Share

BC ~ 18

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2024-10-08 06:16:23

“Nanti malam nginap di sini sama ibu, Ta,” ujar Rindu saat baru duduk bersila di sebelah Lita. “Kamu, kan, lagi libur dua hari.”

Tatapan Lita reflek tertuju pada Tiara yang duduk di hadapannya. Sedikit melebarkan mata, karena Rindu tidak seharusnya tahu akan hal tersebut. Pastilah Tiara yang mengatakan semua itu pada Rindu.

“Kamu, juga, mau ke mall, kan?” sambung Rindu yang sejak tadi tidak memegang putrinya sama sekali. “Jadi, nanti kita sekalian jalan ke sana.”

“Tirta nggak aku bawain baju buat tidur,” ucap Lita beralasan. Sebagus dan semewah apa pun rumah baru Rindu, tetapi Lita merasa lebih nyaman berada di rumah sendiri. “Terus, buat besok pagi ju—”

“Nanti kita beli di mall,” sela Rindu tidak ingin ribet. “Gampanglah itu. Iya, kan, Bu?” Rindu menodong Tiara dengan senyum tipisnya. “Lagian Ibu nggak pernah nginap di rumahku. Jadi, sekali-sekali nginap sini.”

Kendati Rindu bisa memaklumi sikap Tiara yang lebih condong memperhatikan Lita, tetapi sesekali ia juga ingin mendapati sang
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Siti Zakia
klo aku jadi Lita mending beli di mall
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
suka.nih lita nyuekin reno tanpa.kata tanpa suara hahahaaaa masih berani nanya punya masalah apa lagi.. jelas² situ sendiri ren yg selalu nyari masalah sama lita
goodnovel comment avatar
Siti Juli
jangan galak - galak ren
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Cinderella   BC ~ 19

    “Duduk di depan,” titah Reno ketika melihat Lita baru akan duduk di kursi belakang. “Aku bukan sopirmu.”Lita menarik napas. Daripada ribut, lebih baik ia menuruti perintah Reno. Menutup pintu penumpang bagian belakang, lalu beralih ke depan dan duduk di samping pria itu. Lita memasang sabuk pengaman dan tidak berminat bicara sama sekali untuk membuka obrolan.Bukankah lebih baik seperti itu?“Sekarang, cuma ada kita berdua di sini.” Meskipun kesal, tetapi Reno harus tetap berhati-hati ketika mengemudikan mobilnya. Sekali lagi, ia berada dalam keadaan yang tidak tepat, sehingga tidak bisa menolak perintah Fathiya. “Jadi biasa aja. Nggak usah akting.”“Kalau gitu, nggak usah ngomong bisa nggak?” ujar Lita tanpa menoleh. Ia mengeluarkan ponsel dan lebih memilih menunduk untuk melihat isi di dalamnya.“Lo ada masalah apa, sih, sama gue, Ta?”“Nggak ada,” jawab Lita berusaha santai dan tidak terpancing emosi. “Saya cuma mau kita diam. Anggap aja saya nggak ada. Atau, Pak Reno bisa turunin

    Last Updated : 2024-10-08
  • Bukan Cinderella   BC ~ 20

    “Ta, jangan salah paham dulu.” Dengan mudah, Reno menyusul Lita yang baru menaiki eskalator. Menaiki satu tangga di atas Lita, sehingga perbandingan tinggi tubuh mereka semakin timpang.Lita mengangkat tinggi wajahnya, lalu berdecak kecil. Baginya, hari ini sudah sangat menguras tenaga karena tidak bisa menikmati hari istirahat di rumah. Meskipun bisa melakukannya di rumah Rindu, tetapi tetap saja rebahan di rumah sendiri lebih nyaman daripada di rumah orang.Hampir tidak punya tenaga lagi untuk berdebat, Lita bergeser lalu menaiki anak tangga dan melewati Reno tanpa kata. Harusnya, Lita tidak perlu lagi pergi ke mall karena Tirta pasti aman berada bersama Tiara dan keluarga Rindu. Lita juga tidak perlu khawatir mengenai ASI atau camilan Tirta, karena semua sudah ia sediakan.“Ta.” Reno berbalik. Kembali menyusul Lita dengan menaiki tangga. “Ta, dengerin aku dulu.”“Please, Pak, hari ini saya capeeek banget, sumpah!” Lita terus berjalan menuju toilet yang ada di lantai dua dengan langk

    Last Updated : 2024-10-08
  • Bukan Cinderella   BC ~ 21

    “Reno, jangan bikin baper anak orang.”“Ha?” Reno terkekeh dan tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Abraham. “Siapa yang aku bikin baper?”“Lita.” Telunjuk Dewa mengitari bibir cangkir kopinya dengan perlahan. Menatap Reno dengan senyum miring, penuh curiga. “Ngapain harus ngambilin dia makan segala?”Para pria memilih tetap berada di restoran, sementara yang lain telah pergi berbelanja dengan kedua bayi yang berada di stroller.“Jangan main-main sama Lita,” timpal Abraham kembali bersuara dan memberi peringatan. “Cari perempuan lain kalau mau main-main, karena dia terhitung masih keluarga Rindu.”“Siapa yang mau main-main sama Lita?” Intonasi Reno sedikit meninggi. “Apa salahnya ngambilin dia makan? Om lihat sendiri dia megang Tirta sambil—”“Reno ... Reno ...” Dewa terkekeh. “Aku sudah kenal sama kamu dari kecil, kalau nggak ada mau—”“Lita habis digampar istri mantannya di bawah.” Reno harus segera memberi klarifikasi, agar Abraham dan Dewa tidak salah paham. Memberi penjelasan s

    Last Updated : 2024-10-09
  • Bukan Cinderella   BC ~ 22

    Tidak seperti Tirta yang lahap dengan makanannya, Dewi justru lebih banyak melepeh, bahkan menyemburkan bubur semaunya. Terkadang, kesabaran Rindu bisa menipis tiba-tiba, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengomel.“Itu, Tirta minum vitamin buat nafsu makan nggak, sih?” tanya Rindu meletakkan mangkuk bubur pada tray di hadapan Dewi. Sudah menyerah, dan membiarkan gadis kecil itu bermain dengan sendok, juga buburnya. Sementara Tirta, baru saja melahap makanannya hingga tidak bersisa.“Tirta nggak minum vitamin,” ujar Lita kembali mengingat pertemuannya dengan Reno, karena mereka sedang berada tepi kolam renang. “Paling kalau sakit, terus dapat obat dari bidan, baru sekalian aku minta dikasih vitamin. Tapi kalau vitaminnya habis, ya, aku nggak beli lagi.”“Ohh ...” Rindu mendadak serba salah dan memaksakan senyumnya. Kehidupan Lita saat ini, sungguh sangat sederhana dan wanita itu sepertinya sudah bisa menerima kenyataan yang ada. “Jangan sakit-sakit lagi,” ucapnya sambil mende

    Last Updated : 2024-10-09
  • Bukan Cinderella   BC ~ 23

    “Hm, cakaplah.”Setelah memanggil Lita keluar, Fathiya mendudukkan putranya dan wanita itu di meja makan. Wajar bila Fathiya curiga dengan sikap putranya, karena Reno mengetuk pintu kamar Lita dan ngotot ingin memberi penjelasan. Memangnya, ada kesalahpahaman apa sehingga Reno bersikap seperti demikian.“Jelaskan sekarang,” tegas Fathiya menatap Reno dan Lita yang duduk di berseberangan dengannya secara bergantian. Sementara itu, Fathiya juga membawa Tiara duduk di sebelahnya, agar tidak ada salah paham lagi ke depannya.Reno menatap Lita yang hanya diam menunduk. Wanita itu terlihat tidak ingin bicara dan memberi penjelasan untuk membantu Reno yang sedang terpojok.Jika Reno mengatakan hal yang sejujurnya, maka Lita pasti akan semakin murka. Namun, Reno tidak tahu apa yang harus ia katakan jika tidak mengatakan hal tersebut di depan Fathiya dan Tiara.“Itu ... sebenarnya.” Ucapan Reno terhenti ketika ekor matanya mendapati wajah Lita sedang menatapnya. Kemudian, Reno kembali menatap w

    Last Updated : 2024-10-09
  • Bukan Cinderella   BC ~ 24

    Setelah bertemu dengan Tirta yang dibawa Dewa dan Rindu main di dojo belakang rumah, Lita segera berpamitan tanpa ingin membuang waktu. Namun, tetap saja ia tidak bisa mengelak ketika Fathiya memberi perintah untuk pulang berasa Reno. Sementara ojek yang Lita pesan, sudah dibayar dan diminta pergi karena tidak jadi memakai jasanya.“Sudah cocok jadi bapak,” celetuk Rindu saat melihat Reno “merampas” Tirta dari gendongan Lita. “Tinggal cari istri.”Ketika mengatakan hal tersebut, Rindu melirik samar pada Fathiya. Memperhatikan ekspresi yang dapat ia baca dari wajah wanita itu. Rindu harus tahu, respons seperti apa yang ditunjukkan Fathiya atas ucapannya barusan. Namun, Fathiya tidak menampilkan ekspresi apa pun, bahkan tidak ada sedikit senyum, untuk merespons gurauan Rindu.Jadi, Rindu sulit menebak isi kepala Fathiya saat ini.“Reno nggak doyan perempuan,” ledek Dewa lalu terkekeh. “Nyari Aspri aja laki-laki, si Willy.”“Dewa!” Fathiya menegur dengan mata yang melebar, tetapi keponaka

    Last Updated : 2024-10-10
  • Bukan Cinderella   BC ~ 25

    “Whoh! Sorry, sorry!”Baru saja membuka pintu, tetapi Reno kembali menutupnya dengan segera. Tanpa sengaja melihat Lita sedang mengASIhi putranya di dalam sana, membuat jantung Reno mendadak berdegup tidak karuan. Jika tahu seperti itu, Reno pasti mengetuk pintunya terlebih dahulu.Bahkan, Reno meminta pelayan yang membawa minuman untuk meletakkan pesanan tersebut di luar, karena Lita masih melakukan kegiatannya di dalam. Sekitar lima menit menunggu, pintu ruang VVIP tersebut lantas terbuka.“Maaf, tasnya Tirta ketinggalan di mobil,” ujar Lita setelah pintu terbuka lebar. “Dia rewel, minta nyusu.”“Hmm.” Reno mengangguk canggung. Ia berbalik sebentar mengambil minuman, lalu membawanya ke dalam ruangan. “Sudah pesan makan?”“Sudah,” jawab Lita sambil memegangi kedua tangan Tirta yang berusaha belajar berjalan. “Saya sudah pesankan pak Reno udang asam manis sama gurame bakar.”Reno mengangkat tinggi kedua alisnya. Dari mana Lita tahu, Reno menyukai udang dan gurame bakar? Apakah ini ha

    Last Updated : 2024-10-10
  • Bukan Cinderella   BC ~ 26

    “Fan, ngerasa nggak, belakangan ini ada yang ngikutin kalau kita ngantarin puding?”Lita berdiri di samping Fandy yang sudah menstarter motornya. Tidak langsung duduk dan pergi setelah menitipkan puding buatannya di salah satu penjual makanan di pagi hari.Sejak pertemuannya dengan Zaldy dan ucapan Reno tempo hari, Lita bisa menjadi parno sendiri. Namun, semua pemikiran tersebut hanya disimpannya seorang diri karena belum memiliki bukti. Karena itu pula, Lita tidak pernah lagi mengajak Tirta pergi keluar rumah. Lita memilih menitipkan putranya pada Tiara, daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.“Jangan noleh ke mana-mana,” larang Lita ketika sang adik hendak melihat ke sekitar. “Lihat gua aja.”Fandi menurut dan menatap Lita. “Nggak usah parno.”Lita menunduk dan tidak menoleh ke mana-mana. Namun, ia tidak bisa menceritakan apa pun pada Fandy, bila sang adik tidak merasakan mereka diikuti.“Nggak ada siapa-siapa,” ucap Fandy lagi untuk menenangkan. “Emang, siapa yang mau ngiku

    Last Updated : 2024-10-10

Latest chapter

  • Bukan Cinderella   BC ~ 70 [FIN]

    “Aban ... jangan lari di tangga!” Reno sudah melarang, tetapi bocah yang sebentar lagi berusia tiga tahun itu tidak mau mendengarnya. “Kalau jatoh kita nggak jadi ulang tahun.”“Tak jatuh pun.”Reno menarik napas mendengar jawaban Tirta yang berucap dengan logat melayu. Benar-benar mirip Fathiya jika sudah berbicara. Reno tidak heran, karena Tirta memang sering menghabiskan hari-harinya dengan Fathiya. Terlebih lagi, Fathiya benar-benar memanjakan Tirta dan selalu menuruti semua permintaan bocah tersebut. “Hati-hati turunnya,” sambar Lita yang berjalan di belakang Reno dan jauh lebih kalem ketika menghadapi sikap putranya. “Kalau jatuh yang sakit Aban, bukan Ibu tau?”“Tau ...”Reno berdecak dan berhenti di ujung tangga. “Kalau jatuh, bahaya.”Lita menepuk keras bòkong Reno sebelum berhenti di sampingnya. Ia terkekeh, karena Reno sontak melotot padanya. “Tirta sudah—”“Kalau pengen bilang,” putus Reno lalu membalas Lita dengan perlakuan yang sama, hingga Lita memekik lalu terkekeh. “K

  • Bukan Cinderella   BC ~ 69

    “Mutasi?”“Kata bu Debby begitu.” Lita mengangguk untuk menjawab pertanyaan Rindu. Matanya tertuju pada Dewa dan Tirta yang sedang berlatih di dojo. Ia sebenarnya datang untuk memberikan oleh-oleh dari Malaysia dan ngobrol santai dengan Rindu. Namun, ternyata Dewa malah membawa anak-anak ke dojo di belakang rumah.Lita melihat Dewa sibuk mengajari Tirta menendang kick pad yang ada di tangan pria itu. Sementara Dewi, hanya duduk bertepuk tangan dengan tawa geli ketika melihat sepupunya berhasil menendang. Tawa kecil itu selalu pecah, seolah menikmati setiap aksi Tirta yang memang terlihat menggemaskan.Sedangkan di sisi lain, Reno tampak lebih sibuk dengan kameranya. Merekam setiap momen dengan senyum bangga di wajahnya.“Pak Zaldy dimutasi ke Denpasar, tapi naik jadi wakil dirut di sana,” sambung Lita menerangkan. “Jadi ini masih sibuk bolak balik, karena sekalian ngurus pindah sekolah anaknya sama ini itunya. Pantas aja nggak pernah ngerecokin Tirta lagi.”“Emang mau direcokin dia lag

  • Bukan Cinderella   BC ~ 68

    Lita berdiri di balkon hotel, memandang ke luar dengan kekaguman. Pemandangan kota yang megah dan hiruk-pikuk kehidupan malam yang berbeda, membuatnya merasa seolah sedang bermimpi.Ia menoleh ke arah Reno, yang menghampirinya lalu memeluk dari belakang. Rasanya, setiap detik liburan yang dihabiskannya, adalah sesuatu yang luar biasa. Dari pengalaman pertamanya naik pesawat, hingga menjelajahi tempat-tempat baru yang menakjubkan.Mereka sempat dua hari berada di kediaman Fathiya dan sisanya Reno memilih memboyong semua anggota keluarga menginap di hotel. Semua itu dilakukan agar Lita, Tiara, maupun Fandy bisa mendapatkan pengalaman baru.Pada liburan kali ini, Radit tidak bisa ikut karena jatah cutinya dari perusahaan sudah habis. Jadi, pria itu menetap di Jakarta dan tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa.“Aban sudah tidur,” bisik Reno memberitahu tepat di telinga Lita. “Kapan kita tidur?”Lita terkekeh mendengar ajakan Reno. Beberapa hari ini, pria itu memang tidak meminta ja

  • Bukan Cinderella   BC ~ 67

    Meskipun tidak sebesar dan semegah resepsi pernikahan Rindu, bagi Lita, acara pernikahannya memiliki keindahan dan kesempurnaan tersendiri. Dengan dekorasi sederhana nan elegan, suasana yang hangat dan penuh kasih sayang dari keluarga serta teman-teman terdekat, membuat hari itu begitu istimewa."Abang, makasih." Lita berucap pelan sambil menatap Reno, kaki-kakinya bergerak canggung saat mereka berdansa di tengah ruangan. Langkah Lita terasa kaku dan hanya berusaha mengikuti irama. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti ke mana langkah Reno membawanya. “Sebenarnya aku pengen nangis, tapi air matanya nggak keluar.”Reno terkekeh pelan mendengar ucapan istrinya. Entah sudah berapa kali, Lita mengucapkan kata terima kasih pada Reno, karena telah mempersiapkan sebuah resepsi pernikahan yang tidak terbayangkan. Padahal, semua ini jauh dari kata mewah seperti pernikahan Rindu, tetapi sikap Litalah yang membuat Reno benar-benar merasa sangat dihargai.“Sebenarnya, aku juga mau minta maaf ka

  • Bukan Cinderella   BC ~ 66

    “Ke Malaysia?” Lita menatap Reno dengan mata membesar, jantungnya berdebar kencang. Bibir Lita bergetar, seiring rasa gugup dan bahagia yang tiba-tiba menyelimuti. Masih mencoba mencerna ucapan Reno, karena tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Maksudnya, kita ... ke Malaysia? Aku sama Tirta ikut?”“Kita semua.” Reno mengangguk lalu menangkup wajah Lita. Namun, kedua tangannya langsung disingkirkan Tirta yang sedang berada di pangkuan Lita. “Ditambah ibu sama Fandy,” ucapnya kembali menangkup wajah Lita, tetapi tangannya kembali ditepis, sehingga Reno dengan sengaja kembali melakukan hal tersebut untuk menggoda Tirta.Lita terkekeh melihat tingkah putranya. “Cemburu dia.”“No no cemburu sama Ayah, tau.” Reno menggeleng saat memberi tahukan hal tersebut pada Tirta. “Nggak boleh! No no.”“Nana!” seru Tirta sambil geleng-geleng.“Iya, nana,” ulang Reno lalu menangkup gemas wajah gembil itu dengan kedua tangan, tetapi Tirta segera memberontak. Namun, sejurus itu Tirta justru

  • Bukan Cinderella   BC ~ 65

    “Bahagia sangat Mama tengok kau setiap hari,” ucap Fathiya sambil melempar pelan sebuah bola pada Tirta, agar batita itu menendangnya. Saat bola itu luput dari tendangan Tirta, Fathiya pun tertawa. “Macam tak ada beban.”“Makasih, Ma.” Reno tidak lagi bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya. Ia merangkul Fathiya dan membiarkan Tirta bermain seorang diri di taman sembari mengawasi. “Maaf, kalau aku nekat nikahin Lita, padahal Mama nggak setuju.”“Dah terjadi, dah,” ucap Fathiya sudah tidak ingin mengungkit masa lalu. “Yang penting kau bahagia, Mama pun bahagia.”“Nggak usah ditanya.” Reno tersenyum kecil. Mengingat bagaimana cara Lita menghormati dan melayaninya. Hampir tanpa cela, karena wanita itu selalu bisa menempatkan diri dan membaca situasi hati Reno. “Aku bahagia.”“Buatkan Tirta adik kalau macam tu.”Reno tertawa kecil, kendati hatinya sedikit tercubit karena permintaan Fathiya. Bukannya tidak mau, tetapi Lita belum siap jika harus hamil lagi ketika Tirta masih but

  • Bukan Cinderella   BC ~ 64

    “Bikin puding pesanan orang lagi?”Tidak menemukan istrinya ketika bangun tidur, Reno lantas segera pergi ke dapur. Tidak hanya Lita, tetapi Tirta pun sudah tidak ada di kasurnya. Padahal, hari itu adalah hari libur tetapi Lita sudah tidak ada di sampingnya ketika Reno membuka mata.“Ehh, Ayah sudah bangun.” Lita memberi senyum semanis mungkin, karena mendengar nada bicara Reno yang tampaknya tidak terlalu suka dengan kegiatan yang dilakukannya.Dengan segera, Lita mengalungkan tangan pada pinggang Reno yang berdiri di sebelahnya lalu berjinjit. Memberi satu kecupan singkat di pipi dan kembali mengaduk adonan pudingnya.“Sayang, ini masih subuh.” Reno memelankan suaranya. Melihat Tirta yang asyik sendiri di kursi makannya, dengan potongan buah pisang yang sudah tidak berbentuk. “Masih gelap, tapi kamu sudah bawa Tirta ke dapur.”“Tirta bangun waktu aku selesai mandi,” ujar Lita sambil melihat Tirta yang berada di samping kitchen island. Tidak jauh dari tempat Lita berdiri, agar lebih

  • Bukan Cinderella   BC ~ 63

    “Mimi ...” Tirta berjalan sempoyongan ketika melihat Fathiya duduk di ruang tengah. Sempat terjatuh, lalu kembali bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.Reno yang berada di belakangnya, memang sengaja membiarkan batita itu dan tidak menolong sama sekali. Semua itu dilakukan agar Tirta tidak cengeng dan tidak putus asa untuk belajar berjalan.“Tok Umilaaa ...” Fathiya bertepuk tangan menyambut Tirta agar segera menghampirinya. “Bukan mimi.”“Lydia belum datang, Ma?” tanya Lita yang baru saja memasuki ruang tengah setelah menyibukkan diri di dapur. Sementara Tirta, sejak tadi berada bersama Reno karena pria itu sendiri yang meminta. “Sudah jam segini. Mama sudah minum obat belum.”“Dah.” Fathiya menangkap tubuh Tirta yang berhenti di depannya. Namun, batita itu tidak mau diangkat dan dipangku karena lebih memilih kembali berjalan menyusuri ruang tengah. “Hari ni Lydia izin.”“Nggak ada penggantinya?” tanya Reno sambil mengambil mobil-mobilan aki yang dibelinya, lalu meletakkan di t

  • Bukan Cinderella   BC ~ 62

    “Sayangnya Ibuuu.” Lita mencium gemas pipi gembil putranya hingga berkali-kali, ketika akhirnya bertemu kembali. “Kamu nggak kangen sama Ibu, heemm.”Tirta hanya bisa terkekeh, ketika Lita menjatuhkan kecupan bertubi-tubi tanpa bisa melawan.“Ayahnya,” ujar Reno yang duduk bersila di samping Lita, setelah bersalaman dengan Fathiya dan Tiara yang duduk di sofa.Lita terkekeh setelah berhenti mencium putranya. Menatap Reno, sembari mendudukkan Tirta di pangkuannya dengan posisi yang nyaman. Belum sempat ia bicara, Tirta sudah lebih dulu berceletuk ketika melihat Reno.“Aban!”Reno buru-buru meraih tangan Tirta, kemudian menepukkan tangan mungil tersebut ke dada bayi pintar itu. “Ini Aban Tirta,” kata Reno lalu melepas tangan Tirta dan mengangkatnya ke pangkuan. “Ini Ayah.”“Aban.”“Ayah,” ujar Reno kembali meralat sambil menyapit gemas bibir mungil itu. “Pelan-pelan aja,” kata Tiara ikut merasa bahagia melihat binar ceria dari sorot mata Lita. Rasanya, satu beban yang ada di pundak Tia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status