Share

Bab 86

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2025-01-14 20:17:32

Di sebuah rumah mewah bergaya minimalis, Ratu berdiri di balkon sambil memandang Raja yang sedang duduk di halaman belakang, sibuk dengan laptopnya..

“Raja,” panggil Ratu, berjalan mendekat. Suaranya lembut, tetapi ada nada resah di sana.

Raja mengangkat kepalanya dari layar laptop, menatap wanita itu. “Ada apa, Ratu?”

Ratu duduk di kursi di hadapannya, mencoba menenangkan diri. “Aku berpikir... bagaimana kalau kita kembali ke Singapura saja? Kehidupan di sana lebih tenang. Lagipula, aku merasa kau lebih cocok tinggal di tempat seperti itu.”

Raja menghela napas panjang, menutup laptopnya dengan lembut. “Aku mengerti maksudmu, tapi aku tidak bisa. Proyek yang sedang aku kerjakan di sini terlalu besar. Aku harus menyelesaikannya sebelum memikirkan untuk pindah ke mana pun.”

“Tapi, Raja...” Nada suara Ratu sedikit memohon. “Aku hanya ingin kau jauh dari tempat ini. Aku takut kau terjebak dengan sesuatu yang tidak baik.”

“Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba khawatir seperti ini?” Raja m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 87

    Aluna tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul empat sore, ia melangkah keluar dari terminal dengan langkah cepat. Hansen yang setia menjemputnya sudah menunggu di mobil bersama beberapa bodyguard. Sepanjang perjalanan, Aluna terus memikirkan Baby Alva. Ia tidak sabar untuk segera pulang dan memeluk putranya yang selama ini menjadi sumber kekuatannya. Setibanya di Mansion, Aluna langsung membuka pintu utama dengan antusias. “Di mana Baby Alva?” tanyanya sambil melangkah masuk. Salah satu babysitter keluar dari ruang tengah sambil menggendong bayi mungil itu. “Di sini, Nona. Baru saja bangun tidur.”“Alva!” Aluna langsung menghampiri dan mengambil bayinya. “Mama kangen sekali,” katanya sambil mencium pipi kecil Baby Alva. Tangannya gemetar karena terlalu lama menahan rindu. Baby Alva tertawa kecil, membuat hati Aluna terasa hangat. Hansen yang berdiri di belakang hanya tersenyum melihat momen itu. “Nona, Anda terlihat jauh lebih tenang sekarang,” katanya. “Bagaimana mungkin aku tidak t

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 88

    Pagi itu, Aluna sedang duduk di ruang kerjanya sambil membaca laporan perkembangan Chandra Group. Pandangannya tertuju pada jendela besar yang memperlihatkan taman belakang Mansion. Di sela-sela kesibukannya, Hansen masuk membawa sebuah tablet dan beberapa dokumen penting.“Nona, ada informasi yang perlu Anda ketahui,” kata Hansen sambil menyerahkan tablet itu ke meja Aluna.Aluna mengangkat alis, menatap Hansen dengan rasa ingin tahu. “Informasi apa?”Hansen duduk di kursi seberang meja. “Mengenai laki-laki yang mirip dengan Tuan Kaisar. Kami telah melakukan penyelidikan lebih lanjut. Namanya Raja Gielz Samudra, CEO dari Grup Gielz. Dia berasal dari Singapura dan sudah menikah dengan seorang wanita bernama Ratu. Mereka baru pindah ke Jakarta dua minggu lalu untuk mengawasi proyek baru di sini.”Aluna terdiam sejenak, memandangi Hansen dengan tatapan penuh arti. “Jadi benar-benar bukan Kaisar?”“Benar, Nona. Berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, tidak ada kaitan sama sekali antar

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 89

    Pagi itu, Aluna sudah berada di ruang rapat utama Chandra Group, menunggu kedatangan Raja untuk pertemuan lanjutan mengenai kerja sama baru mereka. Proyek ini sangat penting bagi Chandra Group karena akan membuka lini bisnis baru di bidang perhiasan, sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Bagi Aluna, proyek ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tantangan besar yang ia ingin wujudkan demi membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin baru Chandra Group.Ketukan di pintu memecah lamunannya. Hansen masuk, diikuti oleh Raja yang mengenakan setelan rapi berwarna navy. "Selamat pagi, Nona Aluna," sapa Raja sambil tersenyum hangat. "Pagi, Tuan Raja," balas Aluna sambil mengangguk sopan. Mereka duduk di meja rapat yang besar, dokumen-dokumen tentang proyek perhiasan tersebar di atas meja. Diskusi mereka berjalan lancar, penuh dengan ide-ide segar. “Jadi, untuk desainer perhiasan, apakah Anda sudah memiliki kandidat?” tanya Raja, memecah fokus Aluna yang sedang mencoret-co

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 90

    pukul tujuh malam, Aluna sedang duduk di ruang tamu Mansion, menggendong Baby Alva yang kini semakin aktif. Kehidupannya terasa penuh perjuangan, tetapi Baby Alva adalah satu-satunya alasan dia bertahan. Ketika ia sedang menikmati momen bersama putranya, seorang bodyguard masuk dengan wajah tegang. “Maaf, Nona Aluna. Tuan Betran ada di luar. Dia memohon untuk bertemu,” ujar bodyguard tersebut.Mendengar nama Betran disebut, senyum di wajah Aluna menghilang. Dia menghela napas panjang, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang selalu berada di dekatnya. “Bilang padanya, aku tidak mau bertemu,” ucap Aluna dengan nada dingin.“Dia bersikeras, Nona.”Aluna akhirnya berdiri. “Baik, suruh dia masuk. Tapi jangan biarkan dia mendekati Alva.”Beberapa menit kemudian, Betran muncul di ambang pintu. Wajahnya kusut, sorot matanya penuh harap. “Aluna, tolong izinkan aku bertemu dengan Alva. Hanya sebentar saja. Aku tidak meminta lebih.”Aluna menatapnya tajam, seperti ingin menembus hatin

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 91

    Pagi itu, Hansen berdiri di depan ruang kerja Aluna sambil menunggu perintah lanjutan. Wajahnya serius, penuh determinasi untuk menjalankan tugas sesuai instruksi Aluna. Setelah mendengar pengakuan Betran, Aluna tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dia ingin Roy, yang merupakan kaki tangan Betran, segera ditangkap."Masuk, Hansen," suara Aluna terdengar tegas dari balik pintu.Hansen membuka pintu dan melangkah masuk. Aluna sedang duduk di kursinya dengan wajah yang masih menunjukkan kelelahan emosional, tetapi tekadnya terlihat jelas di matanya. Di meja, ada beberapa dokumen yang berserakan, tetapi perhatian Aluna sepenuhnya tertuju pada Hansen."Bagaimana progres pencarian Roy?" tanya Aluna tanpa basa-basi.Hansen berdiri tegak. "Kami berhasil melacak lokasi terakhir Roy, Nona. Dia bersembunyi di sebuah rumah kontrakan di pinggir kota. Saya sudah mengoordinasikan penangkapan bersama pihak kepolisian."Aluna mengangguk. "Bagus. Pastikan dia tidak punya celah untuk melarikan diri. Ak

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 92

    Malam itu, Aluna baru saja tiba di Mansion setelah seharian penuh bekerja. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya lebih lelah. Hansen membukakan pintu mobilnya, dan dia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan. Saat dia hendak duduk untuk sekadar melepas penat, seorang pelayan berlari menghampirinya."Nona, ada tamu yang memaksa ingin bertemu Anda," kata pelayan itu dengan nada panik.Aluna memijat pelipisnya, merasa tak punya energi untuk menghadapi siapa pun malam ini. "Siapa?""Ibu Kania, Nona. Dia menunggu di ruang tamu," jawab pelayan itu sambil menunduk.Aluna menghela napas panjang. Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan wanita tua itu yang datang dengan permohonan yang sama seperti sebelumnya? Tanpa berkata apa-apa, Aluna melangkah menuju ruang tamu.Di ruang tamu, Kania duduk dengan gelisah. Dia terus melirik ke arah pintu, berharap Aluna segera muncul. Ketika Aluna akhirnya tiba, wajah Kania seketika memelas. "Apa lagi kali ini, Bu Kania?" Aluna membuka percakapan dengan na

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 93

    Pagi ini Aluna akan ke perusahaan Gielz, tentu saja akan membahas proyek baru bersama Raja. Tak lama, Aluna sampai di perusahaan tersebut. Ia melangkah masuk ke ruang pertemuan perusahaan Gielz dengan langkah percaya diri. Dia mengenakan setelan formal berwarna biru tua yang memancarkan aura yang memukau. Di dalam ruangan, Raja sudah menunggu, duduk di ujung meja panjang. Dia mengenakan setelan jas abu-abu dengan dasi gelap, terlihat tenang seperti biasa. Di sebelahnya, seorang desainer perhiasan muda berdiri, memperkenalkan portofolionya. "Selamat datang, Nona Aluna," sapa Raja sambil berdiri dan mengulurkan tangan.Aluna menjabat tangannya dengan sopan. "Terima kasih, Tuan Raja. Semoga kita bisa melanjutkan pembahasan tentang kolaborasi ini."Mereka duduk, dan sang desainer mulai mempresentasikan koleksi rancangannya. Aluna mendengarkan dengan seksama, mencatat poin-poin penting di tabletnya. Sesekali dia bertanya, memastikan semuanya sesuai dengan visi yang diinginkannya untuk C

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 94

    Pukul tiga sore, Raja tiba di kantor Chandra Group tepat waktu sesuai janjinya. Kali ini, dia datang tidak sendirian. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan penampilan anggun berjalan dengan percaya diri. Wanita itu mengenakan blazer putih dan celana panjang krem. “Selamat datang, Tuan Raja,” sapa Aluna dari balik mejanya, berdiri dengan senyuman formal. Tatapannya sekilas melirik wanita yang datang bersama Raja.“Selamat sore, Nona Aluna,” Raja menjawab ramah. Dia memutar tubuhnya sedikit untuk memperkenalkan pendampingnya. “Ini Hanzell. Dia salah satu desainer terbaik yang saya kenal. Saya pikir dia akan cocok untuk proyek ini.”Hanzell tersenyum sopan, menjabat tangan Aluna. “Senang bertemu dengan Anda, Nona Aluna. Saya sudah mendengar banyak hal hebat tentang Anda dan Chandra Group.”“Senang bertemu juga, Nona Hanzell. Mari kita mulai pembahasannya,” ujar Aluna, mempersilakan keduanya duduk di ruang pertemuan.Di Dalam Ruang PertemuanDiskusi dimulai dengan pembahasan detail

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 105

    Sementara itu, Betran sedang duduk di pojok ruang tahanan saat langkah Kania terdengar memasuki ruang kunjungan. Mata Betran langsung berkilat ketika melihat ibunya. Namun, begitu ia melihat wajah Kania yang pucat dan matanya yang bengkak karena menangis, rasa bersalah kembali menghantamnya.“Mom…” panggil Betran lemah, berdiri dari kursinya.Kania tak kuasa menahan air matanya. Ia bergegas menghampiri putranya dan memeluknya erat. “Betran… lihat kamu sekarang. Kurusan begini. Apa kamu makan dengan benar, nak? Kenapa kamu begini?” Kania menangis tersedu-sedu di bahu Betran.Betran hanya diam. Ia tahu, setiap kata yang ia ucapkan hanya akan menambah luka di hati ibunya. Perlahan ia melepas pelukan itu dan menatap Kania. “Mom, aku baik-baik saja. Jangan menangis seperti ini. Aku yang salah, ini semua salahku. Aku pantas menerima hukuman ini.”“Tidak, tidak, kamu tidak pantas seperti ini!” Kania menggeleng keras, wajahnya penuh dengan air mata. “Kamu hanya salah langkah, Betran! Kamu tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 104

    Raja baru saja memasuki rumah, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana rumah begitu sunyi, namun begitu ia membuka pintu utama, langkahnya langsung terhenti melihat Ratu berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tegang, matanya memancarkan amarah yang tak terselubung.“Kamu dari mana saja, Raja?!” bentak Ratu begitu melihat suaminya masuk. Raja melepas jasnya dengan tenang, lalu menggantungnya di dekat pintu. “Aku ada urusan penting di luar. Kenapa harus teriak seperti itu?” balas Raja dengan nada datar, namun tatapannya dingin.“Urusan penting? Tengah malam?!” Ratu melangkah maju mendekatinya, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Kamu bahkan tidak menjawab teleponku! Aku sudah meneleponmu belasan kali, Raja! Kamu tahu aku khawatir?”Raja menatap istrinya dengan wajah tanpa ekspresi. “Khawatir? Atau lebih tepatnya, curiga?” Ratu tercekat, tapi dengan cepat ia mengelak. “Aku hanya peduli. Aku istrimu. Wajar kalau aku khawatir ketika suamiku ti

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 103

    Malam itu, di salah satu kamar hotel berbintang, Raja duduk di sofa, matanya tak lepas memandang Aluna yang sedang berdiri di dekat jendela. Ia masih mencoba mencerna semua yang telah diceritakan Aluna sebelumnya. Keningnya berkerut, pikirannya penuh dengan kebingungan yang bercampur dengan rasa hangat saat berada di dekat wanita itu."Aluna," panggil Raja dengan nada pelan, tetapi tegas.Aluna menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya meski ada gurat kesedihan di matanya. "Iya, Raja?" Raja menghela napas panjang. "Aku... aku masih sulit menerima semua ini. Kamu bilang aku Kaisar, tunanganmu, tapi aku tidak ingat apa-apa. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"Aluna berjalan mendekatinya, lalu duduk di sofa di sebelahnya. "Aku juga tidak tahu kenapa kamu bisa kehilangan ingatanmu, Kaisar. Tapi aku yakin, kamu adalah orang yang sama. Aku bisa merasakannya."Raja menatapnya dalam-dalam. "Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mengingat apa pun? Bagaimana jika aku tetap menjadi orang yang tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 102

    Seminggu telah berlalu,Hari itu, di ruang rapat utama Chandra Grup, Aluna duduk dengan penuh konsentrasi di kursinya, memeriksa dokumen terakhir yang terkait dengan proyek bersama Grup Gielz. Raja baru saja tiba dengan membawa beberapa dokumen tambahan. Penampilannya seperti biasa, rapi dan karismatik, tetapi ada sesuatu di matanya yang terlihat lebih lembut saat menatap Aluna. "Ini dokumen terakhirnya," kata Raja sambil meletakkan berkas di depan Aluna. Suaranya terdengar tenang, tetapi nada lembut itu mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar formalitas profesional. "Terima kasih," balas Aluna singkat. Dia mengambil dokumen itu dan memeriksanya dengan teliti. Raja duduk di seberangnya, memandangi Aluna dengan ekspresi yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia akhirnya memecah keheningan. "Aluna, proyek ini benar-benar luar biasa. Saya harus mengakui, ini mungkin kerja sama terbaik yang pernah saya lakukan selama saya menjadi CEO." Aluna tersenyum tipis, tetapi pandang

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 101

    Di ruang utama Chandra Grup, Aluna sedang duduk di meja kerjanya, menyusun beberapa dokumen penting. Ia berusaha keras untuk tetap fokus, meskipun hari-harinya belakangan ini penuh tekanan. Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menggema di luar ruangan. Hansen masuk dengan wajah sedikit bingung. "Nona, ada Bu Kania di luar. Dia memaksa ingin bertemu Anda," kata Hansen dengan nada tegas, namun sopan. Aluna menghela napas panjang, mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut. "Dia lagi? Biarkan dia masuk." Hansen ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk dan membuka pintu untuk Kania. Wanita itu masuk dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan amarah yang tak tertahan. "Aluna! Sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini?" seru Kania tanpa basa-basi, suaranya menggema di ruangan yang besar itu. Aluna mendongak, tatapannya tajam. "Apa maksud Anda, Bu Kania?" tanyanya dingin. Kania langsung mendekat, matanya memerah. "Kamu tega sekali! Betran itu ayah kandung Alva!

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 100

    Ratu melangkah ke dapur dengan langkah tergesa-gesa, hatinya penuh rencana. Dia membuka lemari kecil dan mengeluarkan botol kecil berisi cairan bening. Wajahnya menyiratkan kelegaan saat menuangkan setetes cairan itu ke dalam cangkir teh yang sudah dia buatkan untuk Raja. “Sempurna,” gumamnya sambil membawa cangkir itu ke kamar. Saat dia tiba, Raja sedang duduk di tepi ranjang, memijat pelipisnya seperti biasanya. Dia tampak kelelahan, tetapi tetap memancarkan aura yang tidak bisa diabaikan. “Aku sudah buatkan teh untukmu, Sayang,” kata Ratu lembut, menyerahkan cangkir itu padanya. "Ayo diminum agar kamu lebih rileks."Raja mengangkat wajah dan menatapnya. “Terima kasih.” Dia menerima teh itu tanpa kecurigaan sedikit pun. Ratu duduk di sampingnya, menunggu dengan sabar. Setelah beberapa teguk, Raja mulai merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Tubuhnya memanas, darahnya berdesir kencang, dan pikirannya menjadi kabur. “Ratu… ada yang aneh,” gumam Raja dengan suara parau, sam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status