Home / Pernikahan / Bayi 5 Miliar sang Presdir / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Bayi 5 Miliar sang Presdir: Chapter 81 - Chapter 90

98 Chapters

81. Mari Bercerai

Kirana bisa merasakan gerakan tubuh Thomas yang mendekat ke arahnya.Lalu kedua tangan Thomas menyentuh pundak Kirana.Kirana bergeming, membiarkan sentuhan hangat itu membuka kembali memorinya bersama Thomas.“Aku akan menceraikan Vivian dan kembali padamu,” desis Thomas dari balik punggungnya.Kirana menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya memutar tubuhnya, menatap binar lembut yang terpancar dari mata Thomas.“Tidak. Itu enggak adil bagi Vivian. Teruskan hidupmu bersamanya, Thomas. Jaga anak kita.”“Aku enggak pernah mencintai Vivian, kamu tahu itu.”“Tetap saja, dia wanita yang setia. Kamu enggak boleh melukai hatinya.”Kirana hendak pergi menjauh, namun dengan sigap Thomas menarik tangan Kirana.“Aku mencintaimu dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu,” suara Thomas terdengar tegas dan dalam.Sebenarnya, Kirana juga ingin menghabiskan hidupnya bersama Thomas, tapi cinta mereka terasa begitu mustahil.“Kalau kamu memilihku, kamu akan kehilangan segalanya, Thomas, b
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

82. Rencana Terakhir

Bulan purnama penuh menggantung di langit yang gelap, menyinari malam yang kelam.Angin dingin berembus, menggerakkan helaian rambut Vivian.Berkali-kali, wanita itu merapatkan mantel tebalnya, menghalau udara dingin yang menyergap. Dalam cahaya yang minim, dia sedang menunggu seseorang.Suara derap langkah yang mendekat terdengar. Bayangan besar itu pun muncul, membuat Vivian menegakkan punggungnya dengan siaga.“Viona…” Suara serak pria bertubuh besar itu terdengar. “Benar kan?”Vivian mengangguk. “Kamu bisa melakukannya kan?”Pria itu tertawa kecil. “Aku sudah berkecimpung di bisnis gelap ini selama puluhan tahun. Jadi, kamu enggak perlu meragukan kemampuanku. Mana uangnya?”“Ta-tapi… aku benar-benar bisa mempercayaimu kan?” Suara Vivian nampak gemetar. Ini kali pertamanya dia berhadapan dengan seorang pembunuh bayaran.Pria itu menghela napas berat. “Tentu. Sembilan dari sepuluh targetku pasti mati.”Lalu Vivian menyerahkan sebuah amplop coklat. “Itu targetnya.”Tangan besar pria
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

83. Ketakutan Sandra

Sandra merasakan darahnya mengalir begitu deras. Dirinya masih mematung di depan meja Robert.‘Di-Dia sudah menemukan anaknya?’ Batin Sandra panik.“Bagaimana… bagaimana bisa anakmu masih hidup, Robert?” Suara Sandra terdengar begitu parau. Robert mengembuskan napas berat. “Aku menemukan keberadaan Ratna.”“A-Anakmu?” Tanya Sandra lagi. “Ka-Kamu sudah menemukannya?”Robert menggeleng lemah. “Ratna bilang dia tidak tahu apa-apa soal malam itu. Kesaksiannya masih sama.”‘Astaga…’ Batin Sandra lega.Lututnya sudah lemas dan hampir saja Sandra ambruk di lantai.“Jadi, kamu akan menghentikan pencarianmu?” Sandra kini berujar dengan tenang.“Ya. Mungkin aku akan mati tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di malam itu…” tukas Robert lirih. “Semua pintu kemungkinan untuk mengetahui nasib putriku yang hilang sudah tertutup.”Sandra bergerak ke samping Robert dan mengusap pelan pundak lelaki tua yang sakit-sakitan itu.“Sudahlah, Robert. Kamu harus ikhlaskan semuanya. Mungkin, memang benar ke
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

84. Kesedihan yang Mendalam

“Pagi ini telah terjadi tabrak lari. Pengemudi ditengarai mabuk karena terlihat oleh beberapa saksi mata mobil melaju dengan kecepatan tinggi sebelum akhirnya menabrak seorang ibu hamil yang sedang menyebrang.”Setelah narasi yang dibawakan oleh reporter itu selesai, kini kamera mengarah pada ceceran darah yang membekas di aspal.Di atas ranjangnya, napas Vivian tertahan. Mata dan telinganya terus terpaku menonton berita itu.“Korban yang sedang hamil tua sudah dilarikan ke rumah sakit dan dalam keadaan sekarat. Sekarang, kami akan mewawancarai salah satu saksi–”Vivian mematikan layar televisi di kamarnya.“Sekarat? Seharusnya dia mati,” geramnya. Secepat kilat, Vivian menyambar ponselnya yang ada di atas nakas, menghubungi pria itu. “Ya,” suara serak itu pun terdengar dari seberang sana.“Dia sekarat!” Desis Vivian. “Kamu seharusnya melindasnya sekali lagi, tolol! Bagaimana kalau dia masih hidup? Sialan!”Terdengar helaan napas dari pria itu. “Keburu ketahuan. Aku enggak bisa menga
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

85. Hari yang Kelam

Dua orang dari pihak berwajib itu mencengkram erat kedua tangan Vivian. Dengan sekuat tenaga, Vivian mencoba untuk memberontak.“Tidak! Lepaskan aku! Lepaskan!” Kedua mata Vivian seketika membuka lebar. Dia bisa merasakan keringat yang mengalir di pelipisnya. Napasnya memburu keras dengan jantung yang berdetak cepat.“Sialan…” Vivian bangkit sambil menyeka keringatnya, bersandar di kepala ranjang. Ketakutan merayap ke dalam dirinya sampai-sampai ketakutan itu ikut terbawa mimpi.Dia lantas mengecek ponselnya. Tidak ada pesan atau panggilan apapun.Sekarang Vivian bisa bernapas lega. Lalu dia mencoba memejamkan matanya namun dirinya tetap terjaga hingga pagi menjelang.Kedua kantung mata wanita itu pun terlihat jelas. Kepalanya berdenyut-denyut kencang karena kurang tidur.Dari balik kacamata hitam yang bertengger di wajahnya, Vivian memindai ruangan demi ruangan di rumah sakit itu. Sampai dia menyenggol bahu seorang wanita setengah baya yang bertampang lesu.Wanita itu terisak dan be
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

86. Sebuah Surat

Di luar sana hujan turun dengan lebatnya. Hantaman angin kencang, membawa tetesan air hujan itu membentur kaca jendela ruang rawat di mana Kirana berada.Namun, berbeda dengan keadaan yang riuh di luar, di dalam sini mereka tenggelam dalam kesunyian.Kirana, yang bersandar di kepala ranjang, sedari tadi masih mencerna perkataan Mirah. Thomas pun nampak masih belum pulih dari keterkejutannya.Di sepanjang perjalanan, pikiran bahwa ternyata Kirana adalah anak angkat memenuhi benaknya.Lantas, siapa orangtua Kirana sebenarnya? Dari mana asal-usulnya?Sampai akhirnya Mirah merogoh tasnya lalu bergerak ke arah ranjang.“Maafkan Bude…” suara Mirah terdengar serak. “Selama ini, Bude terpaksa menyembunyikan kebenarannya darimu.”Mirah menjulurkan sebuah amplop putih ke hadapan Kirana.Kirana pun mengernyit sambil menatap sayu Mirah.“Ini adalah surat terakhir Ratna untukmu. Bude enggak tahu apa isinya. Bacalah,” terang Mirah.Kirana mengambil amplop itu dan memperhatikannya dengan seksama. Mu
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

87. Kebenaran

Dada Robert mulai berdetak lebih cepat dari biasanya. Napasnya menderu-deru membaca setiap baris pengakuan Ratna yang dia tuangkan di kertas itu.Satu tangan Robert mengepal erat permukaan sprei ranjang rumah sakit begitu Ratna bercerita soal keterlibatan Sandra.“Tidak… tidak mungkin. Wanita itu pasti sudah gila…” suara Robert terdengar parau. ‘Aku benar-benar minta maaf, Tuan Robert. Asal Tuan tahu, rasa bersalah terus menghantuiku. Alasan kenapa aku baru memberi tahu Tuan soal ini setelah kematianku adalah karena aku takut anakku–maksudku anak kandung Tuan–akan membenci diriku. Aku… aku tidak bisa memberinya kehidupan yang layak padanya. Semua karena keegoisanku. Sekali lagi, maafkan aku, Tuan.’Sampai akhirnya kalimat terakhir itu membuat Robert sangat syok.‘Kiara. Aku mengganti namanya menjadi Kirana. Ya, Kirana adalah anak Tuan dan Nyonya Sophia.’Napas Robert pun menjadi begitu sesak. Seketika pintu kamar rawat inap Robert membuka dan Vivian muncul.“Pa, maafkan aku. Aku bar
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

88. Firasat Buruk

Prang!Piring kue yang baru saja diambil Sandra jatuh berkeping-keping membentur tanah.“Astaga…” ucap Sandra sambil menghela napas pelan. Dengan sigap pelayan di rumah itu langsung membereskannya.“Mau saya ambilkan piring yang baru, Nyonya?” tawar pelayan itu.“Tidak usah,” tolak Sandra karena tiba-tiba saja perasaannya jadi tidak enak.Wanita itu lantas beranjak ke ruang tengah. Saat dia sedang menonton televisi, ponselnya berdering. Nama Vivian muncul di layar.“Ya, Vi. Ada apa?” tanya Sandra.“Ma, Papa kena serangan jantung mendadak,” balas Vivian dari seberang sana.“Ya ampun! Bagaimana bisa? Hah, pantas tiba-tiba saja perasaan Mama enggak enak…” “Tapi dokter sudah menangani Papa. Mama tahu, semua ini gara-gara wanita sialan itu, Ma,” nada suara Vivian terdengar jengkel.Kedua alis bertautan. “Mama enggak mengerti maksudmu.”Vivian mengembuskan napas berat. “Papa terkena serangan jantung gara-gara Kirana.”“Kirana?” Dahi Sandra mengerut semakin dalam. “Apa hubungannya dengan wa
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

89. Kebenaran yang Semakin Terkuak

Seketika tawa Sandra pecah.“Kamu lucu, Thomas. Sungguh. Sebegitu cintanya kah dirimu dengan Kirana, sehingga dengan mudah kamu mempercayai tipu muslihat wanita itu?” Sandra menggelengkan kepalanya dengan heran.Dalam sepersekian detik, raut wajah Sandra berubah tajam. Matanya menyipit bergantian, menatap Thomas serta Darma.“Dan pria berjaket kulit itu,” bola mata Sandra berhenti di Darma. “Dia pasti bersekongkol dengan Kirana. Semua orang bisa mengarang bebas seperti itu, Thomas. Tetapi hanya orang bodoh saja yang langsung mempercayainya.”“Ada buktinya, Ma,” sergah Thomas.“Bukti apa?” Tantang Sandra. Dagunya mendongak ke atas. “Bukti aku berada di malam saat Sophia bunuh diri? Atau bukti bahwa Ratna mantan ART Keluarga Winarta? Apa? Alibiku jelas, Thomas. Dan bahwa Ratna memang ART-nya Robert juga fakta. Tapi apa itu bisa membenarkan semua tulisan tolol itu, hah?!”Thomas menegakkan tulang punggungnya. “Pertama, surat itu bukan ditulis oleh Kirana, melainkan ibunya, Ratna. Dan Rat
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

90. Setelah 26 Tahun

Mirah menatap Kirana dengan iba karena wajah perempuan itu terlihat sangat sendu.Rasa bersalah juga terus menghantui Mirah karena selama ini dia menutupi kebenarannya.“Maafkan Bude…” ujar Mirah untuk yang kesekian kalinya. Kirana mengalihkan tatapannya dari luar jendela, menatap budenya. Wajah Mirah nampak begitu lesu.Kirana pun mencoba untuk tersenyum. “Semua bukan salah, Bude. Aku… aku hanya butuh waktu untuk menerima semua ini.”Mirah lantas beranjak ke pinggir ranjang Kirana. “Bude enggak tahu kalau Ratna ternyata bersekongkol untuk menutupi kejahatan di malam itu. Bude enggak habis pikir Ratna bisa berbuat seperti itu. Mungkin dia sudah putus asa ingin punya anak…”Kirana menghela napas pelan.“Tapi, walau bagaimanapun juga, aku akan selalu menganggap ibu sebagai ibuku. Ibu yang membesarkanku dengan susah payah. Dan sepanjang hidupku, aku merasakan kasih sayang dari Ibu. Aku enggak menyalahkan Ibu, Bude…”Mirah jadi terharu. Dia mengusap rambut Kirana. “Kamu memang anak yang
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status