Semua Bab Pesona Istri yang Dikhianati: Bab 81 - Bab 90

114 Bab

Episode 81

Esok harinya, Betran berdiri di depan cermin kecil di apartemennya, merapikan dasi dengan raut wajah penuh semangat. Setelah sekian lama merasa terpuruk, ia akhirnya mendapat panggilan kerja. Walau posisi yang ditawarkan belum dijelaskan secara rinci, Betran yakin reputasinya sebagai mantan pengusaha besar akan membuatnya mendapatkan posisi yang cukup layak. Kania, yang duduk di sofa sembari menyeruput teh, memandang putranya dengan bangga. "Betran, ingat, ini awal dari kebangkitan kita. Jangan lupa tunjukkan kalau kamu masih punya kemampuan untuk menguasai dunia bisnis." Betran tersenyum penuh percaya diri. "Tentu, Mom. Aku tahu aku akan mendapatkan posisi strategis. Mungkin mereka akan mulai dari manajer menengah, tapi itu hanya batu loncatan." Kania mengangguk puas. "Dan ketika kamu berhasil, kita akan membuat Aluna menyesal sudah meninggalkanmu. Dia akan sadar, kamu jauh lebih pantas daripada pria itu." Dengan langkah tegap, Betran keluar dari apartemen kecil mereka, memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Episode 82

Betran berdiri di depan gerbang Mansion Aluna, wajahnya dipenuhi amarah yang sulit ia bendung. Para bodyguard yang berjaga segera menghadangnya, seperti biasa. "Saya ingin bertemu Aluna," kata Betran dengan nada tegas. "Maaf, Tuan Betran, Anda tidak diizinkan masuk," jawab salah satu bodyguard dengan nada datar namun tegas. Betran mengepalkan tangannya. "Katakan pada Aluna, kalau dia tidak mau keluar, aku akan menunggu di sini sampai dia muncul!" Setelah beberapa saat, salah seorang asisten Aluna datang mendekat, menyampaikan pesan. "Nona Aluna bilang Anda boleh masuk, tapi hanya untuk bicara sebentar. Jangan buat masalah." Betran menghela napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Tatapannya tajam, penuh rasa frustasi yang ia bawa sejak keluar dari wawancara pekerjaan. Ketika Betran akhirnya tiba di ruang tamu Mansion, Aluna sudah menunggunya dengan sikap tenang namun penuh kewaspadaan. Ia duduk di sofa mewah, menyilangkan kaki dengan anggun. Wajahnya menunjukkan ketenang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Episode 83

Pagi itu, Betran melangkah kembali ke perusahaan tempat ia melamar sebelumnya. Wajahnya tampak lesu, tapi kali ini ia telah memutuskan untuk menelan ego dan menerima pekerjaan yang ditawarkan, meskipun hanya sebagai cleaning service. Ia memasuki gedung dengan langkah berat, berusaha menyembunyikan rasa malu. Di sisi lain, Aluna berdiri anggun di depan terminal keberangkatan bandara. Hari itu, ia dijadwalkan untuk menghadiri konferensi bisnis besar di luar negeri. Hansen dan beberapa asisten sibuk memastikan segala kebutuhan perjalanan Aluna terpenuhi. Namun, di tengah keramaian bandara, sesuatu membuat Aluna terhenti. Di kejauhan, ia melihat seorang pria tinggi dengan tubuh tegap yang sangat dikenalnya. Mata Aluna membelalak. **Kaisar?** pikirnya. Aluna tanpa pikir panjang melangkah cepat, hampir berlari. "Kaisar!" teriaknya, namun pria itu terus berjalan menuju sebuah mobil mewah yang terparkir di depan bandara. Saat Aluna berhasil mendekat, langkahnya terhenti mendadak. Ia me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Episode 84

Raja duduk di balik kemudi, matanya terpaku ke jalan, tetapi pikirannya melayang jauh. Wajah wanita yang tadi ia temui di bandara terus terlintas di pikirannya. Ada sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak, seolah-olah kenangan yang terkubur tentang wanita itu. Namun, setiap kali ia berusaha mengingat, pikirannya terasa buntu."Sayang, kenapa kamu melamun seperti itu?" suara lembut Ratu memecah keheningan. Wanita itu duduk di kursi penumpang dengan senyum kecil di wajahnya. Raja mengerjap dan segera menguasai dirinya. "Tidak ada. Aku hanya memikirkan pekerjaan," jawabnya sambil berusaha tersenyum tipis. Ratu memiringkan kepalanya, menatap Raja dengan rasa ingin tahu. "Benarkah? Kau terlihat seperti memikirkan sesuatu yang serius." Raja menggeleng sambil mencoba tertawa kecil. "Aku baik-baik saja, istriku. Hanya lelah, itu saja." Namun, Ratu tidak begitu saja percaya. Ia memperhatikan gerak-gerik Raja dengan seksama, tapi memutuskan untuk tidak mendesak lebih jauh. Ia tahu jik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Episode 85

Di kamar hotel, Aluna duduk di sofa, mengenakan piyama santai berwarna pastel. Wajahnya lelah setelah perjalanan panjang, tetapi hatinya merasa lebih tenang setelah berhasil video call dengan babysitter yang sedang menjaga Baby Alva di rumah. Di layar ponsel, Baby Alva tampak tertidur pulas di ranjang kecilnya, wajah mungilnya membuat hati Aluna menghangat. "Pastikan tidak ada yang masuk tanpa izin, terutama Betran," tegas Aluna kepada babysitter. "Kunci semua pintu, dan selalu pastikan bodyguard ada di sekitar." "Baik, Nona. Semua terkendali," jawab babysitter sambil menoleh ke arah bodyguard yang berjaga di luar kamar Baby Alva. "Kalau ada hal sekecil apa pun yang mencurigakan, segera hubungi saya atau Hansen," tambah Aluna, nada suaranya serius. Babysitter mengangguk dengan tegas. "Saya mengerti, Nona. Jangan khawatir. Baby Alva aman bersama kami." Setelah menutup panggilan, Aluna menyandarkan tubuhnya ke sofa, memandang ke luar jendela yang memperlihatkan pemandangan kot
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 86

Di sebuah rumah mewah bergaya minimalis, Ratu berdiri di balkon sambil memandang Raja yang sedang duduk di halaman belakang, sibuk dengan laptopnya.. “Raja,” panggil Ratu, berjalan mendekat. Suaranya lembut, tetapi ada nada resah di sana. Raja mengangkat kepalanya dari layar laptop, menatap wanita itu. “Ada apa, Ratu?”Ratu duduk di kursi di hadapannya, mencoba menenangkan diri. “Aku berpikir... bagaimana kalau kita kembali ke Singapura saja? Kehidupan di sana lebih tenang. Lagipula, aku merasa kau lebih cocok tinggal di tempat seperti itu.”Raja menghela napas panjang, menutup laptopnya dengan lembut. “Aku mengerti maksudmu, tapi aku tidak bisa. Proyek yang sedang aku kerjakan di sini terlalu besar. Aku harus menyelesaikannya sebelum memikirkan untuk pindah ke mana pun.”“Tapi, Raja...” Nada suara Ratu sedikit memohon. “Aku hanya ingin kau jauh dari tempat ini. Aku takut kau terjebak dengan sesuatu yang tidak baik.” “Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba khawatir seperti ini?” Raja m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 87

Aluna tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul empat sore, ia melangkah keluar dari terminal dengan langkah cepat. Hansen yang setia menjemputnya sudah menunggu di mobil bersama beberapa bodyguard. Sepanjang perjalanan, Aluna terus memikirkan Baby Alva. Ia tidak sabar untuk segera pulang dan memeluk putranya yang selama ini menjadi sumber kekuatannya. Setibanya di Mansion, Aluna langsung membuka pintu utama dengan antusias. “Di mana Baby Alva?” tanyanya sambil melangkah masuk. Salah satu babysitter keluar dari ruang tengah sambil menggendong bayi mungil itu. “Di sini, Nona. Baru saja bangun tidur.”“Alva!” Aluna langsung menghampiri dan mengambil bayinya. “Mama kangen sekali,” katanya sambil mencium pipi kecil Baby Alva. Tangannya gemetar karena terlalu lama menahan rindu. Baby Alva tertawa kecil, membuat hati Aluna terasa hangat. Hansen yang berdiri di belakang hanya tersenyum melihat momen itu. “Nona, Anda terlihat jauh lebih tenang sekarang,” katanya. “Bagaimana mungkin aku tidak t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 88

Pagi itu, Aluna sedang duduk di ruang kerjanya sambil membaca laporan perkembangan Chandra Group. Pandangannya tertuju pada jendela besar yang memperlihatkan taman belakang Mansion. Di sela-sela kesibukannya, Hansen masuk membawa sebuah tablet dan beberapa dokumen penting.“Nona, ada informasi yang perlu Anda ketahui,” kata Hansen sambil menyerahkan tablet itu ke meja Aluna.Aluna mengangkat alis, menatap Hansen dengan rasa ingin tahu. “Informasi apa?”Hansen duduk di kursi seberang meja. “Mengenai laki-laki yang mirip dengan Tuan Kaisar. Kami telah melakukan penyelidikan lebih lanjut. Namanya Raja Gielz Samudra, CEO dari Grup Gielz. Dia berasal dari Singapura dan sudah menikah dengan seorang wanita bernama Ratu. Mereka baru pindah ke Jakarta dua minggu lalu untuk mengawasi proyek baru di sini.”Aluna terdiam sejenak, memandangi Hansen dengan tatapan penuh arti. “Jadi benar-benar bukan Kaisar?”“Benar, Nona. Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, tidak ada kaitan sama sekali antar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 89

Pagi itu, Aluna sudah berada di ruang rapat utama Chandra Group, menunggu kedatangan Raja untuk pertemuan lanjutan mengenai kerja sama baru mereka. Proyek ini sangat penting bagi Chandra Group karena akan membuka lini bisnis baru di bidang perhiasan, sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Bagi Aluna, proyek ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tantangan besar yang ia ingin wujudkan demi membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin baru Chandra Group.Ketukan di pintu memecah lamunannya. Hansen masuk, diikuti oleh Raja yang mengenakan setelan rapi berwarna navy. "Selamat pagi, Nona Aluna," sapa Raja sambil tersenyum hangat. "Pagi, Tuan Raja," balas Aluna sambil mengangguk sopan. Mereka duduk di meja rapat yang besar, dokumen-dokumen tentang proyek perhiasan tersebar di atas meja. Diskusi mereka berjalan lancar, penuh dengan ide-ide segar. “Jadi, untuk desainer perhiasan, apakah Anda sudah memiliki kandidat?” tanya Raja, memecah fokus Aluna yang sedang mencoret-co
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 90

pukul tujuh malam, Aluna sedang duduk di ruang tamu Mansion, menggendong Baby Alva yang kini semakin aktif. Kehidupannya terasa penuh perjuangan, tetapi Baby Alva adalah satu-satunya alasan dia bertahan. Ketika ia sedang menikmati momen bersama putranya, seorang bodyguard masuk dengan wajah tegang. “Maaf, Nona Aluna. Tuan Betran ada di luar. Dia memohon untuk bertemu,” ujar bodyguard tersebut.Mendengar nama Betran disebut, senyum di wajah Aluna menghilang. Dia menghela napas panjang, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang selalu berada di dekatnya. “Bilang padanya, aku tidak mau bertemu,” ucap Aluna dengan nada dingin.“Dia bersikeras, Nona.”Aluna akhirnya berdiri. “Baik, suruh dia masuk. Tapi jangan biarkan dia mendekati Alva.”Beberapa menit kemudian, Betran muncul di ambang pintu. Wajahnya kusut, sorot matanya penuh harap. “Aluna, tolong izinkan aku bertemu dengan Alva. Hanya sebentar saja. Aku tidak meminta lebih.”Aluna menatapnya tajam, seperti ingin menembus hatin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status