Share

Bab 88

Penulis: Queen Mikayla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 20:02:08

Pagi itu, Aluna sedang duduk di ruang kerjanya sambil membaca laporan perkembangan Chandra Group. Pandangannya tertuju pada jendela besar yang memperlihatkan taman belakang Mansion. Di sela-sela kesibukannya, Hansen masuk membawa sebuah tablet dan beberapa dokumen penting.

“Nona, ada informasi yang perlu Anda ketahui,” kata Hansen sambil menyerahkan tablet itu ke meja Aluna.

Aluna mengangkat alis, menatap Hansen dengan rasa ingin tahu. “Informasi apa?”

Hansen duduk di kursi seberang meja. “Mengenai laki-laki yang mirip dengan Tuan Kaisar. Kami telah melakukan penyelidikan lebih lanjut. Namanya Raja Gielz Samudra, CEO dari Grup Gielz. Dia berasal dari Singapura dan sudah menikah dengan seorang wanita bernama Ratu. Mereka baru pindah ke Jakarta dua minggu lalu untuk mengawasi proyek baru di sini.”

Aluna terdiam sejenak, memandangi Hansen dengan tatapan penuh arti. “Jadi benar-benar bukan Kaisar?”

“Benar, Nona. Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, tidak ada kaitan sama sekali antar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 89

    Pagi itu, Aluna sudah berada di ruang rapat utama Chandra Group, menunggu kedatangan Raja untuk pertemuan lanjutan mengenai kerja sama baru mereka. Proyek ini sangat penting bagi Chandra Group karena akan membuka lini bisnis baru di bidang perhiasan, sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Bagi Aluna, proyek ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tantangan besar yang ia ingin wujudkan demi membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin baru Chandra Group.Ketukan di pintu memecah lamunannya. Hansen masuk, diikuti oleh Raja yang mengenakan setelan rapi berwarna navy. "Selamat pagi, Nona Aluna," sapa Raja sambil tersenyum hangat. "Pagi, Tuan Raja," balas Aluna sambil mengangguk sopan. Mereka duduk di meja rapat yang besar, dokumen-dokumen tentang proyek perhiasan tersebar di atas meja. Diskusi mereka berjalan lancar, penuh dengan ide-ide segar. “Jadi, untuk desainer perhiasan, apakah Anda sudah memiliki kandidat?” tanya Raja, memecah fokus Aluna yang sedang mencoret-co

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 90

    pukul tujuh malam, Aluna sedang duduk di ruang tamu Mansion, menggendong Baby Alva yang kini semakin aktif. Kehidupannya terasa penuh perjuangan, tetapi Baby Alva adalah satu-satunya alasan dia bertahan. Ketika ia sedang menikmati momen bersama putranya, seorang bodyguard masuk dengan wajah tegang. “Maaf, Nona Aluna. Tuan Betran ada di luar. Dia memohon untuk bertemu,” ujar bodyguard tersebut.Mendengar nama Betran disebut, senyum di wajah Aluna menghilang. Dia menghela napas panjang, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang selalu berada di dekatnya. “Bilang padanya, aku tidak mau bertemu,” ucap Aluna dengan nada dingin.“Dia bersikeras, Nona.”Aluna akhirnya berdiri. “Baik, suruh dia masuk. Tapi jangan biarkan dia mendekati Alva.”Beberapa menit kemudian, Betran muncul di ambang pintu. Wajahnya kusut, sorot matanya penuh harap. “Aluna, tolong izinkan aku bertemu dengan Alva. Hanya sebentar saja. Aku tidak meminta lebih.”Aluna menatapnya tajam, seperti ingin menembus hatin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 91

    Pagi itu, Hansen berdiri di depan ruang kerja Aluna sambil menunggu perintah lanjutan. Wajahnya serius, penuh determinasi untuk menjalankan tugas sesuai instruksi Aluna. Setelah mendengar pengakuan Betran, Aluna tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dia ingin Roy, yang merupakan kaki tangan Betran, segera ditangkap."Masuk, Hansen," suara Aluna terdengar tegas dari balik pintu.Hansen membuka pintu dan melangkah masuk. Aluna sedang duduk di kursinya dengan wajah yang masih menunjukkan kelelahan emosional, tetapi tekadnya terlihat jelas di matanya. Di meja, ada beberapa dokumen yang berserakan, tetapi perhatian Aluna sepenuhnya tertuju pada Hansen."Bagaimana progres pencarian Roy?" tanya Aluna tanpa basa-basi.Hansen berdiri tegak. "Kami berhasil melacak lokasi terakhir Roy, Nona. Dia bersembunyi di sebuah rumah kontrakan di pinggir kota. Saya sudah mengoordinasikan penangkapan bersama pihak kepolisian."Aluna mengangguk. "Bagus. Pastikan dia tidak punya celah untuk melarikan diri. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 92

    Malam itu, Aluna baru saja tiba di Mansion setelah seharian penuh bekerja. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya lebih lelah. Hansen membukakan pintu mobilnya, dan dia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan. Saat dia hendak duduk untuk sekadar melepas penat, seorang pelayan berlari menghampirinya."Nona, ada tamu yang memaksa ingin bertemu Anda," kata pelayan itu dengan nada panik.Aluna memijat pelipisnya, merasa tak punya energi untuk menghadapi siapa pun malam ini. "Siapa?""Ibu Kania, Nona. Dia menunggu di ruang tamu," jawab pelayan itu sambil menunduk.Aluna menghela napas panjang. Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan wanita tua itu yang datang dengan permohonan yang sama seperti sebelumnya? Tanpa berkata apa-apa, Aluna melangkah menuju ruang tamu.Di ruang tamu, Kania duduk dengan gelisah. Dia terus melirik ke arah pintu, berharap Aluna segera muncul. Ketika Aluna akhirnya tiba, wajah Kania seketika memelas. "Apa lagi kali ini, Bu Kania?" Aluna membuka percakapan dengan na

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 93

    Pagi ini Aluna akan ke perusahaan Gielz, tentu saja akan membahas proyek baru bersama Raja. Tak lama, Aluna sampai di perusahaan tersebut. Ia melangkah masuk ke ruang pertemuan perusahaan Gielz dengan langkah percaya diri. Dia mengenakan setelan formal berwarna biru tua yang memancarkan aura yang memukau. Di dalam ruangan, Raja sudah menunggu, duduk di ujung meja panjang. Dia mengenakan setelan jas abu-abu dengan dasi gelap, terlihat tenang seperti biasa. Di sebelahnya, seorang desainer perhiasan muda berdiri, memperkenalkan portofolionya. "Selamat datang, Nona Aluna," sapa Raja sambil berdiri dan mengulurkan tangan.Aluna menjabat tangannya dengan sopan. "Terima kasih, Tuan Raja. Semoga kita bisa melanjutkan pembahasan tentang kolaborasi ini."Mereka duduk, dan sang desainer mulai mempresentasikan koleksi rancangannya. Aluna mendengarkan dengan seksama, mencatat poin-poin penting di tabletnya. Sesekali dia bertanya, memastikan semuanya sesuai dengan visi yang diinginkannya untuk C

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 94

    Pukul tiga sore, Raja tiba di kantor Chandra Group tepat waktu sesuai janjinya. Kali ini, dia datang tidak sendirian. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan penampilan anggun berjalan dengan percaya diri. Wanita itu mengenakan blazer putih dan celana panjang krem. “Selamat datang, Tuan Raja,” sapa Aluna dari balik mejanya, berdiri dengan senyuman formal. Tatapannya sekilas melirik wanita yang datang bersama Raja.“Selamat sore, Nona Aluna,” Raja menjawab ramah. Dia memutar tubuhnya sedikit untuk memperkenalkan pendampingnya. “Ini Hanzell. Dia salah satu desainer terbaik yang saya kenal. Saya pikir dia akan cocok untuk proyek ini.”Hanzell tersenyum sopan, menjabat tangan Aluna. “Senang bertemu dengan Anda, Nona Aluna. Saya sudah mendengar banyak hal hebat tentang Anda dan Chandra Group.”“Senang bertemu juga, Nona Hanzell. Mari kita mulai pembahasannya,” ujar Aluna, mempersilakan keduanya duduk di ruang pertemuan.Di Dalam Ruang PertemuanDiskusi dimulai dengan pembahasan detail

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 95

    Malam itu, Aluna baru saja mengganti pakaian dengan piyama satin berwarna lavender ketika pelayan rumahnya mengetuk pintu. “Nona Aluna, ada tamu yang ingin bertemu,” kata pelayan itu dengan sopan. Aluna mengerutkan kening. Siapa yang datang malam-malam begini? “Siapa tamunya?” tanyanya sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.“Tuan Raja, Nona,” jawab pelayan tersebut.Mendengar nama itu, Aluna tertegun. Mengapa Raja datang malam-malam seperti ini? Ada sesuatu yang mendesak? Atau... dia hanya mencari alasan untuk bertemu? Aluna mendesah pelan, berusaha mengabaikan pikiran-pikiran yang tak perlu. Dia segera keluar dari kamarnya, melangkah turun dengan anggun dari tangga besar rumahnya.Saat melihat Aluna muncul dari atas tangga, Raja yang berdiri di ruang tamu langsung mematung. Matanya tak bisa lepas dari sosok Aluna. Wanita itu terlihat begitu sederhana dengan piyama dan rambut yang sedikit berantakan, namun tetap memancarkan pesona yang sulit dijelaskan. Jantung Raja berdetak lebih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 96

    Matahari baru saja menampakkan sinarnya ketika Aluna memutuskan untuk tidak masuk ke kantor hari ini. Setelah semalam emosinya benar-benar terkuras karena pertemuannya dengan Raja, Aluna merasa perlu waktu untuk menenangkan diri. Satu-satunya hal yang mampu membuatnya tersenyum tanpa beban hanyalah Baby Alva. Di ruang tengah, Baby Alva sedang bermain di playmat-nya. Sesekali tawa kecilnya terdengar, membuat Aluna yang baru turun dari kamar langsung tersenyum lebar. Tanpa ragu, dia mendekat dan duduk di samping anak itu. “Sayang Mama,” Aluna mencium pipi kecil Alva yang empuk. “Mama akan di rumah seharian hari ini. Jadi, kita main sepuasnya, ya?” Baby Alva hanya menggumam dengan suara lucunya, sementara tangan mungilnya mencoba meraih rambut Aluna. “Dia mulai aktif sekali, Nona,” komentar salah satu babysitter yang berjaga tak jauh dari mereka. “Memang, dia makin pintar,” sahut Aluna bangga, sambil menggendong Baby Alva ke pelukannya. “Kalian bisa istirahat. Hari ini biar aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 114

    Aluna turun dari mobil dengan wajah lelah. Hari ini benar-benar panjang, ditambah pikirannya masih kacau setelah berbicara dengan Kaisar. Begitu melangkah masuk ke dalam mansion, ia langsung disambut oleh babysitter yang terlihat panik. "Nyonya Aluna, Baby Alva rewel sejak tadi. Susah makan, susah minum susu juga," ujar babysitter itu cemas. Aluna mengerutkan kening. "Kenapa? Apa dia demam?" Babysitter menggeleng. "Tidak demam, tapi terus menangis. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap saja dia menolak makan." Tanpa menunggu lebih lama, Aluna segera menuju kamar Baby Alva. Sesampainya di sana, ia melihat putranya yang masih terisak di tempat tidur. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab karena menangis. "Sayang, Mama di sini," ujar Aluna lembut, segera mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Baby Alva mengusap matanya dengan tangan mungilnya, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Aluna. "Ada apa, hm?" Aluna membelai rambutnya pelan. "Kenapa tidak mau maka

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 113

    Aluna mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum membuka topik yang sejak tadi mengganggu pikirannya. “Kaisar, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku bicarakan,” ujar Aluna dengan nada serius. Kaisar mengangkat alis, memusatkan perhatiannya pada Aluna. “Apa itu, Aluna?” “Perusahaanku, Chandra Grup, sedang dalam masalah.” Aluna menyerahkan laporan yang sudah ia siapkan di dalam tasnya. “Ada penurunan signifikan dalam pasar penjualan kita. Setelah diselidiki, ada kejanggalan. Tampaknya seseorang mencoba merusak reputasi perusahaan dari dalam.” Kaisar membuka laporan itu, membaca dengan seksama. Wajahnya berubah serius. “Ini bukan sekadar kejatuhan pasar biasa. Tampaknya ada sabotase.” “Itulah yang aku khawatirkan,” Aluna mengangguk. “Aku sudah meminta tim investigasi internal, tapi hasilnya nihil. Sepertinya mereka yang terlibat sangat pandai menutupi jejak.” Kaisar menatapnya dalam. “Aku akan mencoba membantu menyelidiki. Mungkin dari sisi lain, kita bisa me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 112

    Aluna duduk di kursi kerjanya dengan wajah tegang. Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali ia mencoba menemui Kaisar di rumah sakit, namun selalu gagal. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan, tapi tetap saja bayangan Kaisar terus muncul di kepalanya. "Asisten," panggil Aluna dengan suara tegas. Seorang wanita muda bernama Siska segera masuk ke dalam ruangannya, membawa setumpuk dokumen.Ya, sudah tiga hari ini Aluna mengganti asistennya. Asisten sebelumnya sedang cuti beberapa bulan, tugasnya ia serahkan pada Siska, sepupunya. "Ada perkembangan dari laporan yang aku minta?" tanya Aluna, menyandarkan punggungnya ke kursi. Siska mengangguk, meletakkan beberapa lembar kertas di meja. "Setelah saya dan tim melakukan penyelidikan, kami menemukan adanya kejanggalan dalam pasar." Aluna mengambil laporan itu dan mulai membacanya dengan seksama. Dahinya mengernyit. "Penjualan turun drastis di beberapa wilayah utama, terutama yang sebelumnya menjadi pasar terbesar kita

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 111

    Aluna melangkah dengan cepat memasuki lobi rumah sakit, dadanya berdebar kencang. Setelah mendengar kabar bahwa Kaisar—atau sekarang dikenal sebagai Raja—sudah dipindahkan dari ICU ke ruang rawat biasa, ia tak bisa lagi menahan diri untuk menemuinya. Namun, baru saja ia hendak menuju lift, langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri menghadangnya. “Jangan harap kau bisa menemuinya,” suara dingin Ratu menyentak telinga Aluna. Aluna menatap wanita itu dengan tajam. Ia tahu sejak awal Ratu bukan wanita sembarangan, tapi tak disangka, Ratu bisa sekejam ini. “Aku datang bukan untuk bertengkar, aku hanya ingin melihatnya,” ucap Aluna, mencoba menahan emosinya. Ratu menyilangkan tangan di dadanya. “Tidak perlu. Dia sudah punya aku. Dia tidak butuh kau lagi.” Aluna tersenyum miring. “Raja adalah Kaisar, bukan?” tanyanya tegas. Ratu mendengus. “Lalu?” “Kaisar adalah tunanganku,” lanjut Aluna, tatapannya semakin tajam. Ratu terkekeh sinis. “Benar, dia memang Kaisar. Tapi kau

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 110

    Beberapa hari berlalu. Raja terbaring tak berdaya di ruang ICU rumah sakit. Meski matanya terpejam dan tubuhnya lemah, ada perasaan yang menggelora dalam dirinya. Ingatannya yang hilang perlahan kembali, seperti sepotong puzzle yang mulai tersusun. Ketika perlahan matanya terbuka, rasa sakit di kepalanya terasa amat perih. Ia mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang begitu terang. Sensasi itu seolah mengingatkan dirinya pada kejadian beberapa hari lalu, kecelakaan yang menyebabkan semuanya menjadi kacau. Raja menatap langit-langit rumah sakit, mencoba mengingat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan, bayangan-bayangan dalam memorinya yang hilang kini mulai muncul kembali. Sosok dirinya—Kaisar Amartha—muncul dalam pikirannya, begitu jelas dan begitu nyata. "Aku... Kaisar Amartha," gumamnya pelan, kebingungan dan kebahagiaan bercampur dalam hatinya. Namun, perasaan itu tak bisa bertahan lama. Di tengah kebingungannya, ia mendengar suara langkah kak

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 109

    Raja menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang setelah keluar dari rumah Raini. Pikirannya dipenuhi berbagai hal—tentang Aluna, Baby Alva, dan perasaannya yang semakin jelas. Ia tak menyadari sebuah truk besar di depannya tiba-tiba berhenti mendadak. “BRAK!” Benturan keras terdengar ketika mobil Raja menabrak bagian belakang truk. Kepalanya membentur setir dengan keras meskipun airbag terbuka. Darah segar mengalir di pelipisnya, tubuhnya lemas, dan kesadarannya mulai menghilang. Orang-orang di sekitar tempat kejadian segera berlari mendekat. “Panggil ambulans!” teriak seseorang. Tak lama kemudian, ambulans datang dan membawa Raja ke rumah sakit. Wajahnya penuh darah, dan kondisinya terlihat mengkhawatirkan. Saat tiba di rumah sakit, dokter langsung membawanya ke ruang operasi karena benturan di kepalanya cukup parah. *** Di ruang tunggu rumah sakit, Ratu mondar-mandir dengan wajah panik. Air matanya terus mengalir, tak bisa disembunyikan lagi. Ia menggenggam ponselnya erat

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status