Share

BC ~ 26

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 22:49:08

“Fan, ngerasa nggak, belakangan ini ada yang ngikutin kalau kita ngantarin puding?”

Lita berdiri di samping Fandy yang sudah menstarter motornya. Tidak langsung duduk dan pergi setelah menitipkan puding buatannya di salah satu penjual makanan di pagi hari.

Sejak pertemuannya dengan Zaldy dan ucapan Reno tempo hari, Lita bisa menjadi parno sendiri. Namun, semua pemikiran tersebut hanya disimpannya seorang diri karena belum memiliki bukti. Karena itu pula, Lita tidak pernah lagi mengajak Tirta pergi keluar rumah. Lita memilih menitipkan putranya pada Tiara, daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Jangan noleh ke mana-mana,” larang Lita ketika sang adik hendak melihat ke sekitar. “Lihat gua aja.”

Fandi menurut dan menatap Lita. “Nggak usah parno.”

Lita menunduk dan tidak menoleh ke mana-mana. Namun, ia tidak bisa menceritakan apa pun pada Fandy, bila sang adik tidak merasakan mereka diikuti.

“Nggak ada siapa-siapa,” ucap Fandy lagi untuk menenangkan. “Emang, siapa yang mau ngiku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Siti Zakia
ya udah nikah aja Ra sama pak Zaldy biar babak belur sekalian
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Dewa kalo ngomong suka bener, wkwk. Ngeles terus Reeen, padahal emang kamu udah main hati. Hey Saldo gak usah macam macam ya, Lita sama Tirta udah ada 'pawangnya'.
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
wah emang dasar benar² brwngsek nih zaldy.. dulu pas lita minta tanggung jawab dia ga mau malah minta gugurin kandungannya.. sekarang giliran tau anaknya laki² minta nikah sama lita... jangan mau ta mending sama reno aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Cinderella   BC ~ 27

    “Nikah?” Lita mengerjap. Menatap wajah Zaldy yang mendadak berada tepat di hadapannya.“Ya.” Zaldy mengangguk pelan, seraya mengusap sisi wajah Lita dengan perlahan. “Bukannya itu yang kamu mau?”“Bu Alin?”Tangan Zaldy berhenti di sisi bawah wajah Lita. Menjepit dagu wanita itu, lalu dengan cepat menjatuhkan satu kecupan lembut di bibir Lita. “Sejak kapan kamu mikirin orang lain?”Lita kembali mengerjap. Menelan ludah dan buru-buru mengumpulkan kesadarannya. “Kalian sudah cerai?” tanya Lita memastikan dan masih mematung di tempat.“Kami masih ... suami istri.”Detik selanjutnya, Lita mendorong kuat Zaldy sehingga bisa lepas dari kungkungan pria itu.“Kamu ngajak nikah, tapi status kamu masih jadi suami orang?” Lita mengusap bibirnya berkali-kali. Menyesal, karena membiarkan bibir pria itu kembali menyentuhnya.“Laki-laki bisa punya istri lebih dari satu,” ucap Zaldy dengan entengnya dan kembali mendekati Lita, tetapi wanita itu segera menjaga jarak. “Pikirkan baik-baik. Kita nikah da

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Bukan Cinderella   BC ~ 28

    “Kalian!”Lita menelan ludah ketika telunjuk Alin mengarah geram padanya. Masih terduduk di lantai dan menatap cepat pada Zaldy yang juga terkejut seperti dirinya.“Kamu masih ketemu dengan pelacùr itu di belakangku, Mas!” Alin menjerit. Sudah tidak tahu lagi bagaimana menumpahkan rasa sakit hatinya kali ini.Dulu, Zaldy berselingkuh darinya ketika Alin tengah mengandung anak kedua. Ketika semua terbongkar, pria itu pun mengaku menyesal dan berjanji tidak akan melakukan hal tersebut lagi. Terlebih-lebih, ketika suatu hari Zaldy pulang dalam keadaan wajah yang babak belur dan beberapa bagian tubuh yang memar.“Ada yang harus aku bicarakan dengan Lita.” Zaldy bergegas menghampiri Alin, dan berdiri di antara kedua wanita yang ada di ruangan.“Nggak ada yang harus kamu bicarakan dengan pelacúr itu!” Alin bergerak cepat menghampiri Lita, tetapi kedua lengan Zaldy menahannya erat.“Pergi dari sini,” titah Zaldy menatap Lita yang baru saja berdiri.“MAS!”“Aku nggak lagi selingkuh, Lin!” Zald

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Bukan Cinderella   BC ~ 29

    “Aku mau pulang.”Tiara beradu pandang dengan Reno, setelah mendengar ucapan Lita. Ia setuju-setuju saja dengan kepulangan Lita, tetapi Reno tampaknya tidak akan mengizinkan hal tersebut.“Jemput Tirta dulu di rumah Rindu,” sambung Lita sambil menurunkan kedua kakinya satu per satu dari brankar, dengan perlahan.“Ta, kamar inapnya tinggal dimasukin,” ucap Reno yang sempat bengong dengan ulah Lita. “Kenapa harus pulang?”“Kenapa harus dimasukin?” Lita mendesis nyeri dan memegang kepala ketika mencoba berdiri. “Kalau cuma numpang tidur, di rumah juga bisa. Malah lebih enak. Gratis, nggak pake bayar.”“Kita belum visum.” Reno segera menghalangi Lita, meskipun wanita itu belum melangkah ke mana pun. Lita baru meraih tas kecil yang berada di samping bantal, lalu memakainya.“Apa harus Pak Reno?” Tiara sudah mendengar kejadian yang dialami Lita dari Reno. Namun, jika harus melakukan visum, rasanya terlalu berlebihan.“Nggak harus,” sambar Lita lalu duduk di tepi brankar dan menghela panjang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Bukan Cinderella   BC ~ 30

    “Apa Mama nggak ngerti, kalau Dewa lagi ngejebak Mama?” Reno menutup pintu kamar sang mama. Ikut merasa tidak enak, dengan kalimat yang dilontarkan Fathiya beberapa waktu lalu. Setelah Rindu lebih dulu pergi ke atas bersama Dewa, tidak lama kemudian Lita meminta Reno menurunkan Tirta dan membawanya ke kamar. Meskipun beralasan untuk beristirahat, tetapi ekspresi Tiara mendadak berubah dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika pergi.Reno sebenarnya ingin mengumpat pada Dewa, tetapi perasaannya lebih kesal lagi ketika mendengar jawaban dari Fathiya. Karena itulah, Reno mengajak sang mama untuk berbicara di kamar wanita itu agar tidak ada yang mengganggu atau mendengar.“Kau nak Mama cakap ape?” Bukannya tidak tahu, tetapi ada hal yang Fathiya perjelas karena sikap Reno terlihat mencolok. “Kau, ni! Punya feeling dengan Lita, ke?”Reno berhenti di tengah ruang. Terdiam menatap sang mama dan belum mampu memberi jawaban pasti. Yang Reno tahu, ia hanya ingin melindungi Lita dan tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Bukan Cinderella   BC ~ 31

    “Kamu tahu siapa yang pagi-pagi datang ke rumah, terus sekarang lagi sarapan?” tanpa menyapa, Lita langsung mengajukan pertanyaan tersebut saat Rindu menerima panggilannya.“Ha? Maksudnya?”“Reno, Rin, Reno,” desis Lita geregetan lalu menjelaskan secara singkat tentang kejadian beberapa saat yang lalu. “Padahal, ibu sudah jelas-jelas nyuruh dia supaya nggak ke sini lagi, tapi dia malah minta sarapan.”“Yaaa ... gimana, ya, Ta.” Rindu terkekeh. “Jujur aku juga nggak suka cara tante Fathiya kemarin. Tapi, Reno, kan, sebenarnya nggak salah. Cuma memang, tante Fathiya yang ... begitu.”“Justru karena tante Fathiya begitu, aku sama ibu sudah nggak mau ada hubungan sama mereka.”“Terus, kamu pikir aku mau ada hubungan dengan mama mertuaku?” balas Rindu ingin menunjukkan sebuah perbandingan. “Nggak gitu juga, Ta.”“Lah, itu sudah resiko.” Lita tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Rindu mengeluh tentang Maria. “Kamu, kan, nikah sama anaknya. Aku, kan, nggak.”“Kalian berdua ini pura-pura bloon at

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Bukan Cinderella   BC ~ 32

    “Calon suami?”Lita mengerjap dan tersadar ketika Zaldy mengulang ucapan Reno. Masih syok dan bingung, mengapa Reno sampai mengucapkan hal seperti itu? Andai Lita salah dengar, Zaldy tidak mungkin mengulangi ucapan Reno dengan jelas.“Kamu calon suami Lita?” tanya Zaldy memperjelas pertanyaannya.“Kenapa?” tanya Reno melewati Lita yang terpaku dan kembali berhadapan dengan Zaldy. “Ada masalah?”“Tolong ...” Tiara yang sejak tadi ikut syok melihat kejadian di depan mata, akhirnya berlari ke depan dan menengahi kedua pria tersebut. “Tolong jangan ribut di sini. Kami nggak enak sama tetangga.”Tiara berbalik dan menatap tajam pada Zaldy. “Kamu! Pergi dari sini!”“Bu, saya mau bicara baik-baik, tapi orang ini yang cari masalah.”“Saya sudah suruh kamu pergi dari tadi, kan?” Tiara mendorong tubuh Zaldy. “Pergi dan jangan pernah lagi temui anak saya, apalagi cucu saya!”“Tapi Tirta anak saya!” Zaldy tetap bertahan dengan pendiriannya.“Anak yang pernah kamu suruh gugurkan dan nggak kamu akui

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Bukan Cinderella   BC ~ 33

    Sambil menyesap kopinya, Reno memandang rintik hujan dari ruang makan. Duduk dengan satu tangan bersandar pada ujung meja dan memikirkan banyak hal. Salah satunya ialah, perihal pembicaraannya dengan Lita tadi malam.Apa sebenarnya yang Reno inginkan?Mengapa belakangan ini sosok Lita begitu mengusik pikirannya? Sampai-sampai, Reno melakukan beberapa hal yang dirasa tidak masuk akal. Yang terjauh adalah, Reno sampai mengaku-ngaku dirinya adalah calon suami Lita di depan Zaldy."Dah sarapan?"Suara Fathiya seketika memecah lamunan Reno. Ia menoleh pelan dan melihat sang mama duduk berseberangan dengannya."Belum." Pandangan Reno kembali beralih pada rintik hujan di luar sana. "Kemarin, aku ke rumah Lita."Fathiya hanya menarik napas panjang. Tidak berniat merespons, karena mereka pasti akan kembali berdebat. Fathiya bukannya tidak menyukai Lita, hanya tidak ingin wanita itu memiliki hubungan dengan Reno. Menurutnya, biarlah hubungan yang ada hanya seperti saat ini dan tidak berubah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Bukan Cinderella   BC ~ 34

    “Aku mau ngelamar Lita.”Fathiya menghentikan saluran televisi yang ditontonnya di kamar. Menoleh pada Reno yang datang larut malam ke kamarnya dan belum mengganti pakaian. Putranya pasti baru pulang dari kantor dan langsung mendatangi Fathiya untuk membicarakan hal yang cukup mengejutkan tersebut.“Pergilah.” Fathiya melambai tangan dengan gestur mengusir Reno. “Mama nak tidur. Dah malam ni.”Bukannya pergi, Reno justru menghampiri tempat tidur Fathiya lalu duduk bersandar pada headboard. Di samping sang mama.“Gimana kalau aku ngelamar minggu depan?” tanya Reno menoleh pada sang mama yang berbaring dan menarik selimut memunggunginya. “Kalau Mama nggak bisa hadir, aku bisa bawa Dewa sama om Abraham ke rumahnya. Karena aku bisa nebak, tante Maria pasti juga nggak bisa datang.”“Kau kahwin dengan Lita, Mama pegi balik ke KL.”Reno mengambil remote teve, lalu mematikan benda elektronik yang masih menyala itu.“Itu artinya, kalau nanti aku punya anak, pasti diatur-atur sama tante Maria.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13

Bab terbaru

  • Bukan Cinderella   BC ~ 70 [FIN]

    “Aban ... jangan lari di tangga!” Reno sudah melarang, tetapi bocah yang sebentar lagi berusia tiga tahun itu tidak mau mendengarnya. “Kalau jatoh kita nggak jadi ulang tahun.”“Tak jatuh pun.”Reno menarik napas mendengar jawaban Tirta yang berucap dengan logat melayu. Benar-benar mirip Fathiya jika sudah berbicara. Reno tidak heran, karena Tirta memang sering menghabiskan hari-harinya dengan Fathiya. Terlebih lagi, Fathiya benar-benar memanjakan Tirta dan selalu menuruti semua permintaan bocah tersebut. “Hati-hati turunnya,” sambar Lita yang berjalan di belakang Reno dan jauh lebih kalem ketika menghadapi sikap putranya. “Kalau jatuh yang sakit Aban, bukan Ibu tau?”“Tau ...”Reno berdecak dan berhenti di ujung tangga. “Kalau jatuh, bahaya.”Lita menepuk keras bòkong Reno sebelum berhenti di sampingnya. Ia terkekeh, karena Reno sontak melotot padanya. “Tirta sudah—”“Kalau pengen bilang,” putus Reno lalu membalas Lita dengan perlakuan yang sama, hingga Lita memekik lalu terkekeh. “K

  • Bukan Cinderella   BC ~ 69

    “Mutasi?”“Kata bu Debby begitu.” Lita mengangguk untuk menjawab pertanyaan Rindu. Matanya tertuju pada Dewa dan Tirta yang sedang berlatih di dojo. Ia sebenarnya datang untuk memberikan oleh-oleh dari Malaysia dan ngobrol santai dengan Rindu. Namun, ternyata Dewa malah membawa anak-anak ke dojo di belakang rumah.Lita melihat Dewa sibuk mengajari Tirta menendang kick pad yang ada di tangan pria itu. Sementara Dewi, hanya duduk bertepuk tangan dengan tawa geli ketika melihat sepupunya berhasil menendang. Tawa kecil itu selalu pecah, seolah menikmati setiap aksi Tirta yang memang terlihat menggemaskan.Sedangkan di sisi lain, Reno tampak lebih sibuk dengan kameranya. Merekam setiap momen dengan senyum bangga di wajahnya.“Pak Zaldy dimutasi ke Denpasar, tapi naik jadi wakil dirut di sana,” sambung Lita menerangkan. “Jadi ini masih sibuk bolak balik, karena sekalian ngurus pindah sekolah anaknya sama ini itunya. Pantas aja nggak pernah ngerecokin Tirta lagi.”“Emang mau direcokin dia lag

  • Bukan Cinderella   BC ~ 68

    Lita berdiri di balkon hotel, memandang ke luar dengan kekaguman. Pemandangan kota yang megah dan hiruk-pikuk kehidupan malam yang berbeda, membuatnya merasa seolah sedang bermimpi.Ia menoleh ke arah Reno, yang menghampirinya lalu memeluk dari belakang. Rasanya, setiap detik liburan yang dihabiskannya, adalah sesuatu yang luar biasa. Dari pengalaman pertamanya naik pesawat, hingga menjelajahi tempat-tempat baru yang menakjubkan.Mereka sempat dua hari berada di kediaman Fathiya dan sisanya Reno memilih memboyong semua anggota keluarga menginap di hotel. Semua itu dilakukan agar Lita, Tiara, maupun Fandy bisa mendapatkan pengalaman baru.Pada liburan kali ini, Radit tidak bisa ikut karena jatah cutinya dari perusahaan sudah habis. Jadi, pria itu menetap di Jakarta dan tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa.“Aban sudah tidur,” bisik Reno memberitahu tepat di telinga Lita. “Kapan kita tidur?”Lita terkekeh mendengar ajakan Reno. Beberapa hari ini, pria itu memang tidak meminta ja

  • Bukan Cinderella   BC ~ 67

    Meskipun tidak sebesar dan semegah resepsi pernikahan Rindu, bagi Lita, acara pernikahannya memiliki keindahan dan kesempurnaan tersendiri. Dengan dekorasi sederhana nan elegan, suasana yang hangat dan penuh kasih sayang dari keluarga serta teman-teman terdekat, membuat hari itu begitu istimewa."Abang, makasih." Lita berucap pelan sambil menatap Reno, kaki-kakinya bergerak canggung saat mereka berdansa di tengah ruangan. Langkah Lita terasa kaku dan hanya berusaha mengikuti irama. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti ke mana langkah Reno membawanya. “Sebenarnya aku pengen nangis, tapi air matanya nggak keluar.”Reno terkekeh pelan mendengar ucapan istrinya. Entah sudah berapa kali, Lita mengucapkan kata terima kasih pada Reno, karena telah mempersiapkan sebuah resepsi pernikahan yang tidak terbayangkan. Padahal, semua ini jauh dari kata mewah seperti pernikahan Rindu, tetapi sikap Litalah yang membuat Reno benar-benar merasa sangat dihargai.“Sebenarnya, aku juga mau minta maaf ka

  • Bukan Cinderella   BC ~ 66

    “Ke Malaysia?” Lita menatap Reno dengan mata membesar, jantungnya berdebar kencang. Bibir Lita bergetar, seiring rasa gugup dan bahagia yang tiba-tiba menyelimuti. Masih mencoba mencerna ucapan Reno, karena tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Maksudnya, kita ... ke Malaysia? Aku sama Tirta ikut?”“Kita semua.” Reno mengangguk lalu menangkup wajah Lita. Namun, kedua tangannya langsung disingkirkan Tirta yang sedang berada di pangkuan Lita. “Ditambah ibu sama Fandy,” ucapnya kembali menangkup wajah Lita, tetapi tangannya kembali ditepis, sehingga Reno dengan sengaja kembali melakukan hal tersebut untuk menggoda Tirta.Lita terkekeh melihat tingkah putranya. “Cemburu dia.”“No no cemburu sama Ayah, tau.” Reno menggeleng saat memberi tahukan hal tersebut pada Tirta. “Nggak boleh! No no.”“Nana!” seru Tirta sambil geleng-geleng.“Iya, nana,” ulang Reno lalu menangkup gemas wajah gembil itu dengan kedua tangan, tetapi Tirta segera memberontak. Namun, sejurus itu Tirta justru

  • Bukan Cinderella   BC ~ 65

    “Bahagia sangat Mama tengok kau setiap hari,” ucap Fathiya sambil melempar pelan sebuah bola pada Tirta, agar batita itu menendangnya. Saat bola itu luput dari tendangan Tirta, Fathiya pun tertawa. “Macam tak ada beban.”“Makasih, Ma.” Reno tidak lagi bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya. Ia merangkul Fathiya dan membiarkan Tirta bermain seorang diri di taman sembari mengawasi. “Maaf, kalau aku nekat nikahin Lita, padahal Mama nggak setuju.”“Dah terjadi, dah,” ucap Fathiya sudah tidak ingin mengungkit masa lalu. “Yang penting kau bahagia, Mama pun bahagia.”“Nggak usah ditanya.” Reno tersenyum kecil. Mengingat bagaimana cara Lita menghormati dan melayaninya. Hampir tanpa cela, karena wanita itu selalu bisa menempatkan diri dan membaca situasi hati Reno. “Aku bahagia.”“Buatkan Tirta adik kalau macam tu.”Reno tertawa kecil, kendati hatinya sedikit tercubit karena permintaan Fathiya. Bukannya tidak mau, tetapi Lita belum siap jika harus hamil lagi ketika Tirta masih but

  • Bukan Cinderella   BC ~ 64

    “Bikin puding pesanan orang lagi?”Tidak menemukan istrinya ketika bangun tidur, Reno lantas segera pergi ke dapur. Tidak hanya Lita, tetapi Tirta pun sudah tidak ada di kasurnya. Padahal, hari itu adalah hari libur tetapi Lita sudah tidak ada di sampingnya ketika Reno membuka mata.“Ehh, Ayah sudah bangun.” Lita memberi senyum semanis mungkin, karena mendengar nada bicara Reno yang tampaknya tidak terlalu suka dengan kegiatan yang dilakukannya.Dengan segera, Lita mengalungkan tangan pada pinggang Reno yang berdiri di sebelahnya lalu berjinjit. Memberi satu kecupan singkat di pipi dan kembali mengaduk adonan pudingnya.“Sayang, ini masih subuh.” Reno memelankan suaranya. Melihat Tirta yang asyik sendiri di kursi makannya, dengan potongan buah pisang yang sudah tidak berbentuk. “Masih gelap, tapi kamu sudah bawa Tirta ke dapur.”“Tirta bangun waktu aku selesai mandi,” ujar Lita sambil melihat Tirta yang berada di samping kitchen island. Tidak jauh dari tempat Lita berdiri, agar lebih

  • Bukan Cinderella   BC ~ 63

    “Mimi ...” Tirta berjalan sempoyongan ketika melihat Fathiya duduk di ruang tengah. Sempat terjatuh, lalu kembali bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.Reno yang berada di belakangnya, memang sengaja membiarkan batita itu dan tidak menolong sama sekali. Semua itu dilakukan agar Tirta tidak cengeng dan tidak putus asa untuk belajar berjalan.“Tok Umilaaa ...” Fathiya bertepuk tangan menyambut Tirta agar segera menghampirinya. “Bukan mimi.”“Lydia belum datang, Ma?” tanya Lita yang baru saja memasuki ruang tengah setelah menyibukkan diri di dapur. Sementara Tirta, sejak tadi berada bersama Reno karena pria itu sendiri yang meminta. “Sudah jam segini. Mama sudah minum obat belum.”“Dah.” Fathiya menangkap tubuh Tirta yang berhenti di depannya. Namun, batita itu tidak mau diangkat dan dipangku karena lebih memilih kembali berjalan menyusuri ruang tengah. “Hari ni Lydia izin.”“Nggak ada penggantinya?” tanya Reno sambil mengambil mobil-mobilan aki yang dibelinya, lalu meletakkan di t

  • Bukan Cinderella   BC ~ 62

    “Sayangnya Ibuuu.” Lita mencium gemas pipi gembil putranya hingga berkali-kali, ketika akhirnya bertemu kembali. “Kamu nggak kangen sama Ibu, heemm.”Tirta hanya bisa terkekeh, ketika Lita menjatuhkan kecupan bertubi-tubi tanpa bisa melawan.“Ayahnya,” ujar Reno yang duduk bersila di samping Lita, setelah bersalaman dengan Fathiya dan Tiara yang duduk di sofa.Lita terkekeh setelah berhenti mencium putranya. Menatap Reno, sembari mendudukkan Tirta di pangkuannya dengan posisi yang nyaman. Belum sempat ia bicara, Tirta sudah lebih dulu berceletuk ketika melihat Reno.“Aban!”Reno buru-buru meraih tangan Tirta, kemudian menepukkan tangan mungil tersebut ke dada bayi pintar itu. “Ini Aban Tirta,” kata Reno lalu melepas tangan Tirta dan mengangkatnya ke pangkuan. “Ini Ayah.”“Aban.”“Ayah,” ujar Reno kembali meralat sambil menyapit gemas bibir mungil itu. “Pelan-pelan aja,” kata Tiara ikut merasa bahagia melihat binar ceria dari sorot mata Lita. Rasanya, satu beban yang ada di pundak Tia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status