Home / Romansa / Pasangan Gelap Tuan Javier / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pasangan Gelap Tuan Javier : Chapter 141 - Chapter 150

192 Chapters

Bab 141. Orang asing

Tiba di rumah, Felix dengan ceria membawa dua cone es krim besar, salah satunya ia serahkan kepada Dylan. Keduanya duduk santai di teras, menikmati es krim mereka dalam diam, hingga langkah Javier terdengar mendekat."Felix, kenapa lama sekali membeli es krim?" tanyanya, alis terangkat penuh tanda tanya.Felix menoleh santai, menjawab polos, "Aku minta sopir mengantarku ke tempat favorit, di dekat taman kota."Javier mengernyit. "Sejauh itu hanya untuk es krim?"Felix mengangguk sambil melahap es krimnya. Namun, Javier mulai curiga. Bagaimana mungkin es krim itu masih utuh, tidak meleleh, padahal jarak taman kota ke rumah mereka hampir satu jam?Perasaan aneh menjalari pikirannya. "Kau pergi ke mana sebenarnya selama hampir tiga jam?" desaknya, kali ini lebih tegas.Felix hanya tersenyum kecil, mengangkat bahu tanpa memberikan jawaban yang memuaskan. Sebelum Javier bisa melanjutkan interogasinya, tatapan Felix melayang ke belakang ayahnya. Di sana, seorang wanita berdiri di ambang pin
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 142. Tidak takut

Saat Javier sibuk di kantor dan anak-anak tengah belajar di sekolah, wanita yang menyamar sebagai Freya menyelinap keluar dari rumah. Dengan hati-hati, ia memastikan tidak ada yang memperhatikan langkahnya. Tujuannya adalah sebuah tempat terpencil, markas pria yang telah memberinya identitas palsu untuk menjalankan misi berbahaya ini.Ketika tiba di markas, Eben sudah menunggunya dengan sikap santai, duduk di kursi putarnya yang menghadap jendela besar. Sebuah senyuman penuh tipu daya menghiasi wajahnya, seolah kedatangan wanita itu adalah bagian dari permainan yang ia kuasai sepenuhnya."Aku harap kau tidak mengecewakanku, Gissela," ucap Eben, suaranya dingin namun menggema dengan kepercayaan diri.Dengan ekspresi jengah, Gissela melipat tangan di dadanya. "Dua kali aku gagal memberikan obat itu pada Javier. Anak-anaknya terlalu banyak campur tangan. Kenapa kau tidak langsung mengurusnya saja? Bukankah kau punya cukup orang untuk melakukannya?"Eben memutar kursinya, menatap Gisela d
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 143. Rencana licik

Gisela menyentak tangannya yang di cekal oleh Freya, menunjukkan keyakinannya bahwa apa yang ia lakukan sekarang ini benar. Sudut bibirnya menyunggingkan senyum miring."Kalau kau merasa bisa menang dariku, tunjukkan kemampuanmu," tantangnya, nada suaranya sengaja dibuat tajam untuk menusuk ego lawannya.Freya tersenyum tipis, lalu menganggukkan kepala. "Kau menantangku? Menarik sekali," ia mencondongkan wajah ke arah Gisela lalu kembali berkata. "Jika kau ketahuan, jangan pernah berharap ada yang bisa menolongmu."Gisela mengerutkan kening, menahan amarah yang perlahan mendidih. "Kau bukan siapa-siapa, Freya. Aku tidak akan kalah dari wanita lemah sepertimu!" bentaknya.Freya tak begitu peduli, ia mengenakan kacamata lalu pergi membiarkan Gisela marah di belakangnya. Apapun yang wanita itu coba ingin katakan, Freya tau itu hanya untuk menggertaknya.Baik itu Javier maupun kedua anaknya pasti akan tau bahwa wanita palsu itu mencoba meniru identitas Freya. Sambil menghea nafas, Freya k
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 144. Mengejar mangsa

Eben berlari sekuat tenaga, derap langkahnya memecah keheningan malam. Napasnya memburu, tapi dia tak punya waktu untuk berhenti. Dia tahu di belakangnya, tiga bayangan hitam melesat mengejarnya, kaki-kaki mereka menghentak tanah dengan kecepatan yang seakan tak pernah surut.Mereka terus mengejar. Eben mengenal tipe mereka, dingin, terlatih, dan tanpa ampun yang dikendalikan oleh Javier.Javier tidak akan berhenti sebelum menangkapnya, tapi Eben tidak akan menyerah begitu saja.Dengan cepat, dia merogoh ponselnya. Jari-jarinya bergerak cepat, meski tubuhnya terus melaju. "Paman, kirim anak buahmu ke lokasiku. Sekarang!" Hanya itu yang dia ucapkan sebelum kembali fokus pada jalan di depannya.Namun, nasib seakan tidak berpihak pada Eben malam itu. Sebuah pukulan keras dari samping menghantam tubuhnya, membuatnya terpelanting ke tanah dengan keras. Dadanya sesak, nafasnya tersengal-sengal, tapi dia tidak punya waktu untuk mengasihani diri. Dengan sisa tenaga, dia bangkit dan menatap pri
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 145. Gisela ketahuan

Javier masih beruntung, tembakan yang melukainya tidak sampai membuatnya mati, atau memang pria yang menembaknya semalam sengaja tidak membunuhnya. Entahlah, namun yang jelas Javier penasaran, pria itu seolah seperti mengenalinya jika mendengar dari kalimat yang dia ucapkan.Ia menoleh, asisten pribadinya berdiri tak jauh di sebelahnya setelah luka tembakan Javier diobati. "Kau sudah menjemput anak-anak?" tanyanya.Dengan patuh, asisten pribadinya itu mengangguk. "Sesuai yang Anda katakan, Tuan."Javier bangkit, mengenakan baju yang asistennya berikan. Tanpa sepatah kata, ia pun pulang dan tiba di rumah pada pukul dua belas malam. Rumah dalam kondisi hening, ia pun duduk di ruang tengah dan berbaring di sofa."Sial, aku gagal menangkapnya yang sudah ada di depan mataku." ujarnya lirih.Tubuhnya mulai lelah, matanya pun terpejam sehingga membuat javier ketiduran di sofa ruang tengah rumahnya. Beberapa saat ketika ia tengah tidur, Javier merasa sebuah sentuhan di permukaan dadanya.Awal
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 146. Ehemm

Javier mengikat Gisela ke sebuah kursi di salah satu ruang kosong yang ada di rumahnya, Javier perlu memastikan apakah perempuan ini berkaitan dengan Eben atau tidak. Namun, instingnya seolah memberitahunya kalau wanita ini bekerja sama dengan Eben.Saat ini, satu-satunya orang yang sangat terobsesi untuk mencelakainya adalah Eben. Dan beberapa saat lalu, wanita yang mirip dengan Freya ini nyaris menusuknya dengan sebilah pisau."Javier, lepaskan aku! Kenapa kau tega mengikatku seperti ini?!"Pria itu tak mendengarkan seruannya, justru Javier semakin erat melilitkan ikatan di tangan dan kaki Gisela dan memastikan wanita itu tidak bisa kabur."Aku akan melepaskanmu kalau kau memberitahuku dimana Eben tinggal dan siapa yang membantunya selama ini." Gisela memberontak, masih belum mau mengakui kalau dia adalah orang suruhan Eben. "Percuma kamu bertanya seperti itu, aku ini Freya. Kenapa kau melakukan ini padaku, untuk apa aku bekerja sama dengan Eben saat dia sendiri nyaris mencelakai ny
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 147. Tidak terduga

Langit masih gelap, namun suasana kamar terasa hangat. Freya berbaring di dada Javier, merasakan detak jantung pria itu yang perlahan kembali teratur setelah momen intens yang baru saja mereka lewati. Tangan Javier membelai lembut bahu Freya, gerakan kecil yang memberikan kenyamanan di tengah keheningan."Apa yang kau lakukan pada wanita itu?" tanya Freya tiba-tiba, memecah sunyi.Javier menghela napas panjang sebelum menjawab. "Dia masih di rumah. Aku mengikatnya, memastikan dia tidak akan kabur sebelum aku mendapatkan jawaban siapa dia sebenarnya."Freya menutup mata sejenak, membiarkan pikirannya mencerna jawaban itu. Saat suasana hening kembali menyelimuti, tatapannya teralihkan pada luka di bahu Javier yang terbalut perban. Dengan lembut, ia menyentuhnya."Bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" tanyanya, nada suaranya memancarkan kekhawatiran.Javier menunduk, menatapnya dengan intens di bawah redupnya cahaya kamar. "Aku mengejar Eben tadi malam," jelasnya. "Sedikit lagi aku bi
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 148. Introgasi

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Javier bertanya panik. Ia segera mengangkat Dylan yang meringkuk di ujung tangga, tubuh kecilnya bergetar menahan tangis. Wajahnya tampak kesakitan, dan di kening kanannya, darah mengalir pelan dari luka kecil.Tanpa berpikir dua kali, Javier membawanya ke sofa. Freya, yang tampak sama cemasnya, segera berlari ke dapur untuk mengambil kotak obat. Ketika ia kembali, ia berlutut di depan Dylan, menarik tangan kecil putranya dengan lembut.“Kakiku terpeleset waktu turun tangga, Bu,” Dylan menjelaskan dengan suara gemetar. Air matanya menggenang, tetapi ia berusaha keras untuk tidak menangis.Freya mengusap pipinya pelan. “Tidak apa-apa, Nak. Ibu akan merawat lukamu. Tapi lain kali hati-hati, ya,” ucapnya lembut sambil membersihkan luka di kening Dylan dengan kapas yang dibasahi antiseptik.Javier mengalihkan pandangannya ke Felix, yang berdiri di samping dengan kepala tertunduk. “Felix, beritahu ayah. Seberapa tinggi Dylan terjatuh tadi?”Felix mengangkat waj
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 149. Eben yang payah

Wajah Eben yang penuh luka memar tampak tegang saat ia sibuk mengobatinya. Di depannya, Morgan, pria bertubuh besar dengan wajah tegas yang menyeramkan, duduk santai sambil menghisap rokoknya, mengamati Eben dengan tatapan dingin.“Kau terlalu lemah untuk menghadapi Javier Bennett,” ucap Morgan, suaranya berat dan penuh sindiran.Eben meliriknya tajam, tapi tak membalas. Ia terus fokus mengobati lukanya, seolah tak ingin terlihat semakin kalah di depan pria itu. Morgan mematikan ujung rokoknya di asbak, kemudian bersandar santai dengan tangan terentang di atas sofa.“Kalau kau terus melawannya dengan cara setengah hati seperti ini, bukan Javier yang akan celaka. Kau yang akan menyerahkan nyawamu padanya tanpa perlawanan,” lanjut Morgan.Eben menghela napas panjang, menahan amarah. “Kalau begitu, kenapa kau tidak menyuruh anak buahmu untuk membantuku menangkapnya? Aku tidak ingin dia mati dengan mudah, Paman. Aku ingin dia merasakan penderitaan yang panjang sebelum ajalnya tiba,” ucapn
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 150. Pengkhianatan

Gisela menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tapi itu sia-sia, apalagi ketika Eben sudah berdiri di hadapannya, sorot matanya penuh kecurigaan. Dengan keras, pria itu menekan gelasnya ke meja, lalu mencengkram rahang Gisela hingga wanita itu meringis. "Katakan! Kau tidak memancing mereka datang ke sini, kan?" tuntut Eben dengan suara rendah namun mengancam. Sebelum Gisela sempat menjawab, ketukan pintu menginterupsi suasana tegang. Eben melepas cengkeramannya, memandang pintu dengan dahi berkerut. Siapa yang datang di tengah malam seperti ini? "Paket!" seru suara dari balik pintu. Eben menatap Gisela sekilas, mencurigainya lagi. "Apa kau yang memesan sesuatu?" tanyanya geram. Tanpa menunggu jawaban, ia membuka pintu, hanya untuk disergap oleh dua pria bertubuh besar yang langsung mencengkram lengannya. Eben meronta, tapi pegangan mereka terlalu kuat. Di belakang, Gisela muncul, wajahnya tetap tenang. "Jalang sialan! Kau pasti dalang dari semua ini!" teriak Eben, ta
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status