All Chapters of Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!: Chapter 71 - Chapter 80

121 Chapters

71. Kolam Renang

Dikira menatapnya dengan mata yang tajam,meski tersenyum. “Tidak, Nyonya Janeetha. Kau bebas untuk pergi kemana saja yang kau mau. Tapi, mansion ini sudah dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan kita untuk menikmati waktu bersama tanpa gangguan dari luar.”Janeetha hanya terdiam sementara kekhawatiran semakin bertambah. Ia tahu bahwa kata-kata suaminya mungkin lebih merupakan peringatan halus daripada janji kebebasan.***Janeetha duduk di ruang makan yang begitu megah, matanya mengamati dekorasi yang bahkan lebih indah daripada hotel bintang lima mana pun yang pernah ia lihat.Meja panjang dengan taplak sutra putih bersih dihiasi rangkaian bunga segar. Hidangan-hidangan mewah tersaji dalam piring-piring porselen bercorak emas. “Semua ini untuk kita?” tanyanya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam gemerisik pelayan yang bergerak sigap di sekeliling mereka. “Ini untukmu,” jawab Dikara dengan nada ringan. Tatapannya mengunci Janeetha seolah memastikan bahwa ia memahami arti d
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

72. Bermain Air

Air di sekeliling mereka terasa lebih berat daripada yang seharusnya, seolah suasana itu menekan Janeetha dari segala sisi.Meski hati Janeetha berdebar kencang, ia tidak bisa menemukan kata-kata untuk membalas. Matanya hanya menatap Dikara dengan campuran takut dan marah yang tak terucap. Dikara menyeringai kecil, sebuah senyuman yang penuh makna. “Kau tidak akan bisa lari, Janeetha. Tidak di sini. Tidak dariku.” Dikara menundukkan wajahnya perlahan, memberikan kecupan lembut di bibir Janeetha, begitu singkat namun cukup membuatnya terdiam.Janeetha merasa dadanya berdebar keras, bukan hanya karena intensitas situasi, tetapi juga ketegangan yang merambat dari setiap sentuhan Dikara. “Dikara, jangan,” ucapnya lirih dengan nada gemetar, kedua tangannya mencoba mendorong dada suaminya agar menjauh. Tapi usaha itu seperti mendorong tembok—tak bergeming sama sekali. Dikara tidak mengatakan apa-apa, hanya menyeringai tipis sebelum memajukan tubuhnya lebih dekat.Janeetha terjepit s
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

73. Kedinginan

"Kau suka?" tanya Dikara dengan mata berkilat penuh kesenangan atas reaksi yang diberikan oleh Janeetha. Semuanya begitu indah di mata pria itu."Di-Dikara berhenti..." Janeetha berkata dengan sedikit terbata. Ia berusaha keras mengabaikan rasa nikmat yang menghantamnya bertubi-tubi. "Na-nanti ada yang datang..."Dikara memiringkan kepala, senyum tipisnya mengembang. Tatapan matanya tetap tajam, penuh intensitas yang membuat Janeetha semakin gelisah."Ada yang datang?" ulangnya dengan suara serak, nyaris seperti bisikan. "Siapa yang berani mengganggu kita di sini?"Janeetha mencoba mendorong dada suaminya, tetapi tubuhnya tetap terkunci oleh posisi Dikara yang tidak memberinya ruang untuk bergerak."Aku serius…" Suara Janeetha bergetar. "Bagaimana kalau pelayan—"Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Dikara menunduk lebih dekat, jarak di antara mereka semakin kecil."Tak ada seorang pun yang akan mengganggu." Pria itu berkata dengan lembut tetapi penuh penekanan. "Ini tempatku. Aturank
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

74. Melanjutkan yang Tertunda

Dikara memutar kran bathtub hingga aliran air berhenti. Suara gemericik yang memenuhi kamar mandi berganti menjadi keheningan.Ia berdiri tegak, air mengalir dari rambutnya yang basah, menetes turun ke wajah dan tubuhnya yang terbalut pakaian basah kuyup.Janeetha menatapnya dalam diam, terjebak dalam perasaan yang campur aduk.Ada sesuatu dalam cara Dikara berdiri—mantap, penuh kendali—yang membuatnya tak mampu memalingkan mata.Setiap tetes air yang meluncur di sepanjang rahang tajam suaminya, hingga menyentuh kerah bajunya yang melekat erat pada tubuhnya, seolah mempertegas kehadirannya yang dominan di ruangan itu.Dikara menangkap pandangan Janeetha, menyadari bahwa istrinya memperhatikannya.Senyuman kecil terulas di sudut bibirnya, samar namun jelas menyiratkan rasa puas. "Kau begitu terpesona, ya?" ujarnya dengan nada rendah, penuh percaya diri.Janeetha tersentak, pipinya langsung memerah. "Ti-tidak... aku hanya..." Ia kehilangan kata-kata, tubuhnya menegang saat Dikara mendek
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

75. Manis?

Tangan Dikara kembali bergerak. Kali ini, tubuh bagian atas Janeetha yang menjadi sasarannya. Denga lihai dan penu keahlian, ia memberikan pelayanan di atas sana hingga Janeetha melengkungkan punggung begitu saja.Seringai tipis Dikara terulas melihat rekasi istrinya. Kedua tangannya semakin bersemangat sementara bibirnya pun kembali menyerang bibir milik wanita itu.Setelah puas, satu tangan Dikara turun menyusuri perut secara perlahan hingga kembali bertemu dengan pusat tubuh Janeetha dan kembali bekerja di sana.“Di-Dikara…”“Hmm, panggil terus, Jani. Seperti itu…” Sementara satu tangan Dikara berusaha menurunkan celana yang ia pakai dengan cepat.Merasa istrinya telah siap, Dikara tanpa ragu segera memposisikan diri dan menyatukan tubuh mereka hingga Janeetha kembali memekikkan namanya.***Janeetha membuka matanya perlahan, menyesuaikan diri dengan suasana kamar yang remang-remang. Lampu-lampu gantung memberikan kilauan lembut, sementara keheningan mendominasi ruang besar itu. Te
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

76. Ingin Memakanmu

“Ah, omong-omong. Aku akan keluar kota selama beberapa hari.”Janeetha menoleh cepat, tatapannya dipenuhi rasa terkejut dan waspada."Keluar kota? Untuk apa?" tanyanya, berusaha untuk terdengar tenang daripada perasaannya yang bergejolak.Dikara mengangkat gelas anggur di tangannya, menyesap perlahan sebelum menjawab. "Ada urusan bisnis yang harus kuselesaikan. Penting."Mata Janeetha menelusuri wajah suaminya, mencari tanda-tanda lebih dari sekadar urusan pekerjaan. "Berapa lama kau akan pergi?"Satu alis Dikara terangkat. “Kenapa? Kau sudah rindu padaku?”Bibir Janeetha seketika mengerucut, membuat spontan pria itu terkekeh pelan. “Aku belum tahu pasti. Tapi sepertinya cukup lama, karena urusannya cukup berat.”“Kemana?” Janeetha tak dapat menghentikan rasa penasarannya. Semakin jauh suaminya pergi , semakin lama waktu yang akan ditempuh bukan?Dikara tersenyum tipis, senyum yang lebih terasa sebagai peringatan daripada penenang. "Suatu tempat. Tapi jangan khawatir, semuanya akan di
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

77. Perhatian yang Lain

“Lihatlah, kau bahkan tak menyadari aku sudah berada di dekatmu.” Dikara menatap lekat dan dalam Janeetha.Janeetha menelan ludah dengan gugup, tubuhnya membeku di tempat. Kehangatan napas Dikara di telinganya membuatnya merasa semakin terjebak. Ia berusaha menjauh, tapi tubuhnya seperti terpaku oleh tatapan pria itu.“Dikara, jangan bercanda seperti itu,” kata Janeetha dengan suara yang lebih pelan dari yang ia harapkan, seolah kekuatan untuk berbicara lenyap.Dikara hanya tersenyum kecil, sebuah senyuman yang memiliki makna lebih dari sekadar candaan. “Siapa bilang aku bercanda, hm?”Tangannya terulur dan menyentuh dagu Janeetha, memiringkan wajahnya hingga tatapan mereka bertemu. “Kau selalu memikirkan sesuatu yang ingin kau sembunyikan dariku, tapi ekspresimu tidak pernah bisa menipu, Janeetha.”“A-aku tidak memikirkan apa pun,” jawab Janeetha buru-buru, mencoba melawan efek memabukkan dari tatapan suaminya. Ia menggigit bibirnya, menyadari betapa lemahnya ia di hadapan pria ini.
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

78. Rapuh Sesaat

Entah mengapa, Janeetha melihat kilat yang berbeda dari Dikara malam itu. Seperti ... menghapar sesuatu padanya. Bukan, bukan karena ingin Janeetha tunduk padanya. Tetapi lebih pada sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang.Jemari Janeetha bergerak begitu saja, mengelus rahang kokoh suaminya, menatapnya dengan lembut. Jauh di dalam hatinya, ia berusaha meyakinkan dirinya jika Dikara memiliki sisi lain di luar yang selalu ditampakkan.Dikara terdiam, matanya sedikit melembut ketika jemari Janeetha menyentuh rahangnya. Sentuhan itu sederhana, namun membawa nuansa yang berbeda, sesuatu yang jarang ia dapatkan.Sejenak, sorot tajam di matanya meredup, digantikan oleh sesuatu yang lebih dalam, lebih jujur.“Kau… sedang apa, Janeetha?” suaranya lirih, nyaris seperti bisikan, tetapi nada itu mengandung keheranan dan mungkin—keraguan.Ia tidak terbiasa dengan kelembutan seperti ini. Apalagi dari istrinya yang biasanya penuh perlawanan atau pasrah dalam keterpaksaan.Janeetha tidak segera menjaw
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

79. Mencoba Menghubungi

Janeetha membuka matanya perlahan, merasa sedikit segar meski perasaan aneh masih menyelimuti hatinya. Ia melirik ke sisi tempat tidur yang kosong, dan seketika mengingat percakapan semalam.‘Dikara benar-benar sudah pergi.’ Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Mungkin akhirnya ia bisa bernapas lebih lega selama beberapa hari ke depan.Dengan semangat yang jarang ia rasakan akhir-akhir ini, Janeetha segera bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajah dan membersihkan dirinya dengan cepat. Air hangat yang mengalir di kulitnya seperti memberikan energi baru. Setelah selesai, ia mengenakan pakaian yang nyaman—sebuah gaun sederhana dengan warna pastel lembut—dan menata rambutnya seadanya.Janeetha berdiri di depan cermin sesaat, menatap bayangannya sendiri. Ada sedikit harapan yang muncul di matanya, sesuatu yang sudah lama hilang.Hari ini, Janeetha memutuskan untuk tidak hanya duduk diam di kamar. Ia ingin melihat lebih banyak tentang mansion ini, ingin me
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

80. Device Baru

Janeetha terlonjak, hampir menjatuhkan gagang telepon. Ia berbalik perlahan, dan di sana berdiri Rusli, menatapnya dengan ekspresi netral tetapi penuh pengawasan. Dengan segera ia meletakkan kembali gagan telepon yang ia pegang.“Rusli…apa yang…” Janeetha menjeda, mengurungkan pertanyaan yang akan ia lontarkan. “Dikara menyuruhmu ke sini?”Rusli mengangguk sekilas. “Ya. Selama Tuan Dikara tak ada, saya akan di sini bersama Anda.”Janeetha menghela napas panjang. Ini tidak akan mudah. “Apa ini tidak terlalu berlebihan?”“Nyonya ingin menghubungi seseorang?” Rusli memutuskan untuk mengakhiri basa basi mereka."Aku... aku ingin menghubungi keluargaku," jawab Janeetha, berusaha terdengar biasa. Rusli mengerutkan kening. "Apakah Tuan Dikara sudah memberikan izin pada Nyonya untuk menggunakan telepon rumah?" Kata-kata itu membuat Janeetha kehilangan kata-kata. Hatinya berdegup kencang, tetapi ia tahu tidak bisa menunjukkan kelemahannya. "Aku hanya ingin memastikan orang tuaku baik-baik
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status