“Adek kenapa toh?” Aku menangis kencang karena sudah tidak kuat menahan ketakutan itu, “Tolong jangan sakiti saya, pak.” “Gak ada yang mau nyakitin adek.” Aku berjongkok, menangis tersedu. “Duh, dek, kok nangis? Bapak cuma minta adek masuk.” Aku tak perdulikan suara lembut supir itu. Aku menangis semakin kencang, hingga suara motor Sean mendekat. Aku bangkit dan mendekatinya, “Sean, tolong aku.” Sean menyembunyikan tubuhku dibelakangnya, “Bapak mau apa sama pacar saya?” Supir itu menggeleng, “Saya hanya minta adeknya untuk masuk. Saya lagi benerin kap mobil sebentar, karena tadi jalannya gak enak. Sumpah, saya gak ada niat jahat sama sekali, mas.” Sean memeriksa saku si bapak, untuk melihat apakah ada benda tajam, atau alat penunjang kejahatan lainnya. Ia melirikku, “Kamu gak papa?” “Sean, aku takut.” “Bapaknya bukan orang jahat. Gak ada apa-apa di sakunya.” Aku memeluk Sean erat, “Aku gak akan pernah pulang sendiri lagi.” Sean membalas pelukanku tak kalah er
Read more