaknya ngumpul sama istri. Apalagi habis hujan dari semalam, kaaan.”“Istri, istri.” Reno berdecih sambil mengikuti Rindu. “Dianya diajak nikah aja nggak mau. Banyak bener alasannya.”“Bukannya nggak mau.” Rindu berdecak. Membuka lemari pendingin, lalu mencari puding buatan Lita yang sempat dikirim kemarin sore untuk Dewi. “Kamu, kan, tahu sendiri alasannya apa.”“Ya maksudku, kita bisa kayak kamu sama Dewa dulu.”Rindu terdiam sebentar saat tangannya menyentuh cup puding. Mencerna ucapan Reno sejenak, lalu mengangguk-angguk sambil menutup pintu lemari pendingin setelah mengerti.“Beda sikon, Ren.” Rindu menggeleng. “Aku sama mas Dewa sama-sama bebas di luar dan nggak pulang ke rumah. Lah, kam

    Last Updated : 2024-10-17

Latest chapter

  • Bukan Cinderella   BC ~ 70 [FIN]

    “Aban ... jangan lari di tangga!” Reno sudah melarang, tetapi bocah yang sebentar lagi berusia tiga tahun itu tidak mau mendengarnya. “Kalau jatoh kita nggak jadi ulang tahun.”“Tak jatuh pun.”Reno menarik napas mendengar jawaban Tirta yang berucap dengan logat melayu. Benar-benar mirip Fathiya jika sudah berbicara. Reno tidak heran, karena Tirta memang sering menghabiskan hari-harinya dengan Fathiya. Terlebih lagi, Fathiya benar-benar memanjakan Tirta dan selalu menuruti semua permintaan bocah tersebut. “Hati-hati turunnya,” sambar Lita yang berjalan di belakang Reno dan jauh lebih kalem ketika menghadapi sikap putranya. “Kalau jatuh yang sakit Aban, bukan Ibu tau?”“Tau ...”Reno berdecak dan berhenti di ujung tangga. “Kalau jatuh, bahaya.”Lita menepuk keras bòkong Reno sebelum berhenti di sampingnya. Ia terkekeh, karena Reno sontak melotot padanya. “Tirta sudah—”“Kalau pengen bilang,” putus Reno lalu membalas Lita dengan perlakuan yang sama, hingga Lita memekik lalu terkekeh. “K

  • Bukan Cinderella   BC ~ 69

    “Mutasi?”“Kata bu Debby begitu.” Lita mengangguk untuk menjawab pertanyaan Rindu. Matanya tertuju pada Dewa dan Tirta yang sedang berlatih di dojo. Ia sebenarnya datang untuk memberikan oleh-oleh dari Malaysia dan ngobrol santai dengan Rindu. Namun, ternyata Dewa malah membawa anak-anak ke dojo di belakang rumah.Lita melihat Dewa sibuk mengajari Tirta menendang kick pad yang ada di tangan pria itu. Sementara Dewi, hanya duduk bertepuk tangan dengan tawa geli ketika melihat sepupunya berhasil menendang. Tawa kecil itu selalu pecah, seolah menikmati setiap aksi Tirta yang memang terlihat menggemaskan.Sedangkan di sisi lain, Reno tampak lebih sibuk dengan kameranya. Merekam setiap momen dengan senyum bangga di wajahnya.“Pak Zaldy dimutasi ke Denpasar, tapi naik jadi wakil dirut di sana,” sambung Lita menerangkan. “Jadi ini masih sibuk bolak balik, karena sekalian ngurus pindah sekolah anaknya sama ini itunya. Pantas aja nggak pernah ngerecokin Tirta lagi.”“Emang mau direcokin dia lag

  • Bukan Cinderella   BC ~ 68

    Lita berdiri di balkon hotel, memandang ke luar dengan kekaguman. Pemandangan kota yang megah dan hiruk-pikuk kehidupan malam yang berbeda, membuatnya merasa seolah sedang bermimpi.Ia menoleh ke arah Reno, yang menghampirinya lalu memeluk dari belakang. Rasanya, setiap detik liburan yang dihabiskannya, adalah sesuatu yang luar biasa. Dari pengalaman pertamanya naik pesawat, hingga menjelajahi tempat-tempat baru yang menakjubkan.Mereka sempat dua hari berada di kediaman Fathiya dan sisanya Reno memilih memboyong semua anggota keluarga menginap di hotel. Semua itu dilakukan agar Lita, Tiara, maupun Fandy bisa mendapatkan pengalaman baru.Pada liburan kali ini, Radit tidak bisa ikut karena jatah cutinya dari perusahaan sudah habis. Jadi, pria itu menetap di Jakarta dan tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa.“Aban sudah tidur,” bisik Reno memberitahu tepat di telinga Lita. “Kapan kita tidur?”Lita terkekeh mendengar ajakan Reno. Beberapa hari ini, pria itu memang tidak meminta ja

  • Bukan Cinderella   BC ~ 67

    Meskipun tidak sebesar dan semegah resepsi pernikahan Rindu, bagi Lita, acara pernikahannya memiliki keindahan dan kesempurnaan tersendiri. Dengan dekorasi sederhana nan elegan, suasana yang hangat dan penuh kasih sayang dari keluarga serta teman-teman terdekat, membuat hari itu begitu istimewa."Abang, makasih." Lita berucap pelan sambil menatap Reno, kaki-kakinya bergerak canggung saat mereka berdansa di tengah ruangan. Langkah Lita terasa kaku dan hanya berusaha mengikuti irama. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti ke mana langkah Reno membawanya. “Sebenarnya aku pengen nangis, tapi air matanya nggak keluar.”Reno terkekeh pelan mendengar ucapan istrinya. Entah sudah berapa kali, Lita mengucapkan kata terima kasih pada Reno, karena telah mempersiapkan sebuah resepsi pernikahan yang tidak terbayangkan. Padahal, semua ini jauh dari kata mewah seperti pernikahan Rindu, tetapi sikap Litalah yang membuat Reno benar-benar merasa sangat dihargai.“Sebenarnya, aku juga mau minta maaf ka

  • Bukan Cinderella   BC ~ 66

    “Ke Malaysia?” Lita menatap Reno dengan mata membesar, jantungnya berdebar kencang. Bibir Lita bergetar, seiring rasa gugup dan bahagia yang tiba-tiba menyelimuti. Masih mencoba mencerna ucapan Reno, karena tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Maksudnya, kita ... ke Malaysia? Aku sama Tirta ikut?”“Kita semua.” Reno mengangguk lalu menangkup wajah Lita. Namun, kedua tangannya langsung disingkirkan Tirta yang sedang berada di pangkuan Lita. “Ditambah ibu sama Fandy,” ucapnya kembali menangkup wajah Lita, tetapi tangannya kembali ditepis, sehingga Reno dengan sengaja kembali melakukan hal tersebut untuk menggoda Tirta.Lita terkekeh melihat tingkah putranya. “Cemburu dia.”“No no cemburu sama Ayah, tau.” Reno menggeleng saat memberi tahukan hal tersebut pada Tirta. “Nggak boleh! No no.”“Nana!” seru Tirta sambil geleng-geleng.“Iya, nana,” ulang Reno lalu menangkup gemas wajah gembil itu dengan kedua tangan, tetapi Tirta segera memberontak. Namun, sejurus itu Tirta justru

  • Bukan Cinderella   BC ~ 65

    “Bahagia sangat Mama tengok kau setiap hari,” ucap Fathiya sambil melempar pelan sebuah bola pada Tirta, agar batita itu menendangnya. Saat bola itu luput dari tendangan Tirta, Fathiya pun tertawa. “Macam tak ada beban.”“Makasih, Ma.” Reno tidak lagi bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya. Ia merangkul Fathiya dan membiarkan Tirta bermain seorang diri di taman sembari mengawasi. “Maaf, kalau aku nekat nikahin Lita, padahal Mama nggak setuju.”“Dah terjadi, dah,” ucap Fathiya sudah tidak ingin mengungkit masa lalu. “Yang penting kau bahagia, Mama pun bahagia.”“Nggak usah ditanya.” Reno tersenyum kecil. Mengingat bagaimana cara Lita menghormati dan melayaninya. Hampir tanpa cela, karena wanita itu selalu bisa menempatkan diri dan membaca situasi hati Reno. “Aku bahagia.”“Buatkan Tirta adik kalau macam tu.”Reno tertawa kecil, kendati hatinya sedikit tercubit karena permintaan Fathiya. Bukannya tidak mau, tetapi Lita belum siap jika harus hamil lagi ketika Tirta masih but

  • Bukan Cinderella   BC ~ 64

    “Bikin puding pesanan orang lagi?”Tidak menemukan istrinya ketika bangun tidur, Reno lantas segera pergi ke dapur. Tidak hanya Lita, tetapi Tirta pun sudah tidak ada di kasurnya. Padahal, hari itu adalah hari libur tetapi Lita sudah tidak ada di sampingnya ketika Reno membuka mata.“Ehh, Ayah sudah bangun.” Lita memberi senyum semanis mungkin, karena mendengar nada bicara Reno yang tampaknya tidak terlalu suka dengan kegiatan yang dilakukannya.Dengan segera, Lita mengalungkan tangan pada pinggang Reno yang berdiri di sebelahnya lalu berjinjit. Memberi satu kecupan singkat di pipi dan kembali mengaduk adonan pudingnya.“Sayang, ini masih subuh.” Reno memelankan suaranya. Melihat Tirta yang asyik sendiri di kursi makannya, dengan potongan buah pisang yang sudah tidak berbentuk. “Masih gelap, tapi kamu sudah bawa Tirta ke dapur.”“Tirta bangun waktu aku selesai mandi,” ujar Lita sambil melihat Tirta yang berada di samping kitchen island. Tidak jauh dari tempat Lita berdiri, agar lebih

  • Bukan Cinderella   BC ~ 63

    “Mimi ...” Tirta berjalan sempoyongan ketika melihat Fathiya duduk di ruang tengah. Sempat terjatuh, lalu kembali bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.Reno yang berada di belakangnya, memang sengaja membiarkan batita itu dan tidak menolong sama sekali. Semua itu dilakukan agar Tirta tidak cengeng dan tidak putus asa untuk belajar berjalan.“Tok Umilaaa ...” Fathiya bertepuk tangan menyambut Tirta agar segera menghampirinya. “Bukan mimi.”“Lydia belum datang, Ma?” tanya Lita yang baru saja memasuki ruang tengah setelah menyibukkan diri di dapur. Sementara Tirta, sejak tadi berada bersama Reno karena pria itu sendiri yang meminta. “Sudah jam segini. Mama sudah minum obat belum.”“Dah.” Fathiya menangkap tubuh Tirta yang berhenti di depannya. Namun, batita itu tidak mau diangkat dan dipangku karena lebih memilih kembali berjalan menyusuri ruang tengah. “Hari ni Lydia izin.”“Nggak ada penggantinya?” tanya Reno sambil mengambil mobil-mobilan aki yang dibelinya, lalu meletakkan di t

  • Bukan Cinderella   BC ~ 62

    “Sayangnya Ibuuu.” Lita mencium gemas pipi gembil putranya hingga berkali-kali, ketika akhirnya bertemu kembali. “Kamu nggak kangen sama Ibu, heemm.”Tirta hanya bisa terkekeh, ketika Lita menjatuhkan kecupan bertubi-tubi tanpa bisa melawan.“Ayahnya,” ujar Reno yang duduk bersila di samping Lita, setelah bersalaman dengan Fathiya dan Tiara yang duduk di sofa.Lita terkekeh setelah berhenti mencium putranya. Menatap Reno, sembari mendudukkan Tirta di pangkuannya dengan posisi yang nyaman. Belum sempat ia bicara, Tirta sudah lebih dulu berceletuk ketika melihat Reno.“Aban!”Reno buru-buru meraih tangan Tirta, kemudian menepukkan tangan mungil tersebut ke dada bayi pintar itu. “Ini Aban Tirta,” kata Reno lalu melepas tangan Tirta dan mengangkatnya ke pangkuan. “Ini Ayah.”“Aban.”“Ayah,” ujar Reno kembali meralat sambil menyapit gemas bibir mungil itu. “Pelan-pelan aja,” kata Tiara ikut merasa bahagia melihat binar ceria dari sorot mata Lita. Rasanya, satu beban yang ada di pundak Tia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status