"Kenapa lagi?""Ini Mas ... Mbak Aira....""Kalau dia mengirimkan ancaman, hapus saja, bila perlu blok.""Iya, Mas, aku akan menuruti kata katamu."Sebenarnya aku ingin Mas Tama bicara pada istrinya agar berhenti menyudutkanku, tapi jika demikian aku akan dianggap sebagai wanita kompor yang terus memanas-manasi hubungan antara dia dan istrinya. Ditambah, citra diriku yang makin buruk karena mencari pembelaan suami dan membuat dia memusuhi istrinya."Boleh lihat pesannya?""Tidak, demi kebaikan kita semua, sebaiknya tidak. Aku akan menghapusnya dan melupakannya.""Apakah dia menyebutmu dengan kata kata yang tak pantas?""Seperti itulah, tapi aku tak akan mengambil hati, sudahlah, aku mau melanjutkan cuci piring, kamu duduklah aku akan buatkan teh.""Terima kasih, Sayang.""Iya, Mas."*Keesokan hari, kusambut pagi penuh berkah dengan membuka pintu dan jendela, kusibak tirai gorden sambil tersenyum menatap mentari yang menyembul ceria di ufuk timur.Kusiapkan sarapan dan kopi suami, tak
Baca selengkapnya