Home / Pernikahan / Bayi 5 Miliar sang Presdir / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bayi 5 Miliar sang Presdir: Chapter 71 - Chapter 80

98 Chapters

71. Pengakuan Romi

Kejadian nahas yang menimpa Thomas sengaja ditutupi dari publik. Keluarga Adijaya tidak ingin orang-orang di luar sana berspekulasi dan menambah keruh suasana. Apalagi melalui Rima, asisten kepercayaannya Melinda, Melinda tahu bahwa pelakunya bahkan menyebutkan keterlibatan Vivian.Tentu saja Melinda hanya menganggap itu fitnah, tapi demi melindungi menantu kesayangannya itu, maka Melinda memilih untuk merahasiakan kejadian ini. Kirana sudah sampai di kantor polisi. Saat dia bertemu dengan Romi, rasanya dia ingin menampar adiknya lagi.Namun, tenaganya sudah habis. Yang bisa dia lakukan hanya terduduk lesu, menatap Romi yang kacau.“Kenapa?” Suara Kirana nyaris tidak terdengar. “Sebenci itukah kamu denganku, Rom? Tapi kenapa harus Thomas?”Romi yang sedari tadi tertunduk, kini menengadahkan wajahnya.“Mbak… aku… aku enggak tahu kalau targetnya adalah dirimu,” balas Romi.“Plis, Rom… stop membuat masalah. Kalau Ibu sampai tahu, kondisinya pasti drop lagi. Kali ini, kamu benar-benar k
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

72. Menyingkirkan Kirana

Pandangan kedua perempuan itu saling beradu.Sorot tajam Vivian seakan menembus ke dalam jantung Kirana, namun Kirana tidak gentar. Binar matanya tak kalah tajam dan menantang.“Apa katamu tadi?” Vivian memicingkan kedua bola matanya. “Bukti?”Kirana menangguk. “Ya, aku memiliki bukti kedekatan Nyonya dengan adikku. Ah!”Seketika Vivian mencengkram lengan Kiara dengan erat, sehingga membuat perempuan itu sedikit meringis kesakitan.“Dari mana kamu mendapatkannya?” desis Vivian tajam.Kening Kirana mengernyit dan melepas cengkraman Vivian. “Sebenarnya, aku hanya asal bicara, Nyonya. Aku enggak punya bukti apa-apa. Tapi melihat Nyonya yang ketakutan, sepertinya pengakuan adikku benar.”Sialan, rutuk Vivian. “Kamu sengaja menjebakku? Dasar rubah licik! Kamu seolah-olah membuatku mengenal adikmu itu.”Kirana menegakkan punggungnya. Dia tidak mau berlama-lama menghadapi Vivian. Hal itu hanya membuat kepalanya semakin sakit. Lagi pula, dia harus mengatur emosinya selama kehamilannya ini. Di
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

73. Berita yang Bocor

Melinda hampir saja membanting ponselnya.Darahnya mendidih membaca berita perihal insiden yang terjadi pada Thomas.“Portal berita sialan,” geram wanita itu. “Bagaimana mungkin insiden itu bisa bocor ke media?! Padahal aku sudah menyogok orang-orang itu untuk tutup mulut! Sialan!” Yang membuat Melinda semakin senewen karena isi berita itu juga mengungkit soal pengakuan pelaku yang bilang kalau Vivian terlibat. Ada juga kemungkinan bahwa Vivian menargetkan seorang wanita yang diduga simpanannya Thomas.Kesimpulan berita itu mengawang, mempertanyakan pengakuan tidak masuk akal sang pelaku.“Hah, kesimpulan konyol!” Hardiknya lagi.Melinda bersandar di kursinya. Kepalanya kini berdenyut-denyut kencang.Akhir-akhir ini masalah terus saja menghampiri keluarganya. Tak lama, pintu ruangan Melinda terbuka pelan, muncul Vivian dari balik pintu.“Aku akan menuntut penulis berita itu serta medianya,” tandas Melinda. “Kamu sudah tahu kan kalau berita soal insiden yang menimpa Thomas bocor ke me
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

74. Setelah Sekian Lama

Cuaca kali ini nampak kelabu.Awan hitam menggantung di langit, diselingi gemuruh petir yang terdengar dari kejauhan.Untuk pertama kalinya dalam dua puluh enam tahun, Robert dan Ratna duduk berhadapan. Kafetaria di rumah sakit itu ramai, namun kesunyian menggantung sesaat di antara mereka. Sampai akhirnya Robert pun angkat bicara.“Selama jasad putriku belum ditemukan, aku selalu menaruh harapan kalau dia masih hidup,” terang pria itu. “Jadi, katakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi di malam itu, Ratna.”Pandangan Ratna terus mengarah ke permukaan meja yang licin.“Kesaksian saya masih sama, Tuan, karena saya memang tidak tahu menahu soal Nyonya Sophia yang berniat untuk mengakhiri hidupnya…” Suara Ratna terdengar gemetar. “Yang saya ingat, di malam itu, hujan turun dengan lebat. Saya tertidur pulas di kamar ART.”Robert menghela napas berat.“Sebenarnya, aku menyelidiki latar belakang hidupmu, Ratna,” tandas Robert.Jantung Ratna kembali berdebar.“Selama ini, aku merasa ada yan
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

75. Selamat Tinggal

Ratna masih tergagap. “I-itu… Maksud Ibu…”Kirana duduk di samping Ratna dan mengusap punggung tangan ibunya yang dingin. “Ibu pasti merasa bersalah kan karena aku harus menjalani pernikahan kontrak demi melunasi utang Romi dan membiayai perawatan Ibu? Ibu sudah pernah bilang begitu padaku.”Ratna mengangguk pelan.Kirana menyunggingkan senyumnya. “Dan waktu itu, aku jawab bahwa Ibu enggak usah merasa bersalah. Aku anak Ibu. Susah payah Ibu melahirkan dan membesarkanku, jadi yang kulakukan ini enggak ada apa-apanya dibanding pengorbanan Ibu. Lagian aku anak pertama. Aku bertanggung jawab atas keluarga ini.”Mirah menatap keponakannya dengan binar yang lembut. Sedari dulu, Kirana memang selalu bekerja keras demi Ratna dan Romi, apalagi setelah Salim pergi begitu saja.‘Andai Kirana tahu…’ batin Mirah dalam hati. ‘Apa mungkin Kirana membenci Ratna?’Seketika Ratna menangis. “Nak, maafkan Ibu ya…”“Bu, kenapa pakai acara menangis segala sih?” Kirana mengusap pipi Ratna yang basah. “Ibu b
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

76. Curahan Hati

Awan kelabu menggantung di atas kepala Kirana, sama seperti suasana hatinya yang muram.Kini dirinya bebas, seperti yang dia harapkan sebelumnya. Dia bukan lagi istrinya Thomas, bukan ibunya Al, dan bukan seorang istri kontrak.Masa depan seperti terbentang luas di hadapannya.Dengan uang miliaran, dia bisa melakukan apa saja yang dia inginkan. Yang pasti Kirana akan merawat anaknya ini dengan baik.Namun, separuh hatinya masih terasa hampa.Tangisan Al terus terngiang di telinganya. Suara Thomas serta sentuhan pria itu juga tetap menggema di setiap memori yang ada di otaknya.Dia begitu mencintai Thomas dan entah bagaimana dia bisa melupakan pria itu.Kirana menghela napas yang begitu panjang. Seharusnya dia tidak terjebak dalam kesedihan seperti ini.Semua sudah berakhir. Kehidupan baru menunggunya.Sampai akhirnya, Kirana turun di depan toko roti milik Gian. Wangi roti yang khas langsung menyambutnya begitu Kirana memasuki toko itu.Kirana sengaja mampir ke sini karena dia membutuh
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

77. Maukah Menikah Denganku?

Sebulan kemudian, Thomas dipindakan ke rumah sakit yang berada di Singapura.Vivian ikut mendampingi. Wanita itu tetap setia berada di samping Thomas. Berita Thomas yang terkena siraman air keras sudah beredar luas. Dan Vivian pun langsung sigap menjalankan perannya sebagai istri yang setia.Dia bahkan menulis di sosial medianya bahwa dia akan selalu mendampingi suaminya dalam suka maupun duka yang dibarengi dengan foto pernikahan mereka yang nampak romantis.Unggahan Vivian sontak mendapat perhatian. Banyak pihak yang simpati dan melabelinya dengan julukan wanita kuat, wanita setia, istri yang sempurna.Tentu saja, Vivian senang dengan semua pujian itu. Walaupun di Singapura dia hanya bersantai, belanja dan bahkan sesekali menguji keberuntungannya di kasino.Toh, Thomas setiap saat selalu didampingi oleh perawat.Setelah selesai perawatan rambut di salon, Vivian bergegas kembali ke rumah sakit. Saat dia sampai, Thomas masih terlelap.Vivian merapikan beberapa parsel dari para kerabat
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

78. Keputusan Kirana

Di dalam mobil Gian, Kirana masih terdiam.Sementara pria itu tetap menyodorkan cincin emas di hadapannya. Ekspresi Gian nampak begitu berharap sekaligus gelisah menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Kirana.Lantas, Kirana menyunggingkan senyumnya.“Maafkan aku, Gian.” Kirana menutup kotak cincin itu. “Aku bukan perempuan yang pantas untukmu. Kurasa kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada diriku.”Kedua sudut bibir Gian langsung melengkung ke bawah. “Kamu yang terbaik untukku, Kirana. Aku yakin itu. Sedari dulu, aku selalu mengagumimu.”Kirana menggeleng. “Setelah apa yang kulakukan selama ini, sebaiknya kamu mencari wanita lain saja. Aku tidak pantas mendapatkan hatimu.”“Tidak,” tandas Gian cepat. “Aku mencintaimu. Aku akan menerima segala yang sudah terjadi dalam hidupmu. Jadi, kamu enggak perlu merasa bersalah.”Kirana mengembuskan napas pelan sambil menunduk.“Aku juga akan menerima anak itu sebagai anakku, Kirana…” ujar Gian lagi. “Anakmu pasti butuh so
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

79. Bukti

Ponsel Thomas berdering-dering saat dia sedang fokus mengikuti taksi online yang membawa Kirana.Namun, deringan ponselnya yang terus menerus seolah menandakan ada hal penting yang harus disampaikan.Thomas melirik sekilas ke layar ponselnya. Nama Melinda muncul di sana. Mau tak mau Thomas akhirnya mengangkat telepon itu.“Ya, Ma. Ada apa?” Thomas menaruh ponsel di antara bahu dan telinganya. “Kamu di mana? Cepat pulang, ada yang ingin Mama sampaikan. Penting,” tandas Melinda tanpa basa-basi.“Aku… ada hal penting juga yang harus kuselesaikan, Ma. Setelah itu, aku pulang.”“Tunggu, Thomas. Al sakit. Dia demam.”“Hah? Kok bisa? Tadi pagi dia baik-baik saja.” Thomas terheran. Matanya kini mencari-cari keberadaan taksi itu yang menghilang begitu saja.“Makanya, cepat pulang.”Cit!Tiba-tiba, ban mobil Thomas berdecit keras. Dia memekik seiring dengan tubuhnya yang terantuk ke depan.“Astaga, Thomas! Apa yang terjadi?!” Pekik Melinda dari seberang sana.Thomas menarik napasnya perlahan.
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

80. Pilihan Thomas

Gian nampak terkesiap begitu melihat kedatangan Thomas di toko rotinya.Penampilan pria itu sontak mengalihkan beberapa pengunjung. Tubuh Thomas menjulang. Kedua matanya bersembunyi dari balik kacamata hitamnya.Bergegas Gian menghampiri pria tersebut. Gian tahu Thomas datang ke sini bukan untuk membeli rotinya.Saat Gian berdiri di depan Thomas, pria itu langsung membuka kacamata hitamnya. Dan kini tatapan mereka saling bersirobok.“Apa yang membawamu kemari?” Tanya Gian tanpa basa-basi.Thomas pun mengedarkan pandangannya ke toko roti itu.“Mencari Kirana?” tukas Gian lagi.“Aku yakin kamu tahu di mana keberadaan wanita itu kan?” Thomas memandang Gian dengan tajam.“Apa urusannya denganmu?” Gian mendengus pelan. Lantas Gian bersedekap sambil mendongakkan dagunya. “Aku sudah mengetahui semuanya. Kirana sendiri yang menceritakannya padaku.”Rahang Thomas nampak mengeras.“Kamu menjadikannya alat untuk melahirkan keturunan bagi keluargamu, iya kan?”“Aku tidak pernah memaksakan hal itu
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status