Setelah kembali ke rumah, Kania melempar tasnya ke sofa dengan kasar. Wajahnya memerah, matanya berkilat penuh amarah. Langkah-langkahnya menghentak lantai, mempertegas betapa kesalnya dia. Tak lama, Betran muncul dari ruang kerjanya, mendengar kegaduhan yang dibuat oleh ibunya. "Ada apa lagi, Mom?" tanya Betran, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang meski dia tahu percakapan ini pasti tidak akan menyenangkan. Kania berbalik, menunjuk Betran dengan jari telunjuknya yang bergetar. "Kau tahu apa yang baru saja terjadi padaku, Betran? Kau tahu apa yang wanita itu—Aluna—lakukan padaku?" Betran menghela napas panjang, lalu duduk di sofa, mengusap wajahnya dengan tangan. "Mom, aku sedang sibuk. Jangan bawa masalah ini sekarang." "Sibuk?!" Kania memekik. "Aku dihina, dipermalukan oleh wanita itu, dan kau malah bilang kau sibuk? Kau ini anakku atau bukan, Betran?" Betran berdiri, mencoba menenangkan Kania. "Mom, duduklah dulu. Ceritakan apa yang terjadi." Kania menepis tangan
Last Updated : 2025-01-07 Read more