Share

217

Aku terbangun saat azan subuh berkumandang, membuka mata dan menarik napas dalam, lalu meraih ponsel yang aku isi dayanya di meja dekat tempat tidur.

Puluhan pesan dari Mas Tama masih menumpuk dan aku sama sekali enggan membalasnya, kalimatnya tetap saja sama minta maaf dan ingin agar kita kembali bersama. Aku bosan, kali berpisah dan sekali bersama sekali padaku lalu sekali memilih dirinya, aku seakan jalang yang takut kehilangan kenikmatan dari kejantanannya. Aku seperti pelakor yang tidak tahu malu masih saja bertahan dengan penghianat yang modalnya hanya modus berbohong.

Bukan berlebihan jika menyebut diri serendah itu tapi sepertinya pandangan orang-orang sudah terlanjur menatapku demikian. Meski berkali-kali kukatakan bahwa aku tidak bersalah tetap saja stigma itu melihat bahwa akulah yang paling bersalah. Pelakor rendahan, astagfirullah.

Baiklah, skip.

Kubersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri, tempat pukul 06.30 dari depan rumah terdengar suara klakson mobi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status